Part 3

363 50 1
                                    

But you actually get mad at me (Why?)

Saying that there's no way he'd do that (Sure you're right)

I became aware of you being upset and I said I must have seen someone else

Yes, I'll lie for you (I'm sorry)


Sudah tiga hari berlalu tapi Jaemin masih tidak mau berbicara dengan Jeno. Lelaki manis itu masih bertahan dalam mode marahnya walaupun sudah dibujuk dengan segala cara oleh Jeno. Ia masih tidak terima kekasihnya dikatai seperti itu karena ia yakin Mark tidak akan melakukannya. Jeno seharunya tahu itu. Ia sangat kecewa orang yang selama ini ia percaya bisa berbicara seperti itu padanya.

"Nana, maafkan aku." Jeno kembali mengucapkan kalimat yang ia terus ulang dalam tiga hari ini. Kali ini ia menambahkannya dengan memberikan satu bungkus besar cokelat kesukaan Jaemin. Jaemin yang sedang menonton tv hanya melihatnya sekilas lalu kembali fokus pada layar yang menampilkan boyband NCT.

"Aku benar-benar minta maaf Nana. Aku tidak bermaksud seperti itu."

"Hm"

"Aku membelikanmu cokelat, kau suka cokelat ini kan?"

Jaemin kembali menoleh pada Jeno dan menatapnya malas, "Kau tahu kan kita bukan lagi anak remaja yang akan luluh hanya karena dibujuk dengan cokelat?"

Jeno memandang cokelatnya dengan lesu, "Ya aku tahu, tapi aku kehabisan ide untuk membuatmu memaafkanku, Nana. Aku tidak tahan jika kita bermusuhan seperti ini."

"Aku tidak hanya marah tapi aku juga kecewa padamu Jeno."

"Maaf."

"Maafmu tidak membuat kekecewaanku hilang." Jaemin menatap Jeno dengan berkaca-kaca. Jeno yang melihatnya langsung menggenggam tangan Jaemin erat.

"Aku benar-benar minta maaf Nana. Seharusnya aku tidak menyimpulkannya sendiri begitu saja seperti itu. Saat itu aku sedang tidak fokus dan bisa saja yang kulihat itu orang lain dan bukan Mark. Aku minta maaf. Aku tidak bermaksud untuk membuatmu kecewa padaku."

Jaemin menutup matanya dan merasakan airmata jatuh membasahi pipinya. Sebenarnya ia pun tidak sanggup harus seperti ini pada Jeno, ia menyayangi lelaki itu bahkan melebihi rasa sayangnya pada diri sendiri. Ia tidak bisa benar-benar marah pada sahabatnya itu.

"Oke aku maafkan."

"Sungguh?" Jeno menarik Jaemin ke dalam pelukannya dan mengucap syukur dalam hatinya karena akhirnya Jaemin mau memaafkannya. "Terimakasih Nana."

"Tapi kau harus berjanji tidak akan mengulanginya. Aku tidak mau berakhir seperti ini lagi, ini membuatku lelah."

'Tentu. Aku tidak akan membuatmu kecewa lagi padaku. Aku janji."

Akhirnya keduanya pun berpelukan, melepaskan rindu setelah beberapa hari ini saling mengacuhkan –Jaemin yang mengacuhkan Jeno, dan Jeno pun menguatkan diri untuk tidak lagi melakukan hal bodoh seperti itu. Setidaknya jika ia mau membeberkan kebejatan Mark pada Jaemin, ia harus memiliki bukti kuat agar Jaemin percaya padanya. Ia tidak boleh lagi terbawa emosi seperti kemarin karena ia tidak ingin kehilangan orang yang ia cintai untuk kedua kalinya.

*

Hari ini Jeno begitu bersemangat untuk menyelesaikan pekerjaannya sehingga beberapa menit sebelum memasuki jam pulang kantor ia sudah bersiap untuk segera pulang. Hari ini adalah hari ulang tahunnya dan ia sudah merencanakan jalan-jalan bersama Jaemin nanti malam. Ia tidak sabar dan ingin cepat berada di apartemen.

"Mengapa kau buru-buru sekali? Biasanya kau masih berkutat dengan komputermu itu." Jisung menatap heran Jeno yang malah memberinya senyuman lebar.

"Aku tidak ingin lembur di hari spesial seperti ini."

"Eeeey aku baru sadar kalau hari ini Jeno berulang tahun." Renjun yang duduk di sebelahnya langsung memberi aba-aba pada karyawan lain di situ untuk menyanyikan lagu ulang tahun untuk Jeno. Jeno yang mendengarnya hanya tertawa dan ikut bertepuk tangan mengikuti irama lagu.

"Terimakasih semuanya, sebenarnya aku tidak berharap dinyanyikan lagu ulang tahun di umurku yang sudah tua begini."

"Kalau kau tua lalu aku apa heh? Dasar tidak sadar diri." Taeil, karyawan yang usianya paling tua di situ pura-pura tersinggung dengan perkataan Jeno.

"Haha maafkan aku, aku lupa ada yang lebih tua dariku."

"Sial." Semua karyawan di situ pun tertawa.

"Teman-teman sepertinya aku harus pulang duluan." Jeno mengecek jam di tangannya. "Aku harus segera sampai di rumah."

"Kau tidak mengadakan acara traktiran untuk kami?" Chenle yang tadi menyanyi dengan suara paling keras mencibir.

"Lain kali saja ya, aku benar-benar harus pulang sekarang."

"Baiklah baiklah, cepat pulang sana. Aku tahu kekasihmu pasti sudah menunggu di rumah kan? Ey pantas saja kau bersemangat sekali." Perkataan Jisung mau tak mau membuat wajah Jeno memerah.

"Ti-tidak, ah sudahlah. Sampai besok semuanya, sekali lagi terimakasih untuk ucapannya." Jeno melambaikan tangannya dan berjalan cepat keluar ruangan.

"Apanya yang tidak, kau lihat kan sampai kupingnya saja ikut memerah?" Chenle menggelengkan kepalanya melihat kelakukan teman satu kantornya itu.

*

Jeno dengan tergesa menaiki lift yang akan membawanya ke lantai unit apartemennya berada. Ia memegang erat dua tiket nonton film yang sudah ia tunggu perilisannya yang rencananya memang akan ia tonton bersama dengan Jaemin. Langkah kakinya terasa sangat ringan menuju apartemennya berada.

Ceklek

Pintu ruangan yang gelap menyambut Jeno ketika membuka pintu. Tangannya dengan sigap menekan saklar lampu dan ruangan pun berubah menjadi terang. Keheningan yang kemudian menyambutnya. Ia berjalan menuju kamar Jaemin mencari keberadaan sahabatnya.

"Nana? Apa kau di dalam?" Jeno mengetuk kamar Jaemin tapi tidak ada jawaban. Akhirnya ia membukanya dan menemukan tidak ada orang di dalamnya. Ia mencari ke kamarnya tapi hasilnya tetap nihil. Akhirnya ketika ia melewati dapur, ia menemukan satu benda yang menarik perhatiannya. Sebuah kue tart dengan lilin angka 27 di atasnya. Sebuah notes kemudian ia temukan berada di sebelah kue tart tersebut.

Jeno, selamat ulang tahun. Ini kue yang kubuat sendiri untukmu^^

Maaf untuk kali ini aku tidak bisa merayakannya bersamamu, tiba-tiba saja Mark jatuh sakit dan aku harus merawatnya.

Sekali lagi maafkan aku Jeno. Sebagai permintaan maafku, mari kita pergi bersama saat aku kembali.

With love, Jaemin.

Jeno memandang nanar notes dan kue tart dihadapannya. Ia tidak menyangka hari yang ia tunggu tidak berjalan denganseharusnya. Tiket di tangannya ia remas dan ia buang ke tempat sampah. Jenomerasa sangat konyol saat ia berharap di hari ulang tahunnya ia akanmendapatkan perhatian Jaemin kembali, tapi nyatanya ia kembali kalah olehlelaki brengsek itu. Ia pun dengan cepat pergi keluar dari apartemennya.Rasanya alkohol bisa menjadi temannya hari ini.    


TBC

That XX [NOMIN]Where stories live. Discover now