Masa SMA yang membosankan. Bagaimana tidak membosankan? Aku bahkan tidak memiliki satu teman semenjak masuk disini. Akan ku beritahu penyebabnya. Aku dikenal diam dan suka menyendiri, hey, bukannya aku yang ingin sendiri terus tapi lihatlah sekelilingku. Siswi di kelasku rata-rata berpenampilan modis, wajah yang dihiasi bedak tebal, bibir yang di olesi lipstik merah merona, bahkan lihatlah bajunya yang ketat serta rok yang minim.
Aku bertaruh pasti isi tasnya hanya perangkat kecantikan, tak heran jika mereka selalu menjadi tahanan BP. Aku lebih baik menyendiri daripada berteman dengan mereka, aku sangat tidak nyaman kalau harus bersama mereka yang tiap 5 menit sekali menampal pipinya dengan bedak.Aku beranjak dari tempat tidur dengan malas, setelah alarm berusaha membangunkanku tepat waktu. Aku segera mandi dan berpakaian. Aku menatap diriku di cermin, rambut cokelatku terlihat berantakan, aku sedang malas untuk meluruskannya akhirnya aku memutuskan mengikatnya.
"Reinaaaa ayo turun sarapan". Itu suara mama.
Aku bergegas turun dan duduk dengan manis di meja makan. Biasanya papa sudah lebih dulu sarapan tapi hari ini tidak ada tanda-tandanya sudah sarapan.
"Papa mana?" tanyaku sambil melahap nasi goreng.
"Semalem papa pulangnya larut banget, terus telat bangun kayaknya masih siap-siap tuh" jawab Mama.
Aku terdiam, segera menghabiskan makananku.
"Ma, aku berangkat dulu ya" kataku sembari mencium tangan Mama.
Mama tersenyum, "hati-hati di jalan ya".
Aku balas tersenyum.Sekarang pukul 06:30, sekolah masih sepi. Aku biasa berangkat pagi, dan menghabiskan waktu di kelas sambil membaca novel yang ku pinjam di perpustakaan.
Tak berapa lama kemudian, siswa siswi mulai berdatangan. Terlihat para kumpulan cewek "tembok berjalan" sedang berdandan.
Lalu salah seorang dari mereka berkata "Eh, kalian udah jadi gak PR yang di kasi sama Bu Wina?".
Namun yang lain tak mempedulikan perkataan temannya tersebut dan terus berdandan.
Aku tersadar dengan perkataan salah satu dari mereka tersebut, dan langsung membuka buku latihan matematika ku. Aku melihat lima soal yang menunggu untuk dikerjakan "Kenapa aku bisa lupa begini?" gerutuku. Padahal aku tahu Bu Wina terkenal killer dan sangat tegas, ia tak segan-segan menyuruh kami berdiri menghormati bendera atau menyikat wc jika kami tidak mengerjakan tugas yang diberikan, dan aku tidak mau itu terjadi padaku.
Aku segera menjawab soal-soal tersebut tapi lihatlah, sulit sekali bahkan contohnya tidak ada di buku catatanku. Aku merasakan keringat menetes di keningku, aku mulai panik.
Kriiiiiingggg....kringgg....kriiingggg.
Bel masuk berbunyi. Oh my god, aku bahkan belum selesai satu soal pun. Aku menghembuskan nafas dengan kesal, ah sudahlah aku pasrah.
Suara langkah sepatu ber-hak tinggi terdengar menuju kelas ku. Itu pasti Bu Wina. Degup jantungku semakin cepat ketika suara sepatu itu tiba di pintu, dan ternyata...
KAMU SEDANG MEMBACA
Hujan Dan Senja
Teen FictionMasa SMA yang ku kira membosankan ternyata menjadi menyenangkan semenjak dia datang. Bagai senja yang ditemani pelangi setelah hujan. Aku tau pelangi itu akan hilang, begitu pula dengan senja. Dan pada akhirnya mereka sama-sama menghilang, tapi siap...