Model, Singer

3.3K 101 0
                                    

Chelsea menatap tajam kearah lelaki yang sedang membagikan senyumnya kepada para gadis di sekitarnya tersebut. Sampai matanya panas, barulah gadis itu memalingkan wajah kemudian menghentakkan kaki kesal dan berlalu pergi.

"Dasarnya emang playboy cap badak, ya playboy aja. Gak usah bawa-bawa alesan ketenarannya" gerutu Chelsea

"Siapa yang playboy Chel?"

"Astaga!" kaget Chelsea ketika mendadak seorang siswa berjalan di sampingnya.

"Laki." jawab Chelsea judes

"Gue enggak kok"

"Itu kan menurut lo, menurut gue semua lelaki tampan berpotensi jadi playboy" balas Chelsea cuek

"Dan menurut gue, semua wanita cantik berpotensi jadi tukang PHP"

Chelsea mendadak menghentikan langkah mendengar kalimat siswa tersebut. Menoleh sebentar, Chelsea bisa melihat pria itu tengah menggedikan bahu pertanda menegaskan kalau gue gak salah ngomong kan? .

Setelah memicingkan mata sebentar, Chelsea memiringkan kepala.

"Basi." singkat dan setelahnya, Chelsea berlalu tanpa merasa kalau kecantikannya sudah berhasil menarik perhatian orang-orang di sekitarnya.

_

Bagas mendengus sebal melihat punggung seorang gadis yang tengah berbincang asik dengan seorang siswa.

Setelah teman-teman perempuannya-atau lebih tepatnya penggemarnya- pergi, Bagas segera menyusul Chelsea yang tadi dia tinggalkan sendiri di kantin. Menyebalkannya, Chelsea malah meninggalkan Bagas dan membiarkan pria itu di kerubungi gadis-gadis.

Bagas berdiam diri sejenak di tempatnya sampai ia melihat kalau Chelsea berkata sesuatu dan meninggalkan siswa itu begitu saja.

Tersenyum senang dan menang, Bagas berlari kecil ke arah Chelsea.

"Chel!" merasa namanya dipanggil, Chelsea menoleh dan berpaling kemudian berjalan cepat ketika mengetahui siapa yang memanggilnya.

"Eh lampir!!" gemas Bagas menangkap pergelangan tangan Chelsea

"Apa lo bilang? Dasar bunglon!" balas Chelsea menghentakkan genggaman tangan Bagas kasar.

"Chel! Lo kok ninggalin gue sih! Harusnya lo tuh bantuin gue ngurusin cewek-cewek yang rasanya kayak ibu-ibu komplek mau lahiran itu" gerutu Bagas

"Bantu lo? Dengan cara jadi pacar pura-pura lo? Bisa darah tinggi gue tiap hari" jawab Chelsea

"Idih ... Kalau di sogok bakso kantin seminggu sama ice cream 5000 juga luluh." enteng Bagas

"Gak! Gak bakal mau lagi gue. Bisa beli sendiri!" Chelsea terus berjalan meninggalkan Bagas yang masih mengekorinya.

"Chel .. Ish! Sadis banget sih lo jadi cewek, pantes gak ada yang mau" ucap Bagas lagi mengabaikan wajah Chelsea yang sudah memerah menahan kesal.

"Oke! Jangan harap gue mau jadi pacar pura-pura lo di depan om Putra. Lihat aja, kali ini mati lo di tangan Angel!" balas Chelsea sengit.

Bagas yang mendengar ancaman Chelsea, terang saja langsung gelagapan sendiri.

"Eh, eh Chel. Jangan gitu dong ... Kalau gue sama Angel bisa mati muda gue... Bisa kere juga ... Lo gak kasian sama sahabat lo yang ganteng ini" ucap Bagas memegang ujung seragam Chelsea seperti anak kecil.

"Gak! Gue gak peduli. Mau lo mati muda terus jadi mumi juga gue gak peduli" jawab Chelsea dan duduk di bangkunya dengan anteng.

Memasang earphone di telinga kemudian menelungkupkan kepala. Tidur.

"Chel ... Iyadeh gue minta maaf. Chel" rengek Bagas

Bagas tidak akan berhenti membujuk Chelsea kalau saja bel masuk tidak berbunyi.

Menghembuskan nafas pasrah, Bagas bangkit dari kursi di hadapan Chelsea dan melangkah keluar dari kelas gadis itu.

Chelsea menegakkan kepala dan melihat punggung Bagas menghilang dibalik pintu kelasnya. Tersenyum kecil, Chelsea bergumam.

"Kena lo"

"Chel? Lo beneran gak jadian sama Bagas?" tanya Marsha-teman sebangku Chelsea-.

"Enggaklah. Siapa juga yang mau jadian sama bunglon kayak dia" jawab Chelsea enteng.

"Emang, temenan sama dia lama, gak bikin lo punya perasaan khusus gitu?"

"Yaelah Sha ... Lo kayak gak tau gue aja. Gue paling ogah sama laki model Bagas gitu. Mending pacaran sama monas"

Marsha terkekeh geli

"Kalau gitu, gimana kalau Bagas buat gue aja?" goda Marsha

Deg!

Entah kenapa Chelsea tidak suka Marsha berkata seperti itu walau konteksnya hanya bercanda. Namun, untuk menutupi raut wajahnya yang berubah, Chelsea meringis kecil.

"Buat lo aja, gue gak doyan bunglon ijo" jawab Chelsea kemudian memalingkan wajah, takut Marsha mengetahui perubahan emosinya.

_

"Sayang!" Chelsea terkejut bukan main mendengar teriakan tepat di samping telinganya tersebut.

"Shitt!! Lo mau bikin gue mati muda?!" kesal Chelsea

Bagas meringis tanpa dosa lantas menggenggam tangan Chelsea dan menariknya, mengabaikan pandangan iri orang-orang sekitar mereka.

Sampai di parkiran sekolah, Bagas menguncir tambut Chelsea seperti biasa sebelum memakaikan helm pada gadis itu. Diam. Chelsea membiarkan Bagas melakukan pekerjaannya.

"Ayo!" ucap Bagas semangat

Chelsea masih diam di tempat, tidak tertarik naik keatas motor Bagas.

"Chel ... Lo masih marah ya?" tanya Bagas

"Iya deh, bantet ngaku salah... Cechel jangan marah lagi dong ..." rajuk Bagas memilin dasi sekolah Chelsea.

Berdehem kecil, Chelsea memalingkan wajah. Dia benci kalau Bagas sudah memasang wajah seperti itu.

"Gimana kalau sebagai tanda permintaan maaf. Kita pergi ke kedai ice cream terus beli cokelat di toko deket Mall sana. Cechel kan suka banget sama cokelat disana" bujuk Bagas

Chelsea menguatkan hatinya untuk tidak tergoda dengan tawaran Bagas.

"Bantet yang beliin deh. . sepuasnya, Chelsea mau beli cokelat mana aja"

"Berangkat!" tanpa menunggu dua kali, Chelsea sudah naik keatas motor Bagas dan memeluk pinggang pria itu erat.

Bagas tersenyum senang.

'Sederhana banget sih lo Chel'

_

Pacar ?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang