Diza, Robby, dan Zeza

22 1 0
                                    


Namaku Diza, siswa SMA tingkat pertama. Aku sangat menyukai olahraga basket sejak aku duduk di bangku SMP, para sahabatku Robby dan Zeza yang kebetulan tetap menemaniku hingga masuk SMA yang sama juga memfavoritkan olahraga yang menggunakan bola pantul dan sebuah ring tersebut.

Aku gemar sekali menonton permainan Ibor (Robby) dan Zeza (Rizandre) ketika mereka bermain di lapangan sekolah. Aku? Tidak, saat SMP, aku tidak mengikuti program ekstrakulikuler bola basket karena aku sudah terdaftar dalam program ekstrakulikuler Karya Ilmiah Remaja. Sebuah ekskul yang dicap berisi siswa siswa pandai dan nerd dengan kacamata besar dan buku buku yang menjadi cemilan setiap pagi dan setiap jam istirahat dengan tempat favorit mereka, Perpustakaan.
Seiring berjalannya waktu, Aku mulai berpikir untuk mencoba sesuatu yang sudah lama kudambakan, sudah lama sekali kugemari, dan yang selama ini hanya menjadi bakat terpendamku. Yap, Bola basket.

Tahun Pertama di SMA telah dimulai, Ibor, Zeza, dan Aku secara kebetulan masuk di SMA yang sama. SMA yang terkenal melahirkan pemain basket yang handal. SMA Van Deskundigen. Nama boleh berbahasa Belanda, tapi sekolah swasta ini terletak di Indonesia kok. Tepatnya terletak di daerah Malang, Jawa Timur. Pengelolanya juga gak ada hubungan lagi sama orang orang Belanda, menurut senior senior yang memberi informasi Van Deskundigen memiliki arti "Ahli". Iya juga sih, fakta yang aku baca dari website resmi sekolah ini, prestasinya banyak banget. Mulai juara Karya Ilmiah Usia 16 tahun Internasional, Olimpiade MIPA juara 1 tingkat nasional, Olahraganya pun begitu. Juara sepakbola antar SMA berturut turut sampai tropi yang harusnya bergilir itu secara konstan tetap terpajang di rak Hall Of Fame. Kemudian juara basket baik kompetisi lokal, regional, maupun nasional. Sungguh sekolah yang tidak kekurangan prestasi.

"Yakin nih kamu ikut Basket Diz?" tanya si Ibor sedikit meragukanku,
"Ee..ee eeeh, yakin dong, emang kenapa? Jangan meremehkanku ya, gini gini aku bisa basket loh" Jawabku membanggakan diri.
"Hahaha, support dong temennya nih Bor, sekarang kita support, sewaktu seleksi nanti baru kita buat down dia. Hahahaha" Zeza menimpali
"Aaah, sama aja bo'ong Zez,"
"hahaha, bercanda aja sob, pastinya lah kita dukung kamu masuk tim basket ya Bor?"
"Yoi men, santai saja sudah."
"Tapi, denger denger pelatih kita cewek dan lumayan cantik loh bakalan, kalo lolos seleksi, beruntung banget bisa ketemu" Ujarku mengganti topik pembicaraan.
"Seriusaaan?" Ibor terkejut.
"weh, serius, tapi jangan sampai salah fokus" jawabku sambil nyengir
"Ah asem, lu mah begitu Diz, haha"
"Eh.. eh... udahan ngobrolnya, yuk buruan kumpulin formnya ke tempat pendaftaran" potong Zeza.

Setelah pengumpulan formulir pendaftaran Diza mendapat kabar dari ketua kelasnya Jessie bahwa akan diadakan pre test dalam pelajaran Fisika nanti dan pada hari itu juga akan dinilai. Diza yang belum mempersiapkan segala sesuatunya untuk pre test fisika hanya bisa pasrah dan mempersalahkan gurunya yang tiba tiba memberikan shock test tersebut.

Teng... Teng...
Waktunya tiba, Pretest pertama Diza yang benar benar mengejutkan. Semua siswa nampak gelisah (terkecuali si ketua kelas dan beberapa temannya yang mungkin rajin dari sononya).
"Psst.. psst.., nomor 7 dong, hey Karin" bisik Nicky teman sebangku Diza kepada Karina yang duduk di bangku seberangnya sambil menutup i wajahnya dengan kertas soal.
"..."
"Karin, woe, ssst.. nomor 7 dong" Nicky kesal dia tidak digubris oleh Karina
"..."
(Hening)
"Karin, pliss, nomor 7,8,9, dan 10, nanti aku traktir siomay di kantin deh"
"BLETAK" tiba tiba sebuah tutup spidol mengarah ke arah Nicky
"eh? Salah sasaran ya?" Ucap Pak Billy dengan nada datar
Dag.. dig.. dag.. dig.. dug.. Jantung Nicky dan Diza berdegup kencang.
"saya nggak ngapa ngapain kan pak? Kok kena timpuk tutup spidol juga saya" protes Diza
"Bukan kamuu, itu yang sebelah kamu, si Nicky Minaj ehm, Nicky Hardian maksud saya" jawab Pak Billy lagi lagi dengan gaya bicara yang datar.
"huuuuuu" seisi kelas melolong mengolok Nicky termasuk Diza ikut menertawakan teman sebangkunya itu
"sssttt.. peringatan buat kamu juga Desa.."
"Diza pak"
"Terserah saya!! Jangan melawan ya atau nilai kamu mau mengerjakan dengan hasil yang sudah dipastikan yaitu 0!"
"Glek..." Diza terdiam menelan liur.dan kemudian mulai mengerjakan kembali.

Seisi kelas kembali sepi mengerjakan soal yang notabene cukup sulit. Hingga terdengar lagi sebuah desisan
"sst.. sssst.." kali ini Bruno, Si preman kelas mendesis meminta jawaban kepada Diza
"pa an?" Diza merasa terganggu
"bagi jawaban nomor 5–10 dong"
"demi acar tuan krab, banyak banget kamu minta, dikira aku dagangan jawaban?"
"Rese lu, bagi buruan jawabannya"
"ogah"
"gua jitak lu ntar"
"Bodo"
"BERAPA KALI HARUS SAYA BILANG?" suara pak Billy kembali menggelegar
"mampus kamu, haha" Diza menertawakan Bruno yang dia kira adalah sasaran amukan pak Billy selanjutnya
"DEESAAA, BRUNOO!," bentak pak Billy
"aseem, kena lagi aku" gumam Diza
"MAJU KE DEPAN KELAS!"
"Hufffh.. gara gara kamu ini Bruno, asem"
"Lu juga rese gak mau bagi jawaban" Tangkis Bruno
"Robek kertas Ulangan Kalian dan silahkan mengikuti pelajaran saya di pertemuan selanjutnya saja"
"SRAAAK" robeklah kertas Ulangan Diza dan Bruno yang mengakibatkan nilai pretest mereka 0.


Diza Si Perfect berkekuatan Putus AsaWhere stories live. Discover now