s; prolog

103 20 13
                                    

Hampa.

Sesak.

Sendiri.

Mati rasa.

Sampai kapan aku harus merasakan ini semua.

Dengan silet tajam penuh darah yg ku genggam ini, mungkin banyak orang akan menggunakan nya sebagai penyelasaian masalah—bunuh diri.

, aku? Haha. Tidak akan mungkin.

Sosok tergeletak di depan ku, dengan darah yang mengalir deras dari leher nya ini, bukanlah pelampiasan rasa sesakku—tenang saja.

Ini hanya pekerjaan.

Dan kau tau? Pekerjaan ini sangat lah mudah dan memabukkan. Membuat ku ingin tambah lagi, dan lagi.

"Tuan, maafkan aku. Tapi, ini tugas ku. Dan aku sudah dibayar untuk ini. Aku tau kau tak bersalah. Tapi paman bilang aku harus membunuhmu."

"Sebelum, aku membereskan darah manis mu dan, tubuh kekar mu ini, biarkan aku bercerita tuan. Tentang hidup ku, tentang pamanku, dan tentu saja masa lalu ku."

"Maukah tuan mendengarnya? Karena sesak ini sudah tak terkendali lagi,"

"Rasanya sangat mengerikan. Sampai aku ingin mati saja,"

Hai para pembaca! Makasih udah mampir ke cerita gajelas ini!

Jangan lupa comment dam vote nya ya!

; SolitadeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang