Chapter 7

11 1 0
                                    

Zen belum juga menghubungiku. Aku jadi penasaran apa yang dia lakukan sampai-sampai dia tidak menghubungiku sama sekali. Ini sudah setahun, ponselnya pun tidak dapat aku hubungi. Waktu ternyata berjalan begitu cepat. Aku berusaha berpikir positif bahwa dia sedang sibuk. Dia mengambil alih semua perusahaan ibunya, sudah pasti dia akan sangat sibuk.

Aku dan Emi kembali ke keseharian kami lagi di Jepang. Emi tidak lagi banyak membicarakan mengenai ayahnya seakan dia sudah menemukan titik terang mengenai ayahnya padahal aku hanya mengatakan bahwa ayahnya sudah meninggal. Itu adalah kebohongan besar yang aku lakukan demi Emi. Aku harap setelah ini tidak akan ada kebohongan lagi di hidupku.

"Okaa-san, Emi tidak bisa mengerjakan soal yang ini" katanya sambil memperlihatkan buku tugasnya. Aku membantunya dan berusaha tidak memikirkan mengenai Zen dulu. Emi adalah prioritasku saat ini. Aku ingin perhatianku tertuju padanya semua.

Emi adalah anak yang pintar. Dia mampu memahami banyak hal dengan sekali membaca informasi itu walaupun masih ada beberapa hal yang belum dia pahami. Keingintahuannya sangat besar dan membuat dia selalu bertanya mengenai banyak hal. Aku senang karena Emi tumbuh menjadi gadis yang kuat dan pintar.

Pernah dia bercerita bahwa teman-teman di kelasnya mengejeknya karena tidak memiliki ayah dan Emi tidak terlalu menghiraukannya. Dia beralasan bahwa dia sudah bahagia hidup bersama ibunya dan membuatku sangat bangga kepadanya. Aku harap tidak ada hal yang membuatnya sedih lagi. Awalnya aku memang marah tapi melihat Emi yang sama sekali tidak menunjukan kesedihannya membuat amarahku sedikit reda dan menasihati Emi untuk tidak pernah memikirkan mengenai perkataan orang yang hanya ingin membuatnya sedih. itu semua tidak ada gunanya dan Emi mengiyakan hal itu dengan semangat. Dia memiliki sifat yang dewasa untuk anak seusianya.

Aku menyiapkan makan malam untuk kami berdua malam itu. Emi masih sibuk dengan semua tugas sekolahnya. Dia sangat rajin dan selalu mengerjakan tugas jika ada waktu. Dia juga terlihat tidak ingin menyia-nyiakan waktunya untuk belajar. Aku harap dia akan bahagia di masa depan.

"Emi, ayo makan dulu" kataku sambil meletakkan gelas berisi air mineral di atas meja. Emi menutup bukunya lalu menghampiriku dan duduk di bangku.

"Okaa-san, kapan kita akan ke makam kakek? Okaa-san bilang kita akan kesana" kata Emi sambil memulai makan malamnya.

"Nanti, sayang. Saat kamu liburan, kita ga mungkin pergi kesana dalam waktu dekat. Emi kan ada ujian" kataku sambil menuangkan segelas air untuk Emi.

"oh iya, terus bagaimana dengan Hiro Oji-san. Apa dia akan ikut sama kita kali ini?" tanya Emi penasaran. Aku tidak mengerti mengapa dia tiba-tiba menanyakan mengenai Hiro. Mana mungkin aku mengajaknya bersama kami tapi mungkin tidak ada salahnya juga mengajak Hiro.

"Okaa-san tidak tau sayang. Nanti akan Okaa-san tanya kepada Hiro Oji-san, oke?" kataku sambil tersenyum ke arahnya. Emi mengangguk dan melanjutkan makan malamnya.

Emi memang sangat dekat dengan Hiro terlebih karena Hiro sering main ke rumah. Dia juga sering membantu Emi mengerjakan tugasnya. Hiro sangat baik sebagai seorang teman. Aku tidak tau bagaimana caraku membalas semua kebaikannya.

Keesokan paginya, aku berangkat ke kantor lebih pagi karena ada banyak pekerjaan yang harus dikerjakan hari ini. Hari ini mungkin aku akan lembur karena ada banyak hal yang harus aku kerjakan. Terlebih atasanku mengatakan bahwa aku mungkin saja bisa naik jabatan setelah ini. Untunglah Emi sudah mengerti apa yang harus dia lakukan saat aku lembur sehingga aku tidak perlu lagi khawatir dengannya. Dia sudah belajar untuk mandiri selama ini.

"Claire, tolong revisi proposalmu. Ada beberapa hal yang kurang tepat" kata atasanku. Aku mengangguk lalu kembali ke mejaku dan mulai memperbaiki proposalku. Setelah kembali memberikannya kepada atasanku. Jika dia merasa proposal itu sudah tepat, aku lanjut mengerjakan pekerjaanku yang lain. Aku sangat sibuk hari ini. Aku harap aku masih bisa pulang seperti biasa walaupun sepertinya tidak mungkin.

KisekiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang