Percobaan (Vernon x Avril)

28 4 0
                                    

Seorang pemuda bersurai coklat duduk terdiam. Ia bahkan tak tau tempat apa ini. Udara di sekitarnya panas. Bahkan, sesekali ia harus merasakan sesak lantaran ruangnya yang hanya memiliki sedikit ventilasi.

Ia mulai berdiri, melangkahkan kaki pada pintu di dekatnya. Ruangan ini benar kosong, langkahnya begitu menggema, bahkan terkadang memekakkan telinganya sendiri.

'Tok tok'

Ia mengetuk pintu yang kini berada di depannya. Ia lelah hanya terus menerus duduk di ruangan putih ini. Dirinya pun baru menyadari bahwa ia diberi fasilitas berupa sepatu kets dan setelan baju kaus-celana berwarna putih disini.

'Tok tok'

Lagi. Ketukan kedua seakan mengembalikan memorinya. Ya, ia ingat, ingat sepenuhnya. Ia diculik dari panti asuhan, dan tak ada yang mau mencarinya. Orang tuanya membuangnya, petugas dan pemilik panti yang terkesan asal asalan, ironis sekali. Vernon yang terkenal dengan kecerdasannya, tak satupun orang yang mengetahui hal itu. Kedua bahunya tergerak, menertawakan diri sendiri. Kepalanya menyandar di pintu. Kejadian itu sudah lama sekali.

'Cklek'

Ia kembali berdiri tegak. Pintu itu terbuka, seorang anak gadis yang membukanya, gadis seumurannya. Ia seperti orang linglung. Vernon tak menghiraukannya, hanya berjalan pergi.

"Tunggu!"

Teriak sang gadis menghentikan langkahnya. Ia berbalik. Nampak sang gadis mengejarnya.

"Bisakah kau beritahu aku ini dimana?"

Tanyanya. Vernon hanya melirik dingin, lantas berbalik, melanjutkan langkahnya.

"Ikuti aku"

Gadis itu segera mengikutinya dalam diam. Ia benar benar linglung, terus saja menengok kanan dan kiri.

"Bertindaklah seolah kau tau tempat ini, mereka tidak akan melacakmu"

Mendengar perkataannya, gadis itu spontan menengok ke arah Vernon. Vernon tak sedikitpun menengok ke arah gadis di belakangnya. Kaki jenjangnya masih melangkah entah kemana.

"Mereka siapa?"

Tanya gadis itu penasaran. Dirinya masih setia menatap pemuda dingin di depannya. Vernon menghela nafas kasar, seperti tak menyukai topik pembicaraan mereka.

"Turuti saja kalau ingin selamat"

Vernon sedikit membentak. Dan pembicaraan singkat mereka berakhir dengan gadis itu yang menunduk takut.

***

"Siapa namamu"

Tanya Vernon tiba tiba. Gadis itu mengangkat kepalanya, menatap Vernon yang masih tak peduli dengannya.

"Avril, kau?"

Jawab Avril sekaligus membalikkan pertanyaan. Vernon sedikit melirik gadis itu, lantas kembali menatap lurus ke depan. Sejak tadi mereka terus melangkah, belum mencapai tujuan.

"Vernon"

Jawab Vernon singkat. Suasana kembali hening, hanya langkah kaki yang mengisi kekosongan. Mereka terus melangkah hingga seseorang datang. Ia bertubuh gempal dan berkulit hitam. Matanya terbuka lebar, menatap tajam Vernon yang masih memasang raut datar. Kaki pria itu melangkah, menuju depan Vernon. Tingginya sama dengan pemuda bersurai coklat itu.

"Kau lepas lagi"

Vernon masih diam, menatap lelaki itu dengan raut datar, namun penuh dendam. Keduanya saling berpandangan sesaat. Tangan lelaki gempal itu bergerak mengeluarkan sesuatu dari saku celananya.

"Kau tidak menunduk"

Vernon tak menjawab. Tubuh tegapnya tak bergerak barang satu senti. Orang itu pun sama. Ia masih menatap Vernon dengan wajah datar, pandangannya mengerikan -- setidaknya untuk Avril.

"Aku jauh lebih sempurna"

Balas Vernon. Ia meninggikan kepalanya sesaat, angkuh. Ia mendorong lelaki gempal itu hingga terjatuh. Lelaki itu hanya menatapnya datar, masih sama dengan pertama saat mereka bertemu.

"Minggir"

Ucap Vernon dengan nada ancaman. Ia langsung melangkah pergi diikuti Avril. Manusia gempal itu hanya menatap mereka pergi.

***

"Tadi itu siapa?"

Tanya Avril lagi, penasaran. Vernon lagi lagi tak menatapnya, tetap lurus menghadap lorong panjang yang tengah mereka lalui.

"Percobaan sukses ke-74"

Jawab Vernon singkat.

"Percobaan?"

Tanya Avril. Ia semakin penasaran dengan apa yang terjadi. Seketika pandangan Vernon meredup, namun tak disadari oleh Avril. Pasalnya, raut mukanya sama saja, datar.

"Hm, jangan bertanya lagi, kita hampir sampai"

Jawab Vernon. Nadanya tidak ketus, namun suaranya berat dan penuh penekanan. Pada akhirnya Avril terdiam hingga Vernon menghentikan langkahnya. Ia berhenti di sebuah ruangan tertutup.

"Tanganmu"

Vernon menjulurkan tangannya. Untuk pertama kalinya, pemuda itu mengulas senyum. Avril menyerahkan tangannya. Detik berikutnya, ia merasa dirinya seperti menghilang.

"Selamat datang kembali, Avril, masuklah ke dalam, tidak perlu membuka pintunya"

Vernon melepas tangannya. Avril bergerak masuk. Dirinya yang lain seakan tertidur di sebuah kasur, tubuh kasarnya. Sekejap dirinya merasa tertarik, dan ketika ia membuka mata, ia kembali berada di tubuhnya.

Mesin di sebelahnya menyala. Terdapat beberapa deret tulisan disana. Tak ada yang membacanya.

-Vernon-
-Percobaan sukses ke-100
-Ability = Visualisasi seperti nyata, menyembunyikan ruh

-Avril-
-Percobaan sukses ke-235
-Ability = -

***

Done

Maaf jelek, gaje, dan nggak ngefeel.

Typo juga maaf sekali.

Mau bikin gore tapi gajadi .-.

Special tag : diraaaf

Nb : kalo gamudeng baca lagi :3

IsengTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang