"Evangelina Claire!!"Lelaki paruh baya yang masih terlihat gagah dalam balutan jas mahal nya berteriak membentak kepada anak gadis nya yang terlihat tidak takut sama sekali dengan bentakannya.
"Apa, Pa?" sahut gadis berambut coklat itu cuek.
"Sampai kapan kamu akan berhenti berbuat onar di sekolah dan membuat papa dan mama malu, Eva??"
Eva hanya diam. Terlalu lelah sekaligus malas untuk menjelaskan yang sebenarnya terjadi pada kedua orang tua nya.
Toh, mereka juga ga akan percaya.
Pagi ini, Jonathan, yaitu ayah Eva mendapat panggilan dari pihak sekolah yang memintanya untuk datang ke sekolah karena anak nya itu berhasil mematahkan hidung dari seorang anak kepala sekolah.
Eva tidak merasa bersalah sama sekali, bahkan ia tidak akan sudi untuk meminta maaf kalau bukan karena ancaman ayah dan gurunya yang mengatakan dirinya tidak akan diijinkan lagi bergelut di dunia olahraga jika menentang.
Memang benar bahwa Eva meninju gadis itu, tapi tentu saja Eva punya alasan untuk itu. Pasalnya, sudah seminggu ia memilih diam saat Jolly -si anak kepala sekolah dan teman-temannya datang dan mengganggu Eva dengan berbagai cara meskipun masih sebatas omongan yang terdengar sangat tidak pantas diucapkan anak SMA. Namun kesabaran Eva tentu saja tidak dapat ia bendung lagi saat Jolly dan teman-temannya mengurung Eva di toilet dan menyiram nya dengan cairan yang merupakan campuran dari air selokan, telur mentah yang sudah basi, air bekas cuci piring, dan beberapa cairan menjijikkan didalamnya. Untungnya tidak lama setelah itu, teman-teman Eva datang membantu.
Sebenarnya bukannya Eva tidak bisa melawan dari awal, hanya saja ia menahan diri mengingat dirinya sudah beberapa kali terlibat masalah dan memalukan orang tuanya.
"KAMU JAWAB PAPA, EVA!" bentak papa nya dengan suara menggelegar. Eva memang sudah biasa di bentak dan di marahi, namun entah kenapa jika bentakan itu berasal dari papa atau mama nya, Eva tetap saja merasa sesak dan kecewa.
"Hmm."
"Papa gamau tau, kamu harus berhenti buat masalah."
"Pa—"
"Udah, Pa. Eva pasti lagi kalut makanya kayak gitu. Papa tenangin diri dulu," ucap seorang gadis cantik yang merupakan kakak Eva. Namanya Anna Claire. Perawakannya tinggi dengan badan ramping mirip Eva, beda nya gadis itu terlihat lebih dewasa dengan dandanannya dan badan mulus hasil perawatan puluhan juta nya. Berbeda dengan Eva yang cenderung masa bodoh soal penampilan.
"Yuk, Va," ucap Anna menuntun Eva menaiki tangga untuk masuk ke kamar gadis itu.
Sesampainya di kamar Anna langsung menghempas tangan Eva kasar.
"Bagus," ucap Anna sambil tersenyum miring kearah Eva dan langsung berjalan keluar. Gadis dewasa itu menghilang dari pandangan Eva setelah suara bedebum pintu yang kuat.
Eva menghela nafas.
Anna yang bermuka dua dan orang tua yang membencinya membuat Eva merasa muak untuk berada di rumah ini. Awalnya Eva sering berbuat onar disekolah hanya agar orangtua nya akan memberikan sedikit perhatian kepada dirinya, namun seiring dengan berjalannya waktu ia sadar hal itu tidak berguna. Orangtua nya tidak pernah mau mendengarkan segala penjelasan dari dirinya, seakan mereka tuli dan tidak pernah memberikan sedikitpun kepercayaan kepada Eva.
Rumah yang dalam pandangan orang lain merupakan tempat mereka berlindung, mencari kehangatan dan kebahagiaan hanyalah omong kosong bagi Eva. Untuknya, rumahnya hanyalah tempat dimana ia harus terus merasakan tekanan batin dan sakit hati. Tidak lebih baik dari neraka.?
KAMU SEDANG MEMBACA
Metanoia
Teen FictionShe's not your typical bad girl. Kau tidak pernah tau apa yang ada di pikirannya. Disaat gadis remaja lainnya sedang sibuk berpacaran dan bersenang - senang, Eva justru menghabiskan waktunya sendirian didalam kegelapan kamarnya. Ketika tidak satu...