s; schoolshit

57 12 12
                                    

Jangan sesali hidupmu yang sepi. Tapi bersyukurlah tuhan masih memberimu kesempatan, untuk bernafas
-steciey

Sebenar nya yang akan sekolah itu, Paman atau Fuka sih? Karena dari tadi wajah sumringah yang terpampang di wajah Paman Fuka tak pernah hilang, Fuka muak melihatnya.

"Paman, Please...." Fuka melirik Pamannya, mereka berdua dengan berdiri di depan pintu ruang guru Brigthens High School, menunggu beberapa urusan administrasi sekolah Fuka, "berhenti bersikap seperti orang yang baru saja keluar dari rumah sakit jiwa:)"

Paman melirik sekilas, "sebuah kehormatan untukku Fuka,"

"Ini pertama kali nya kau memohon padaku," Fuka memutar bola matanya jenuh, "bodoh."

"Siapa yang kau bilang bodoh?"

"Paman,"

Paman tersenyum miring, lalu merangkul Fuka, "latihan selanjutnya akan ku patahkan tanganmu. Tenang saja,"

"Ancaman kelas sd mu itu tak berlaku lagi bagi ku, kau-"

"Permisi, Ariembel?" Seorang guru muda keluar dari ruangan tersebut. Fuka memandang tak suka. "Maaf Miss, jangan memanggilnya dengan nama keluarga. Kenalkan saya-"

"Miss ayo langsung ke kelas nya saja," Fuka menepuk bahu guru tadi sambil tersenyum lebar–sangat lebar:).

"A-ah iya, Kafuka. Permisi, sir." Guru tadi berjalan berdampingan bersama Fuka menuju kelasnya, yang berada di ujung lorong lantai satu.

"Kafuka, mulai sekarang saya adalah wali kelas mu. Roberta Maciolta, panggil saja Miss Cia. For your information, Kelas ini bisa dibilang spesial sedikit, jadi kuharap kau akan betah," diperjalanan Miss yang bernama Cia itu menghela nafas panjang.

"Baiklah, inilah dia, Grade 9 A." Miss itu membuka pintu kelas itu, Fuka masuk perlahan bersamanya. "Morning Student's kita kedatangan murid baru hari ini. Introduce yourself,"

Fuka mengangguk. Rambut coklat yang dia ikat dua kebawah serta jepit rambut bintang di pinggir poni nya menjadi khas tersendiri buat Fuka. Dia maju perlahan dan tersenyum.

"Greetings everyone. My name's Ariembel Kafuka just call me Fuka okey. Nice to meet you all!" banyak lelaki yang menatap Fuka kagum dan juga perempuan lainnya. Walau Fuka itu tidak setinggi teman seumurannya, tapi tetap saja Fuka selalu risih dengan tatapan lelaki terhadapnya–seperti pedofil.

Fuka juga sadar diri kok muka itu imut nya bikin diabetes–maaf berlebihan, tapi memang benar kok. Terlebih lagi paman ah– masih saja membahas dia disaat seperti ini.

"Untuk perkenalan lebih lanjut nanti saja, masih banyak materi yang kita harus kita bahas hari ini. Fuka silahkan duduk di sebelah Patricia," tepukan di bahu Fuka membuyarkan lamunannya.
"Iya, Miss"

Fuka melangkah ke arah bangku yang di tunjuk Miss Cia, ada seorang gadis cantik melambai disana, Fuka tersenyum miring didalam hiruk piruk kelas yang menyambut Fuka,

"Pilihan mu boleh juga paman,"

***

Fuka lelah. BanyakKejadian aneh yang terjadi hari ini, mulai dari pernyataan perasaan seorang cowo kribo kutu buku, lalu abang kelas yang mengajaknya panco–tentu saja abang kelas itu kalah dengan kebingungan yang meraja lela diantara siswa-siswi Brigthen High School, karena bagaimana mungkin, seorang siswi imut dan mungil itu menang adu panco dengan abang kelas? Tapi walau dengan kejadian itu, untungnya Fuka tetap masih bisa menjalani harinya dengan biasa.

; SolitadeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang