Prolog

15 2 0
                                    

Pagi ini hari pertama Rangga masuk SMA. Hari pertama ia mengikuti Masa Orientasi Sekolah, atau biasa disebut MOS.

Rangga sengaja bangun pagi pagi. Menyiapkan keperluannya sendiri.

Dan tepat saat ini. Ia sedang berdiri di depan cermin besar yang ada di kamarnya. Menatap pantulan bayangan tubuhnya. Rangga menata jambul rambutnya seperti biasa.

Setelah dicukup puas. Rangga keluar kamarnya. Menuruni beberapa anak tangga untuk sampai di ruang makan.

"Pagi Yah. bunda masih dikamar ya? " sapa Rangga sesampainya ia diruang makan. Panji, ayah Rangga pun mengangguk.

"Yaudah, Rangga sarapan dulu aja. Baru nyamperin Bunda" Rangga mendudukan dirinya di kursi makan. Tepat dihadapan Panji.

"Ngga, gimana sama Persiapan kamu? Udah beres? " Rangga yang sedang melahap nasi goreng buatan Panji pun mengangguk pelan.

Rangga berusaha menelan dulu nasi gorengnya. Baru menjawab pertanyaan Panji.

"Beres kok Yah. Ayah tenang aja, Rangga udah siapin semuanya" seulas senyuman menghiasi wajah Rangga.

"Oke, nice" Panji menganggukan kepala nya.

***

Rangga memasuki sebuah ruangan. Tempat dimana Diana, Bundanya berada.

"Hey Bun. Hari ini, hari pertama Rangga masuk SMA loh. Rangga udah gede Bun. Bunda bangga kan? Sama Rangga? " Rangga mengelus pundak wanita paruh baya yang berdiri di depan jendela kamar. Wajah wanita itu pucat pasi. Tanpa make up apapun yang menghiasi wajah ayu nya. Bahkan lingkaran Hitam menghiasi dua matanya.

Diana. Ibu Rangga. Ia mengalami depresi yang nendalam, karena kepergian Riana. Adik kandung Rangga.

Diana memang hanya diam. Tapi ia sering marah sendiri. Apalagi jika ia mengingat Riana. Bahkan Rangga sering terkena cakaran Diana.

"Yaudah ya Bun. Rangga pamit. Rangga mau sekolah dulu. Bunda baik baik dirumah" Rangga Akhirnya keluar dari ruangan itu. Meninggalkan Diana sendirian.

***

Rangga tengah duduk diantara beberapa anak kelaparan. Ia memilih untuk duduk di tengah ruangan itu. Menyumpal kedua telinganya dengan headset.

"Hey, lo anak baru juga kan? " seorang gadis berparas cantik menghampiri bangku Rangga. Yap, saat ini jam istirahat. Dan Rangga memilih untuk beristirahat Di kantin sekolah barunya.

Rangga sayup sayup mendengar derap langkah kaki mendekat kearahnya. Dengan spontan, cowok itu melepas salah satu headset nya.

"Kenapa? " Rangga bertanya dengan  datarnya.

Sementara cewek itu lebih memilih duduk disamping Rangga. Meletakkan pesanannya di samping makanan Rangga.

"Sekarang kita teman. Lo temen gue. Gue temen lo. Kita sahabatan. Oke?! " bahkan cewek itu belum mengenali Rangga. Tapi sudah menyebutnya sebagai sahabat. Gila!. Rangga membatin.

"Eh ya, kenalin. Gue Rianita Darra. Panggil aja Darra, Riani juga boleh.  Lo? " Darra mengulurkan tangannya. Bermaksut mengajak Rangga Kenalan.

Tapi Rangga seakan tak peduli. Ia lebih memilih melahap bakso nya lagi.

"Eh?! Gue ngomong sama lo. Kok Diem aja sih" Darra menyelidik.

"Rangga. " Rangga berucap datar. Bahkan terkesan sangat dingin.

"Pantesan lo makanya bakso. Biar lo cair kan. Soalnya Hati lo beku! " tanpa permisi. Darra pergi dari hadapan Rangga. Ia memilih tempat lain untuk menyantap makanannya.

***

Setelah Darra pergi. Rangga masih diam. Ia lebih memilih untuk melanjutkan acara makan siangnya.

'KEPADA SEMUA ANGGOTA MOS, DIPERKENANKAN BERBARIS DI LAPANGAN BELAKANG!! SEKARANG JUGA! TERIMA KASIH'

Pengumuman itu sungguh mengangguk moment makan siang Rangga. Dengan terpaksa ia meninggalkan kantin. Dengan bakso nya yang masih setengah.

'Bruk'

Rangga menabrak seorang lelaki jangkung. Murid baru juga. Sama seperti dirinya.

"Hey? Lo Rangga kan? Pianis yang main di D'art caffe? " Rangga masa bodoh dengan pertanyaan cowok itu. Ia hanya menyuguh kan seulas senyum dan mengangguk.

"Hey, salam kenal. Gue Bian" cowok itu mengulurkan tangannya. Yang langsung dijabat oleh Rangga.

Arbian Pradana. Cowok dengan perawakan tinggi kurus, kulit putih, dengan kacamata mines dua yang setia menemani matanya kemanapun ia pergi. 

"Oke, yuk jalan. Udah pada ngumpul tuh" Bian menarik tangan Rangga menuju lapangan. Kebetulan mereka satu kelompok. Satu barisan. Dan harapan Bian, mereka bisa satu kelas.

"Lo mau ambil jurusan apa Ngga? " Bian bertanya pada Rangga, cowok cool yang setau Bian memiliki banyak fans di luaran sana.

"Ips. Lo? " Rangga balik bertanya. Tapi masih dengan nada dingin. Ya, itulah Rangga.

"Sama. Gue nggak tertarik sama dunia medis. Gue aja takut jarum suntik" Bian sedikit terkekeh. Yang menurut Rangga, itu garing banget.

"Oh, semoga sekelas. Karna gue gatau. Apa gue bisa punya banyak temen disini" Rangga menatap manik mata Bian. Sumpah, itu kalimat terpanjang yang pernah Bian dengar dari mulut seorang Pianis muda berbakat. Elrangga Abdillah.

"Semoga" Bian mengiyakan ucapan Rangga.

Mereka menyelesaikan MOS pertama mereka dengan sempurna. Pertemuan Rangga dengan Darra. Cewek yang menurut Rangga aneh. Di MOS pertama juga, Rangga menemukan Bian. Satu satu nya orang baru yang berhasil membuatnya nyaman.

TBC

Penasaran nggak? Apa yang bakal kejadian sama mereka selanjutnya?😁😁

Next? Vote and Comment nya ditunggu😘

ELRANGGATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang