"Sekeras apapun kamu ngehapus aku dari hidup kamu, nyatanya aku masih lihat aku yang dulu di mata kamu hari ini" -Reihan-
Selama meeting berlangsung tidak ada satupun ucapan mbak Wiwid atapun pak Fredy selaku Direktur Pramono Hospital yang dapat dicerna Ocha dengan baik, pikirannya jauh dari bahasan pagi ini diruang meeting, Ocha sibuk menerka kenapa Reihan hari ini bisa ada diruang meeting, bagaimana kabarnya setelah dua tahun ini, juga semua kenangan yang mendadak masuk mendesak otak dan perasaan Ocha disaat bersamaan.
Reihan Alvaro Ferdian, pria yang saat ini menatap Ocha sambil menyungingkan senyum tipis yang sukses mengetuk pintu hati Ocha yang selama dua tahun ini dia tutup rapat, membuka semua kenangan yang selama dua tahun ini mati-matian Ocha jadikan hanya sebatas kenangan.
" Ingat Cha jangan buat dua tahun ini sia-sia" rapal Ocha berulang kali didalam hati mengingatkan sekaligus menguatkan hati
" Oke jadi nanti untuk asesmen akan dilakukan oleh rekan saya Soraya sebagai penanggung jawab TNA kali ini, dan dibantu beberapa staff HRD lainya" tutup Wiwid di akhir presentasinya
Danu yang melihat Ocha yang sedari tadi hanya diam sambil memutar bolpoin diatas meja mengetahui bahwa Ocha tidak memperhatikan meeting yang sedang berlangsung. Segera danu merebut bolpoint yang ada di genggaman Ocha dengan maksud agar Ocha berhenti melamun
"Apaan ? " Ocha menoleh malas ke arah Danu yang tiba-tiba mengambil bolpoint di tangannya
" Meeting udah mau selesai odong" jawab Danu kesal
" Jadi bagaimana Soraya kapan mau memulai TNA nya ? " tanya pak Fredy pada Ocha
Sedangkan Ocha yang tidak meperhatikan meeting gelagapan menjawab serangan pertanyaan dari pak Fredy
" hmm TNA ya pak, hmmm... bisa dimulai segera pak besok atau lusa saya akan segera ke lapangan" jawab Ocha Sembari berpikir dengan cepat maksud pertanyaan dari pak Fredy padanya, untung Ocha dianugrahi otak yang cukup cerdas sehingga dia dapat dengan mudah menganlisa situasi dari pertanyaan pak Fredy
"Oke kalau begitu, saya tunggu kedatang tim HRD untuk segera memulai TNA, karena kita sudah menemui kesepakatan saya rasa meeting hari ini bisa kita sudahi, terimakasih atas kerjasamanya, selamat pagi" tutup pak Fredy sembari beranjak berdiri dan keluar dari ruang meeting.
Melihat Danu yang hendak bangkit dari kursinya buru-biru Ocha menahanya dengan menarik lengan Danu sehingga pria itu terduduk lagi di kursinya
" Apaan sih badak ? buset tenaga lo dah hambir kejengkang gue" jawab danu sambil menatap kesal ke arah ocha
" Eh kenapa tadi pak Fredy tanya gue soal TNA ? kenapa gk tanya mbak Wiwid aja ? "
" Duh kuping lo sepi ya, kan mbak Wiwid tadi ngomong lo penanggung jawabnya untuk TNA di rumah sakit, udah ah gua banyak kerjaan " jawab danu sembari berdiri dan menuju pintu ruang meeting
"lah nu, kok jadi gue nu ? bukannya kemarin Siska ya ? " protes Ocha kepada Danu, sedangkan Danu yang mendengar protes dari Ocha hanya mengedikkan bahu sambil melambaikan tangan dan berujar " tanya mbak Wiwid lah Cha kenapa tanya gue"
Ocha menatap punggung Danu yang sudah menghilang masuk ke dalam Lift. Segera Ocha membereskan barang-barangnya yang ada di meja, dia harus bergegas ke ruang mbak Wiwid dan meminta penjelasan atas penunjukkan sepihak ini, bukan apa-apa Ocha hanya tidak mau dianggap mengambil proyek rekannya, terlebih ini adalah proyek yang harusnya dipegang oleh Siska rekan sesama HRD yang terkenal dengan mulutnya yang nyinyir dan ratu gosip.
Hendak beranjak meninggalkan ruangan meeting tiba-tiba pergelangan tangan ocha di tahan oleh pria yang sedari meeting tadi mengacaukan pikirannya. Reihan.
" Sebentar Cha " Ucap Reihan sembari menahan pergelangan tangan wanita yang semenjak tadi menjadi pusat perhatianya
Ocha merasakan sensasi kejut yang sudah lama tidak dia rasakan saat merasakan tangan Reihan menyentuh pergelangan tangannya. Tangan itu masih hangat. Segera menguasai diri Ocha buru-buru manarik tanganya dari geganggaman tangan Reihan.
"Hai Rei, kenapa ? " jawab Ocha berusaha mengatur suaranya agar terdengar sesantai mungkin
"Kamu... apa kabar ?" dari sejuta pertanyaan yang ingin ditanyakan Reihan pada Ocha hanya pertanyaan itu yang mampu dia ucapkan saat menatap mata Ocha yang dua tahun ini sangat dia rindukan
"Baik Rei, kamu gimana ? kok bisa ikut meeting ? " dari milyaran rentetan pertanyaan yang ingin Ocha tanyakan pada pria dengan tatapan mata teduh yang selama dua tahun ini mati-matian dia tanamkan bahwa dia tidak butuh tatapan teduh itu, nyatanya hanya pertanyaan itu yang mampu disampaikannya saat ini.
"Kebetulan Profesorku yang jajaran direksi rumah sakit pagi ini mendadak ada operasi darurat, kirain operasinya sebentar tapi ternyata lebih lama dari yang diperkirakan, jadi profesor minta tolong aku untuk datang meeting hari ini"
"Ah kamu.. dokter di rumah sakit pramono?
"Yap, baru selesai koas" jawab Reihan yang masih menatap mata bulat Ocha
"kamu ada waktu ? bisa kita ngobrol Cha ?" lanjut Reihan dengan tatapan penuh harap bahwa gadis didepannya akan menjawab iya
"hmm.... sorry Rei aku harus segera ke ruangan mbak Wiwid untuk ngurusin kerjaan" jawab Ocha yang mendadak berdebar saat mendengar ajakan Reihan
"Ah okay, next time aja kalau gitu" ucap Reihan dengan nada kekecewaan yang kental
"Yap Next time, bye Rei" Tutur Ocha yang segera memasuki pintu lift yang kebetulan terbuka
Pintu Lift perlahan menutup menyisakan tatapan mata Reihan dan Ocha dengan sisa senyum di kedua bibir mereka, namun tiba-tiba pintu lift yang hampir tertutup itu ditahan oleh tangan Reihan yang membuat pintu Lift itu kembali terbuka.
"Boleh aku hubungin kamu Cha ?" Ucap Reihan setelah dia berhasil menahan pintu Lift, ini adalah kesempatan dirinya untuk memperbaiki hubungannya dengan gadis bertubuh chubby itu, dia tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan lagi, jadi tanpa pikir panjang Reihan langsung menahan pintu lift yang akan membawa gadisnya pergi.
Mata Ocha membulat kaget saat pintu lift kembali terbuka karena ditahan oleh tangan Reihan, dadanya berdebar dua kali lebih cepat saat mendengar pertanyaan itu keluar birbir pria ini, dengan tatapan mata itu, tangan kokoh yang menahan pintu lift, dan ucapan yang membuat dadanya berdebar tidak normal, Ocha tiak mampu bicara apapun untuk menjawab pertanyaan Reihan sehingga Ocha hanya mengangguk pelan dan tersenyum.
Melihat anggukan kepala dan senyum di bibir Ocha, membuat Reihan tersenyum lebar sambil menggeser tanganya dari pintu lift yang dia tahan, membiarkan pintu lift kembali tertutup sempurna.
"Bodoh, dasar Soraya bodoh" rutuk Ocha pada diri sendiri sesaat seletah pintu lift telah tertutup.
******************************
Segera update karena saya rasa saya perlu menyelesaikan cerita ini sebagai bentuk tanggung jawab saya pada diri sendiri atas kenekatan saya.
Btw TNA itu Training Need Analysis prosedur untuk menganalisis suatu masalah yang ada di perusahaan atau organisasi untuk mencari penyebab masalah dan menemukan solusi yang tepat buat permasalahan ini
(Oh iya yang di mulmed adalah harapan saya soal karakter Reihan bentuknya begitu hehe, tapi silahkan dibayangkan versi masing2 kalau gk mau)
Untuk sekarang masih nyeritain Reihan dan Ocha sedangkan untuk Abian akan muncul di next chapter dan juga tokoh-tokoh lainya.
So mohon kritik dan saranya ya, semoga next chapter saya bisa buat lebih panjang, lebih baik lagi, seru dan kayak untuk dinantikan, terimakasihhhhh.
with love,
semanggidaunempat
KAMU SEDANG MEMBACA
HATI UNTUK SIAPA ?
Romantik"lo bahagia bi?" tanya Ocha sambil tetap menggenggam kamera dan merekam pria yang ada dihadapanya. -Soraya- Sial, harusnya gue bisa aja dengan mudah ngejawab pertanyaan si buntelan ini, tapi entah kenapa lidah gue mendadak kelu dan akhirnya gue cum...