Bab 9

57.2K 5.5K 242
                                    

Author playlist : Heavy Sweetness Ash-Like Frost OST

***

Versi lengkap bisa kalian baca dalam format ebook. Tersedia di google play/book. ^^

***

Dilarang menjiplak, menyalin, mengklaim dan mempublikasikan cerita-cerita milik saya di tempat lain tanpa seizin dan sepengetahuan saya. Yang bandel saya kutuk ngejomblo seumur hidup! Thx!

Maaf untuk typo(s) yang nyempil di sana-sini.

Enjoy!

***

Bab 9


"Ada apa?" Liwei bertanya tanpa mengalihkan pandangan. Di belakangnya Deming berjalan, menutup mulut rapat.

Deming tidak langsung menjawab. Namun, pada akhirnya ia memilih untuk mengeluarkan pertanyaan yang selama ini berdiam di dalam kepalanya. "Mohon ampuni kelancangan hamba, Putra Mahkota," tukasnya, penuh hormat. Langkah pria itu ikut berhenti saat Liwei menghentikan langkah, berdiri berpunggung tangan di sisi kolam teratai istana. "Hamba rasa Putri Meifeng akan salah memahami ucapan Anda."

Keheningan mengambil alih untuk beberapa saat. Liwei bergeming. Tatapannya menerawang, menatap kolam teratai yang beriak oleh pergerakan ikan koi yang berenang lincah di dalam kolam itu. "Cara biasa tidak akan membuat Meifeng mengerti," ujar Liwei setelah terdiam lama. Ia berbalik, menepuk pundak Deming pelan, dan kembali melanjutkan perjalanannya sembari berpunggung tangan. "Dia bukan Meifeng yang akan patuh hanya karena sebuah perintah. Bukan, Deming. Dia bukan Meifeng yang kukenal."

Liwei menjeda untuk melepas napas panjang. Lingkaran hitam di bawah matanya membuat Deming merasa khawatir belakangan ini. Sang jenderal bahkan terus berkata jika Liwei perlu istirahat yang cukup. Namun, bagaimana bisa ia istirahat jika sosok yang harus dihadapi Meifeng adalah permaisuri. Sejak kejadian di kediaman Menteri Zi, Liwei tahu cepat atau lambat Nyonya Zi akan datang untuk mengadu pada permaisuri, dan dugaannya ternyata terjadi hari ini.

"Hanya dengan cara itu Meifeng akan sungguh-sungguh memulihkan diri," kata Liwei, tanpa ekspresi. "Dia harus bisa melindungi dirinya sendiri, Deming. Di istana ini tidak ada yang bisa menolong selain dirimu sendiri."

"Permaisuri tidak akan melepas Putri Meifeng begitu saja, Putra Mahkota," sahut Deming. "Tuan putri berhasil membuat permaisuri murka hari ini."

Liwei tidak mengatakan apa pun. Kegelisahannya disimpan rapat di dalam dada. Selama beberapa tahun, tepat saat Meifeng beranjak dewasa, ia selalu berusaha menyembunyikan sosok adiknya dari keluarga istana yang lain. Terlepas dari perasaan benci karena Meifeng menyebabkan kematian ibu mereka, Liwei tetaplah seorang kakak.

Wajah Meifeng yang semakin mirip dengan mendiang ibu mereka membuat Liwei takut. Hal itu bisa menjadi suatu berkah atau sebaliknya; menjadi kutukan untuk Meifeng. Jika raja memberi perhatian lebih, maka besar kemungkinan permaisuri dan para selir akan membuat kehidupan Meifeng semakin sulit karena merasa terancam.

Liwei memejamkan mata untuk sesaat. Meifeng harus bisa melindungi diri karena permaisuri bukan lawan mudah untuk dikalahkan. Sikap arogan Meifeng tidak akan bisa membantu menyelamatkan kepalanya, batin Liwei.

"Awasi pergerakan permaisuri!" perintah Liwei, tegas. "Laporkan jika kau melihat pergerakan yang mencurigakan!"

Deming menundukkan kepala, kedua tangannya dikatupkan di depan dada. "Hamba menerima perintah, Putra Mahkota," jawabnya, penuh penghormatan.

Sementara itu, di kediaman permaisuri, raja duduk di meja teh, sementara tabib istana tengah mengobati luka bakar akibat air panas pada punggung tangan permaisuri. "Apa lukanya akan berbekas?" tanya raja. Ekspresi permaisuri berubah khawatir mendengar pertanyaan itu. Bagaimana jika raja tidak menyukainya lagi? Batinnya.

Time Slip Princess - TAMATTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang