Chapter 1

13 1 0
                                    

Aku terdiam memandangi langit malam. Sudah berapa lama? Aku mulai tenggelam dalam pikiranku sendiri. Melihat diriku yang saat ini, aku masih tidak percaya aku sudah berjalan sejauh ini. Ini bukan mimpi kan? Aku terus memandangi langit dan berharap mendapat jawaban untuk pertanyaan yang sebenarnya tidak perlu di jawab.

"aku sudah berjalan cukup jauh" kataku sambil memegang sebuah tiket di tanganku dengan eratnya. aku memalingkan pandanganku dan memasuki kamar. Aku harus tidur lebih cepat hari ini karena besok aku harus berangkat sangat pagi.

Aku terbangun dan langsung melihat jam dinding untuk memastikan bahwa aku tidak kesiangan. Aku bangun dan langsung menuju kamar mandi dengan mata yang masih sangat mengantuk. Aku membersihkan wajahku dan melihat pantulan wajah yang dulu sempat aku tolak kehadirannya. Aku menghela napas dan mulai membersihkan tubuhku. aku menyisir rambut panjangku dan mengikatnya seperti biasa. Aku berganti pakaian dan dengan sedikit make up, aku siap untuk memulai hari di tempat kelahiranku. Aku memakai sepatuku dan tidak lupa untuk mengunci kamar apartemen yang beberapa hari kedepan akan aku tempati.

Ponselku berdering tidak lama setelah aku keluar dari apartemen. Saat aku membukanya, terpampang nama seseorang yang sejak kemarin bawel karena aku tidak juga mengangkat panggilan darinya. Aku hanya tersenyum dan segera menjawab. Aku sudah siap dengan semua amarah yang akan segera dia katakan.

"halo..."

"butuh berapa sih emangnya untuk menjawab panggilan dariku. Kau tau kalau aku sangat khawatir. Bahkan kamu tidak mengabarkanku kalau kau sudah sampai. Haruskah kamu seperti kepadaku. Bukankah kita sudah berteman cukup lama..."

Aku hanya tersenyum mendengar ocehannya. Dia sudah seperti ibuku, terus mengomel jika aku melakukan sedikit kesalahan. Tapi itulah alasan mengapa aku betah bersamanya.

"maaf dear... kamu tau kalau aku sangat sibuk akhir-akhir ini" kataku sambil berjalan menuju lift dan keluar dari area apartemenku untuk segera berangkat sebelum aku terlambat. aku mencari taksi dan segera masuk.

"apakah itu berarti kamu tidak ada waktu untuk sekedar memberikanku kabar lewat pesan singkat? Berapa kali aku harus mengatakannya kepadamu"

"Jen, it's not a big deal. Let it be, aku hanya terlalu senang karena akhirnya bisa kembali. tidakkah harusnya kamu senang karena aku kembali?" tanyaku mencoba mengalihkan pembicaraan sebelum dia mengatakan hal yang sama seperti sebelumnya. Dia memang sangat mudah marah, but I know she still care.

"alright, cepatlah acara sudah akan di mulai" katanya dengan nada yang lebih rendah. Dia pasti sudah lelah dengan sikapku yang seperti ini. Tapi siapa yang akan mengira kalau sebenarnya dia sudah terbiasa.

Aku menutup panggilan darinya dan melihat jam yang tertera di Ponselku. Aku masih punya banyak waktu untuk sampai kesana. Aku lega karena setidaknya aku tidak terlambat datang ke pernikahan sahabatku sendiri. Jenni, perempuan yang selama ini menggantikan peran ibuku yang sudah meninggal cukup lama. Dia akan segera memiliki pendamping hidup. Bagaimana denganku? Aku rasa ini bukan waktu yang tepat untuk membicarakan pendamping hidup untuk diriku.

Aku sampai di tempat tepat pada waktunya. Tidak, sebenarnya aku datang sedikit lebih awal. Aku melihat tempat ini sudah mulai ramai oleh orang-orang yang akan melihat dua orang yang akan mengikat janji sehidup semati. Aku tersenyum dan berjalan ke dalam dan mencari sebuah ruangan yang Jenny katakan.

Aku memasuki ruangan itu dan melihat seorang perempuan yang sempat tidak aku kenali. Ya, Jenny duduk di depan cermin dengan make up yang sudah selesai. Dia menggunakan sebuah gaun putih yang sangat indah. Dia menyadari kehadiranku dan membalikkan badannya untuk melihatku.

KisekiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang