Just. Prolog.

90 14 2
                                    

Hati sedingin es itu mau dicairkan dimana? Neraka?

📍


"Bagaimana bisa kau menyatakan perasaanmu tanpa cinta?"

Orang itu menghentikkan langkahnya. Membalikkan badannya dan menatap gadis yang menahannya itu dengan senyum meremehkan.

Tangannya terangkat, telunjuknya mengarah. Pada dirinya.

"Bisa. Buktinya ada, aku" jawabnya. Tapi gadis itu tak bergeming. Dia malah tertawa. Hambar mungkin?

"Iya. Itu semua karena kau bodoh" jawab si gadis.

Sejenak lelaki itu menautkan alisnya kemudian memisahkannya lagi.Tertawa, kembali tubuhnya membalik. Berjalan perlahan meninggalkan gadis itu.

"lalu kau itu disebut apa? Sangat bodoh? Percaya cinta tapi tidak tau apa itu cinta. Aku mau tanya, cinta itu apa?" Nadanya mudah ditebak. Ya sekarang dia menertawakan gadis itu. Gadis yang jadi kelinci percobaannya, Gadis yang ia obrak-abrik hatinya.

"Em itu.. Sejenis" Benar saja orang itu tidak bisa menjawabnya. Sekarang, ia malah mengikuti lelaki tadi dari belakang. Tanpa mau mendahului atau kembali mencegat.

"sejenis? Daging cincang? haha. Belajar dulu sana baru cinta-cintaan" jawabnya. Sedangkan gadis yang mengikutinya tadi berhenti. Hanya memandang punggung atletis lelaki itu dari belakang.

Tangannya mengepal di ujung rok. Sedangkan lelaki yang merasakan perubahan situasi tadi kembali membalikkan badannya.

Mereka saling bertatapan. Tapi gadis di depan sana menatapnya hambar. Mungkin jengah, atau tak berselera. Sudut bibirnya terangkat sebelah.

"Ha. Dasar brengsek" gumamnya.

Lelaki itu menaikkan sebelah alisnya. Gadis itu sebenarnya memang sengaja mengatakannya dengan sedikit keras agar orang-sialan- di depannya itu mendengarnya.

"Apa kau bilang? Brengsek?"

"Iya. Orang yang bahkan lebih idiot dari pada idiot. Lebih menjengkelkan dari pada spongebob. Lebih tidak tau malu dari semua orang yang memalukan. Semua itu lantas disebut apa? Brengsek? Oh tentu tidak. Bahkan kata itu tidak cukup. Heh kutub utara yang pindah ruas, seandainya ada kata yang lebih tinggi dari pada itu, aku akan menggunakannya untuk mendeskripsikan perilakumu"

Tapi lagi-lagi si kutub utara membalikkan badannya tak mengerti, atau mungkin tak mau mengerti. Dia malas, berdebat dengan sesama kutub utara. Batu sama batu, ya tidak bisa dipaksa. Dia lebih memilih kembali berjalan, meninggalkan gadis itu dengan aura hitam yang mengelilingi tubuhnya.

Setelah laki-laki itu lama menunggu dengan sedikit drama. Akhirnya si gadis mulai terpancing.

"Hei Jung-sialan-Kook. Bagaimana kalau kita taruhan?"

Orang itu kembali menghentikan langkahnya. Tersenyum. Ini yang ia tunggu-tunggu. Sebuah kesenangan tersendiri.

"Mari kita berpacaran. Melakukan semua hal yang sepasang kekasih biasa lakukan. Lalu, siapapun yang jatuh cinta duluan. Dia yang kalah. Dan hukumannya, mengabulkan permintaan pemenang selama 5 hari berturut-turut" Kata gadis itu mantap.

Tapi lelaki itu kembali berjalan. Tanpa menoleh ke arah gadis itu. Dia mengangkat tangannya, memberi tanda setuju.

"Kalau begitu. Catat tanggal hari ini nona Nam, oh! atau mungkin nona Jeon. Ingat hari ini, karena ini hari pertama kita resmi berpacaran"

Gadis itu berbalik. Berjalan cepat tanpa menghiraukan lelaki itu lagi.

Tangannya mengusap wajahnya kasar. Sebuah mimpi buruk atau mungkin sebuah perang?, perang yang baru saja benar-benar dimulai.


-- T V C --
Tolong, Vote, Comment

©Vambifox;present.

Luvfonte [JJK]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang