1. Amelia Tumaisyaro

11 2 0
                                    

Drtt drtt drtt...
Aldo's Calling
.
.
"Duh, gimana ini??  Ngapain pakek nelpon segala sih??"

Bingung. Gadis tomboy berponi itu menggigit jarinya. Haruskah dia mengangkat telfon itu? atau membiarkannya? Tangannya gatal ingin menekan tombol hijau di layar persegi panjang itu. Tapi, bagaimana nasibnya nanti? Apa yang harus dia katakan?  Sekali dia berucap, kedoknya pasti terbongkar. Syukur kalo si penelpon masih memiliki hati, kalo tidak?? Si penelpon langsung memutuskan sambungan dan tidak mau membalas pesan-pesanku lagi??

Tidak. Jangan sampai itu terjadi. Sia-sia dong dia harus meminjam hp gea, sahabatnya, dan menajamkan ingatannya untuk menghafal sederet no telpon aldo karena keterbatasan waktu.

Ah, sebenarnya amel tidak perlu menggunakan cara seperti itu. Dia bisa langsung minta ke gea dan pasti dengan senang hati gea akan memberikan no Aldo padanya. Tapi, permasalahannya ada pada dirinya. Amel malu, malu kepada gea dan mila, sahabatnya. Malu kepada dirimya sendiri. Dan malu kepada... Aldo, mantan kekasihnya.

Andai saja dulu dia bisa merasakan cinta aldo lebih cepat. Andai dulu dia menerima perhatian aldo dengan baik. Dan andai dia tidak egois dengan memutuskan hubungan secara sepihak tanpa penjelasan apapun kepada aldo. Sayang sekali, semua hanyalah seandainya, kenyataannya adalah...

Aldo telah menjadi mantan dan Amel menyesal.

Drtt drtt drtt...
Aldo's Calling

Benda persegi itu berdering lagi setelah beberapa saat sebelumnya berhenti. Amel bingung, apa yang harus dia lakukan. Dia sedang dirumah, tak mungkin kan dia bertanya kepada kakak yang sudah mewanti-wanti amel agar tidak pacaran.

Frustasi, amel menutup handphone-nya dengan bantal. Kemudian berdiri meraih jaket ping. Amel memutuskan kerumah mila.

Sesampainya dirumah mila, amel melihat mila sedang duduk diteras sambil memainkan handphone-nya. Syukurlah, Amel tidak perlu repot-repot memanggil gadis itu.

"Hy wek" amel langsung duduk disebelah mila. Wek, adalah panggilan kesayangan amel untuk mila dan gea, begitupun sebaliknya.

"hy, Jangan ditekuk mulu tuh muka, makin jelek elu wek." ucap mila sambil ngelirik amel tapi masih fokus dengan hp-nya.

"hah, kalo gue bilang, gue pengen balik lagi sama Aldo. Menurut elu gimana?" 

Mau tidak mau Amel harus membagi hal yang selalu mengganjal di pikirannya selama ini. Dan Mila rasanya orang yang tepat, bukan maksudnya tidak percaya dengan gea. Tapi gea lumayan dekat dengan aldo dan gea orang yang suka ceplas-ceplos tanpa rem. Alhamdulillah kalo ceplas-ceplos si gea bikin aldo sama amel balikan?? Kalo sebaliknya? Lagipula diantara amel, mila dan gea. Mila yang paling bijak, mila tidak hanya mendengarkan tapi juga memberi solusi.

"serius??" seakan tak percaya, mila langsung menoleh kearah amel.

Brugh

"Hp gueee..." mila menjerit, keterkejutan mila ternyata berdampak pada handphonenya yang jatuh dari genggamannya.

"ya ampun wek, gimana sih elu??"  amel membantu mila mengambil  dan menyerahkan handphone tersebut ke mila. Untung masih hidup dan tidak ada lecet.

"Elu sih bikin kaget." akunya sambil mengusap layar handphonenya.

"Eh, btw elu serius??  Bukannya elu gak ada rasa sama aldo. Gue masih inget elu tolak mentah-mentah tawaran gue buat bantu elu balikan sama aldo waktu itu. Ini kenapa bisa jadi gini?"  Tanya Mila penasaran.

Amel mengangkat bahunya acuh.

"Gue kangen dia wek. Gue sayang dia. Gue sadar, selama ini dia selalu ngertiin gue. Padahal gue sering ganti nomer, gue ngubungin dia paling seminggu sekali kayak minum obat. Bahkan dia gak pernah nuntut gue buat ngasih waktu buat dia, buat ketemuan sama dia. Gue egois dengan hubungan gue sama dia. Gue gak peduli sama keberadaan dia, status dia sebagai pacar gue. Gue gak peduli sama perasaan dia. Gue nyesel wek... Gu-" Amel menutup wajahnya. Airmata sudah mengalir seakan mewakili perasaan amel yang menyesal atas sikapnya dulu kepada aldo saat lelaki itu masih menjabat sebagai kekasihnya.

"cupppp cupcupcupppp.. Udah wek, udah udah. Nyesel itu emang selalu di belakang. Gue ngerti kok perasaan elu." Mila mengelus punggung Amel, mencoba menenangkan amel.

"Gue juga minta maaf sama elu mil..." lirih amel

"no problem wek, gue tau kok gengsi cewek itu tinggi. Gue ngerti kok." Mila masih mengelus punggung Amel.

"Dan saking tingginya gengsi, gue harus ngaku jadi elu saat sms.an sama aldo beberapa hari terakhir ini." Cicit Amel sambil menunjukkan deretan giginya kearah Mila, tangisnya udah reda.

"APAAAAA??" berbeda dengan Mila yang langsung kaget.

"Maaf" ucap amel menunduk, sesekali melirik kearah mila.

"Kenapa harus gue sih mel?"

"Gue gak mungkin jadi Gea wek. Elu tau sendiri Gea ama Aldo akrab banget. Gea pasti sering sms.an sama Aldo." cicit si Amel mencoba membela diri.

"Tapi Aldo juga punya kontak gue. Pantes aja dia akhir-akhir ini dia sering nanya ke gue nomor gue ganti apa eng-." Mila menghembuskan nafasnya kasar.

"Apaaa??" kali ini Amel yang berteriak histeris.

*****

2 hari berlalu, semenjak itu pula dia tidak menghubungi Aldo. Aldo juga sudah menerornya dengan berbagai pesan. Andai saja Mila tidak memberitahunya bahwa aldo punya nomor mila, pasti sekarang amel sudah menarikan jarinya untuk membalas berbagai pesan Aldo yang sungguh sangat menarik perhatiannya.

Sebenarnya mila  menyarankan Amel untuk mengaku saja kepada Aldo, tapi bagaimana kalo Aldo masih marah padanya??  Amel dan Aldo putus sekitar 6 bulan yang lalu, tapi amel tidak tau Perasaan Aldo ke dia seperti apa??  Atau Aldo justru membencinya. Belum lagi dia yang pernah menolak tawaran Mila untuk kembali bersama aldo dulu.

Tapi Amel tidak mungkin seperti ini terus, Amel tidak boleh menghindari Aldo jika dia benar-benar ingin kembali bersama Aldo. Ya mungkin amel harus mengakuinya pada Aldo, untuk responnya, terserah Aldo mau bagaimana. Tapi semoga ini awal yang baik untuk hubungannya dengan Aldo kedepannya.

AMEL
-Hy do, sorry baru bales. Gue gak punya pulsa
-Oh ya, gue boleh jujur enggak sama elu??

ALDO
-Iyah gpp
-iya jujur aja

AMEL
-Tapi janji jangan marah!!

ALDO
-Iya, jujur aja kalik, biasanya juga langsung nyablak

Deg.
Amel terdiam, dulu dia selalu terbuka dengan Aldo. Apapun yang dialaminya baik di sekolah atau dirumah, sama temen, guru, kakak atau kedua orangtuanya, amel pasti akan menceritakannya pada Aldo. Bagian dadanya sebelah kiri terasa perih, mungkin posisinya sekarang sudah di ganti oleh Mila, sahabatnya sendiri.

ALDO
-Hey
-Katanya mau jujur??
-Halo

Kata "nyablak" ternyata menyita cukup menarik perhatian Amel. Sepertinya Amel harus segera jujur.

AMEL
-Gue bukan Mila

ALDO
-Terus siapa?

Aneh, kenapa Aldo tidak terkejut?? Ok, ini hanya pesan singkat, Amel tidak tau ekspresi Aldo seperti apa. Amel menggigit jarinya lagi, masih ragu untuk mengakui kebohongannya selama ini.

AMEL
-AMELIA TUMAISYARO

Akhirnya, Amel telah membuka identitasnya.

MantanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang