👀

2 1 0
                                    

     Sore yang ramai orang berlalu lalang di jalan Kota Seoul. Lagi, hanya aku sendiri menggunakan mantel berjalan melawan kerumunan. Musik yang beralun ditelingaku melewati kabel tiba-tiba mati, sambil berjalan tanpa tujuan, kuambil smartphoneku dan kuputar lagi lagu yang baru saja mati.

     Dengan perut lapar, langkahku terasa semakin berat. Dukungan aroma roti yang sedap membuat langkahku berhenti dan langsung mengantri. Didepanku ada dua orang lelaki tinggi, satu laki-laki itu menggunakan hoodie hitam dan sedang merekam rekannya yang hampir sama tingginya menggunakan hoodie yang terlihat mahal. Mereka tertawa dan membuat lelucon didepan kamera, aku hanya melihatnya heran kenapa mereka bisa tertawa atas humor yanh bahkan tak ada yang lucu. Lelaki yang menggunakan hoodie tadi tiba-tiba berhenti saat merekam dan melihatku sekilas kemudian berbisik kepada rekannya. Aku tidak tahu jelas apa yang membuat mereka kemudian tertawa, namun aku menduga itu sepertinya ekspresi mukaku. Dengan ekspresi canggung, segera aku mengambil masker dan memakainya untuk tidak terlihat sangat malu. Ketika dua lelaki itu sudah mendapatkan roti, tiba giliranku untuk memesan dan mendapatkan roti beserta satu cup coklat hangat untuk menemaniku berjalan tanpa tujuan.

     Sungai Han. Sungai Indah yang menjadi kenangan buruk. Coklat hangat dan roti yang kubeli tadi ternyata telah habis dalam sekejap. Duduk di tepi sungai mungkin bukan hal yang buruk. Angin sore ditepi sungai membuatku kembali ke masa lalu ketika hal buruk itu terjadi, ketika semua penyebab buruknya setiap hariku terjadi. Samar samar di tepi sungai terlihat ada sosok yang melihatku dan dia lah yang kurindukan selama ini. Dengan tatapan sedih dia melihatku dan mengajakku untuk menghampirinya. Dengan langkah tak ragu kuhampiri dirinya dengan tangis bahagia. Namun langkah terakhirku untuk meraihnya terhalang cengkraman kuat yang membuatku memberontak.
"Hei apa-apaan ini, kenapa kamu menyentuhku!" bentakku tak peduli
Dengan tanpa suara, sesorang yang menahanku itu menarikku kebelakang jauh dari sungai, rupa sosok yang kurindukan itu semakin sedih dan samar menghilang, tetesan air mataku jatuh satu persatu.

"Hei, apa kamu baik baik saja? Minum air mineral ini" suara dari seorang lelaki yang menolongku tadi.
Dengan pikiran yang kacau aku tak bisa berkata apa-apa selain menangis dan menerima kenyataan bahwa sosok tadi adalah 'tidak nyata'

"Hei apa kamu ini yeri?"
Suara itu membuat sadar dan menoleh ke sumber suara.

"Jung Shin? " jawabku atas sumber suara tadi dengan berpikir.

"Aigoo, bagaimana kamu bisa melupakan temanmu ini yeri?" balas lelaki yang kupanggil Jung Shin tadi

" Bisa-bisanya kamu membuat lelucon di keadaan genting seperti ini " timpal satu lelaki dan menahanku tadi

" Hyung, dia ini temanku yang tadi bertemu saat membeli roti, bagaimana kamu ini bisa memanggilku Jung Shin? "

" Kalau begitu Jung Gin? Atau Jung Jae? " kataku sambil menebak namanya.

" Sudah sudah, aku muak dengan tebak tebakan ini, jelaskan dahulu kenapa kamu ini ingin bunuh diri di Sungai cantik ini? "
Timpal teman lelaki si Jung

"A-apa? Mengapa aku ingin bunuh diri? Huh gila, aku tidak sedepresi itu. "

"Lalu kenapa kamu berlari ke arah sungai itu? "

" Karena aku i.... Euh aku tidak melihat sungai itu tadi. "

Ya, karangan bodoh untuk dijadikan sebuah alasan.

" Hah, apa kamu ini pelawak? Lihat betapa lucunya dirimu ini "

" sudahlah jangan kamu tanyai terus perempuan ini, Hei yeri apa kabarmu? "

" Eum baik, bagaimana kabarmu juga Jung.... "

" Aigoo namaku Jungkook, kenapa kamu melupakanku? "

"Aihh iya, kenapa aku bisa melupakanmu ya? Kamu ini, sudah lama tak berjumpa"

"Jungkook, apa dia ini seorang member girlgrup? " tanya rekan Jungkook kepadanya.

" Kkkk kenapa hyung berpikir seperti itu? Apa karena dia cantik? Jangan sering dipuji hyung, nanti dia sombong"

" Hei kookie!  Kenapa kamu masih menyebalkan bahkan sampai sekarang? Dan kamu tadi menyebutku cantik? Setelah 15 tahun kita bersama dan akhirnya kamu menyebutku cantik? Kkk sudah kuduga aku ini cantik"

" Yeri yang penakut tetap yeri yang penakut kkk, oh iya perkenalkan ini hyungku namanya Kim Tae Hyung, hyung perkenalkan ini Park Yerim"

Dengan kedua tangan yang menjabat resmi sudah kami berkenalan.

17.45
Cafe

"Hei sebernarnya aku tadi ingin menyapamu tapi aku malu jika ternyata kamu bukan Yeri" kata Jungkook sembari mengutak atik kameranya.

"Aku malah tidak menyadarinya kalau itu kamu Kook, karena kamu sudah sangat berubah dari terakhir kita bertemu saat umur 15 tahun"

" Jangan bilang kalau kau tak melihatku di TV "

" Eum kebetulan aku tinggal sendirian dan tak ada TV jadi aku tidak mengikuti perkembanganmu kook, maafkan aku".

"Hei kenapa kamu itu minta maaf, aku hanya bercanda"

Rekan dari Jungkook yaitu Kim Taehyung kini bergabung bersama kami setelah memesan makanan dan minuman.

" Jadi kalian ini teman dekat? " tanya rekan Kookie dengan senyum yang unik.

" Iya hyung, dia ini teman dekatku sejak kecil yang aku mengetahui semua kelamnya masa kecil gadis ini kkk. "

"Hei kookie!  Apa-apaan kamu ini, maaf apa yang dikatakan Jungkook ini omong kosong jangan mempercayainya"

" Lihatlah bahkan dia menjaga imagenya ketika bertemu dengan lelaki tampan, pasti dia nanti akan meminta nomor hyung dan mencoba mendekatinya"

" Kookie! " ucapku sebal. Namun rekannya itu malah tertawa melihat mukaku yang merah.

Tiba tiba smartphone Kookie berdering dan ternyata mereka berdua harus meninggalkanku untuk keperluan mereka. Mereka berbasa-basi sebentar dan kemudian pergi yang diakhiri dengan Kookie yang memotretku disaat yang tidak tepat. Ya itulah Kookie tidak berubah dari masanya dahulu.

Sepi, meja yang tadinya penuh dengan candaan sepi. Mataku masih belum bisa beralih ke langkah mereka yang menjauh dengan senyuman sampai sampai menghilang di dalam mobil depan cafe, dengan kaca terbuka, Kookie melambaikan tangannya kepadaku dan tak lupa senyum rekannya yang manis dibelakangnya.

Hari ini sangatlah Indah ketika aku bertemu dengan kalian.

Kuharap esok, kita bisa lebih mengenal, Kim Taehyung-ssi.

To My Precious Kim TaeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang