UCS: Silakan Selingkuh

64 0 0
                                    

Kutulis ini untukmu. Meski kita belum pernah bertemu. Apalagi saling mengenal. 

Jika kini kau sedang mencariku, carilah aku sungguh-sungguh. Jangan cari aku di mall. Cari saja aku di perpustakaan atau toko buku. Kau mungkin akan mudah mendapatkan perempuan sepertiku.

Kau masih absurd saat ini. Kau belum nyata. Aku hanya mampu menghayali rupamu. Seperti yang tampak dalam mimpi, setiap kali kamu datang menemuiku.

Baiklah aku kembali meminta. Agar kau tahu kau akan berlaku bagamaina nanti. Ketika sudah memilikiku.

 Aku sadar, sebuah pertemuan, setiap hari pasti akan membuatmu jengah. Jenuh dan bosan. Aku tidak memiliki kuasa menahanmu untuk tak berpaling ke yang lain. Atau pun melarangmu untuk mencintai perempuan lain di saat aku sudah tak lagi menarik di mata dan hatimu. Aku bukan pula ikhlas. Tidak sama sekali. Aku hanya sadar akan realitas hidup dan beberapa fakta yang dimiliki manusia. 

Mereka, makhluk dengan sejuta rasa tak puas. Walau dia menikahi seluruh perempuan di muka bumi ini, tetap anjing mungkin lebih cantik menurutnya. 

Begitulah fitrahnya manusia. Punya sisi buruk dari lahiriahnya sana. Akan tiba masa, ketika bentuk tubuhmu menyusut, atau justru mengembang, di beberapa sisi tubuhmu yang pernah kau agungkan saat masih sendiri, kini hanya tersisa buntalan-buntalan lemak. Mereka menyerupai anak tangga, bahkan jika disentuh olehmu pun, mungkin kau akan kesulitan membedakan, mana payudara dan mana lemak di perutmu. 

Takdir. Perempuan akan berubah bentuk. Akan mengerut seiring pertambaham usia. Akan tidak lagi terlihat menarik. Maka perempuan-perempuan yang baru menjadi perempuan di luar sanalah bisa saja menjadi pelampiasanmu. Saat itu pula, celah untuk berkhianat bermula. Kamu tak mau melepas kekasih halalmu, tapi kau pertahankan dan tetap berani bermain api dengan perempuan harammu. 

Untukmu suamiku. Jika kelak kudapati dirimu seperti cerita itu, aku tidak akan bertindak seperti kebanyakan perempuan lain. Aku hanya akan bertanya, seberapa tidak menariknya lagi aku di matamu? Aku juga tidak akan menghabiskan tenagaku untuk menghajar perempuan simpananmu.

Aku tidak ingin membuat sebuah masalah baru. Tapi, ingat, semua perbuatan akan ada konsekwensi yang menanti. Kau silakan bermain api, maka tunggu saja yang terjadi sedetik, semenit, atau seminggu atau berpuluh tahun kemudian. Jika bukan kau yang merasakan derita dari langkahmu yang salah arah, anak cucumu akan menuainya. Sungguh sesuatu yang adil bukan? Lantas apa kabar aku sebagai korbanmu? Aku tak mau menuntut apa-apa. Cukup tinggalkan saja aku tanpa memperlihatkan wajah rasa bersalahmu. Karena sesungguhnya aku begitu muak.Muak atas apa yang terjadi kini. 

Jika ingin bertahan denganju, jangan salahkan aku jika aku berubah menjadi perempuan asing bagimu. Jangan pernah mencoba belajar mengembalikan ceria seperti dulu. Itu mustahil terjadi lagi. Aku nanti hanya akan mengacuhkanmu. Hidup kita berakhir hambar, datar. Kepercayaanku direnggut. Orang yang kurengkuh dalan pelukku, ternyata di suatu waktu  merengkuh pundak perempuan lain. Syukur jika dia bukan karibku. 

Maka untukmu suamiku, selingkuh saja jika ingin. Turuti egomu jika terpaksa. Tapi ingat, akan ada penyesalah suatu ketika. Siapa yang membalasmu, akan kau temukan nanti. 

Itulah mengapa banyak permintaanku. Aku terlalu egois mungkin menurutmu. Tapi aku ingin kita hidup dengan berpikir logis. Aku tak mau masuk dalam belenggu rutinitas setiap pagi. Harus memasak untukmu. Aku sudah cukup lelah dengan pekerjaanku. Jangan mencampuri yang bukan urusanmu. Lantas pada akhirnya, kau tak mampu menjaga pandanganmu. Kau rusak janji suci kita yang pernah diikrarkan. Kau hancurkan sebuah komitmen untuk tak mendua. Bahkan lakumu lebih hina dari suami yang meminta izin baik-baik kepada istrinya untuk berpoligami. 

Aku mengatakan ini bukan berarti aku adalah perempuan yang membuka diri akan fenomena poligami. Aku hanya berusaha selalu realistis pada sebuah kehidupan. Aku tak ingin membawa agama dalam cara berpikirku. Jika kudapatkan dalil poligami, akan ada bermunculan dalil lain yang mendukung suami  sebagai seorang pemimpin (penguasa) dalam ikatan rumah tangga. Aku? Jangan berharap lebih kepadaku. Sudah sejak awal kukatakan, aku tidak ingin menjadi perempuan pada umumnya jika aku sudah menikah. Aku dan cara berpikirky, berbeda. Jangan pernah menasihatiku, jika kamu tak pernah melaluinya. Kira-kira demikianlah kuakhiri ceritaku. 


Ket:

-UCS: Untukmu Calon Suamiku

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 16, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Untukmu Calon SuamikuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang