Epilog

523 75 3
                                    

"Tidak kusangka kau akan menikmati sisa keabadianmu dengan menjadi pelukis, Josh."

Cassiel tiba-tiba datang secepat kilat ketika Joshua baru menandaskan teh melatinya.

Lelaki berambut cokelat itu hanya tersenyum. Menanggapi sarkasme sang malaikat dengan ujaran singkat.

"Menyesal pun tidak akan berguna. Hanya akan membuat Azriel tertawa dan hidupku sengsara."

Joshua meletakkan cangkirnya. Menyandarkan punggung di sofa sembari menoleh dan menatap sendu langit pagi dari kaca jendela.

"Lagipula Jeonghan tidak akan senang kalau aku terus bersedih karena kehilangannya."

....

Ya.

Bahkan hingga reinkarnasi Jeonghan yang terakhir. Cinta mereka tidak dapat disatukan. Terpisah untuk selama-lamanya sebab Jeonghan telah meregang nyawa tepat sebelum nama Joshua berhasil ia eja dengan sempurna.

Joshua terpuruk tentu saja pada awalnya. Ribuan tahun yang telah dilewatinya terasa sia-sia. Keabadian terasa gelap dan menyengsarakan tanpa kehadiran Jeonghan.

Azriel tertawa terpingkal-pingkal mendapati jalan takdir mereka yang menyedihkan. Malaikat sinting itu bahkan tidak peduli meski dia dibuang dari surga karena telah melanggar aturan dan dengan sengaja merencakan pembunuhan pada Jeonghan. Bahkan hingga Azriel ditenggelamkan dalam kawah neraka, Joshua masih bisa mendengar tawa busuknya.

Namun setelah dipikir-pikir lagi. Menangis pun tidak ada gunanya. Meratap hanya akan membuat Jeonghan-nya bersedih di atas sana. Jeonghan hanya meninggalkannya untuk sementara. Mendahuluinya untuk direngkuh oleh surga, sementara Joshua mesti bersabar hingga kehidupan yang panjang ini hancur lalu menyusulnya.

Di keabadiannya itu, Joshua mencoba mengisinya dengan mengingat kembali kenangan-kenangan yang telah mereka bangun selama puluhan kehidupan.

Dan melukis adalah caranya untuk mengenang Jeonghan.

Menumpahkan segala memori dan emosi, lalu membingkainya dalam warna-warni yang menggetarkan hati setiap manusia fana ketika melihatnya.

Tak bisa dipungkiri, Joshua luar biasa terkenal ketika memulai debut nya sebagai pelukis kenamaan dunia.

Total sudah ada puluhan lukisan yang berhasil ia ciptakan dan kini dipamerkan ke seluruh dunia. Objek lukisnya hanya satu orang.

Yoon Jeonghan.

Dalam berbagai versi kehidupan.

Melukis sang kekasih, membuat Joshua serasa kembali ke masa-masa itu. Masa di mana Jeonghan masih berada di sisinya walau tidak bisa mengingat sosoknya.

Jeonghan ketika masa kekaisaran China ia lukis sebagai lelaki karismatik dengan rambut hitam panjang dan jubah yang melayang. Membawa sebuah bendera hitam sambil berkuda melawan pasukan pemberontak yang kemudian merenggut nyawanya.

Ada pula si polos Jeonghan sebagai lelaki penggembala domba. Tampak luar biasa indah dengan rambut ikal berwarna kemerahan berbaring di atas padang rumput Skotlandia sambil menatap langit bertabur ribuan bintang.

Di lukisan lain, Joshua menggambar Jeonghan ketika dia sedang membaca di sebuah perpustakaan besar milik keluarga bangsawan ternama di Britania Raya. Rambutnya yang pirang dikucir tinggi. Matanya yang biru cemerlang dilukis seolah-olah sedang menatap siapapun yang melihat lukisan tersebut. Tampak luar biasa memikat. Joshua melukisnya persis seperti pertemuan pertama mereka.

Dan masih banyak lagi lukisan-lukisan Jeonghan di setiap masa kehidupan. Entah itu di zaman Romawi Kuno, Dinasti Joseon, Kerajaan Mesir, hingga masa Revolusi Inggris dan Perang Dunia.

Namun, di antara lukisan-lukisan berlabel 'JH' yang menakjubkan itu. Ada satu yang menjadi favorit Joshua dan berhasil memukau dunia.

Lukisan itu adalah visualisasi Jeonghan ketika berada di Surga.

END

This Heart Will TalkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang