Chapter 1 : Anti Pacaran (1)

47 1 0
                                    

"Anak-anak, sebentar lagi ibu akan membagikan hasil ulangan kimia kalian minggu lalu." Kata Bu Siska sambil membawa setumpuk kertas ditangannya. Ia berjalan dari mejanya dan mulai membagikan hasil ulangan tersebut.

Satu demi satu murid mulai melihat hasil ulangan mereka. Ada beberapa murid yang senang karena berhasil tuntas atau mendapat nilai yang baik, tetapi kebanyakan kesal karena lagi-lagi tidak tuntas dalam pelajaran itu. Disaat semua murid sibuk melihat hasil ulangan mereka, Alicia terus menatap keluar dari jendela kelas. Ia duduk di pojok belakang kelas yang terletak di sebelah jendela. Itu memang tempat favoritnya. Apalagi kalau pelajarannya membosankan seperti pelajaran kali ini. Entah ia melihat sesuatu di luar atau sedang melamun.

"Ibu heran dengan kelas ini, padahal saya sudah mengajarkan pada kalian dengan baik, tapi masih banyak yang tidak tuntas. Nilai tuntasnya adalah 65." Kata Bu Siska dengan nada agak tinggi sambil terus membagikan hasil ulangan tersebut.

"Apa kalian nggak belajar di rumah ? kalian pernah gak sih buka buku-buku kalian ?" kata-kata Bu Siska mengganggu gadis itu. Menurutnya nilai bukan penentu masa depan. Jika seseorang gagal dalam pelajaran tertentu bukan berarti ia tidak punya masa depan.

"Kalau kalian memang kesulitan untuk mengerti, kan kalian bisa les. Di sekolah juga ada kelas tambahan untuk kalian yang masih belum mengerti. Tapi malah kalian sia-siakan. Kalau seperti ini terus, saya tidak akan memberi kalian kesempatan remidi. Biar kalian semua berusaha." Gerutu Bu Siska. Ia merasa perlu bersikap tegas pada semua muridnya agar mereka termotivasi untuk berusaha mendapatkan nilai yang baik di ulangan berikutnya.

"Ah aku sudah mempersiapkan ulangan ini sejak lama, kayaknya aku bisa dapat nilai 90" kata Alicia dalam hati sambil senyum-senyum sendiri. Ia pun melihat hasil ulangannya, Ia pun kaget dan tidak percaya sambil mengerutkan kening lantaran ia hanya mendapat nilai 78.

***

"Hah Cuma dapat 78?" kata Imelda kaget seolah tak percaya dengan hasil Alicia yang berada di tangannya. Matanya terbelalak seperti ingin keluar saat melihat hasil tersebut.

"kok bisa? Memangnya kamu gak belajar Sya?" lanjut Anna. Imelda dan Anna adalah sahabat Alicia. Meskipun tidak sekelas, tetapi mereka selalu pergi ke kantin Bersama saat istirahat. Kantin itu terletak tidak jauh dari kelas Alicia dan berada didekat halaman sekolah. Saat ini mereka sedang mengobrol di atap sekolah. Atap itu datar dan luas, terdapat lampu bertiang di setiap sudut, serta di batasi oleh pagar besi di sekelilingnya. Atap itu terletak di atas ruang kesenian dan laboratorium bahasa. Di pojok kanan atap terdapat sebuah bangunan yang terdapat tangga di dalamnya. Tangga itu terhubung dengan tangga di sebelah ruang kesenian. Suasana di atap cukup sepi. Mereka sering menghabiskan waktu untuk mengobrol disana. Apalagi di saat cuaca sangat cerah seperti hari ini.

"Aku juga nggak tahu. Padahal seminggu ini kerjaku cuma belajar sampai larut malam. Kalau begini terus gimana aku bisa dapat beasiswa ? kayaknya aku nggak kuliah deh." Jawab Alicia dengan nada kecewa dan kepala tertunduk.

"Terus, apa yang akan kamu lakukan setelah lulus?" sambung Anna. Entah kenapa ia merasa perlu untuk menanyakannya. Ia memang sangat peduli pada sahabatnya itu.

"Nggak tahu sih, aku belum memikirkannya, mungkin aku akan mencari lowongan kerja." Jawab Alicia. Imelda tertawa keras mendengar jawaban sahabatnya itu. Banyak orang yang duduk disana menoleh ke arahnya. Namun ia tidak pernah memperdulikan hal itu. Semua orang memandang aneh gadis yang tiba-tiba tertawa keras itu.

"Jaman sekarang itu susah untuk nyari kerjaan. Apalagi kalau hanya lulusan SMA." Kata Imelda tak berhenti tertawa. Ia merasa perutnya mulai sakit, namun ia tak bisa menghentikannya.

"Kalau menurutku sih, mendingan kamu coba pacaran aja deh Sya. Lagian selama ini kamu belum pernah pacaran kan?" Sambung Anna.

"betul tuh kata Anna. Nggak ada salahnya mencoba. Siapa tahu kamu beruntung dapat cowok yang kaya. Dia bisa nunjang hidupmu setelah kuliah. Jadi kamu nggak perlu ambil pusing" Imelda tampak setuju dengan saran yang diberikan Anna.

"Sorry ya guys, aku bukan cewek matre yang hanya morotin harta cowok." timpal Alicia kesal. Menurutnya jaman sekarang seseorang harus punya pekerjaan untuk dapat menanggung kebutuhannya sendiri. Tidak bergantung kepada orang lain.

Krrriingg!!! Bel masuk kelas pun berbunyi. Tak terasa mereka telah mengobrol panjang lebar di halaman selama istirahat tadi. Mereka sering merasa kurang waktu untuk sekedar ngobrol. Sebelum masuk kelas, Imelda mengajak mereka untuk makan pizza di sebuah kafe yang terletak tidak jauh dari sekolah.

"Hari ini aku yang traktir kalian deh, mau nggak?" kata Imelda sambil berjalan ke kelas. Suasana lorong sekolah pada saat itu begitu ramai karena banyak anak yang berbondong-bondong masuk ke kelas masing-masing. Ada yang berlarian menuju kelas. Ada juga yang berjalan sambil menggosipkan sesuatu.

"Tentu mau dong, kapan lagi dapat makanan gratis?" jawab Alicia dengan semangat. Ia memang hobi makan. Bisa dibilang ia adalah cewek tomboy yang sangat hobi makan. Tapi untungnya tubuhnya tidak mudah gemuk. Ia pernah menghabiskan tiga porsi burger dalam sekali makan. Ia tidak pernah malu meski ia makan dengan porsi yang banyak di depan teman-temannya. Menurutnya tidak ada alasan untuk malu. Sebenarnya Anna khawatir kalau ia akan mengalami obesitas, tapi ia tidak peduli. Yang penting ia dapat makan atau tidur seharian dirumah. Dua hal itu adalah kebiasaan yang selalu ia lakukan.

***

Di kelas Alicia duduk termenung mencoret-coret kertas sambil merenungkan perkataan sahabatnya tadi. Ia tidak memperhatikan Pak John yang sedang menjelaskan tentang gerak momentum. Menurutnya ia bukan anti cowok atau anti pacaran. Tapi ia masih trauma dengan ayah dan ibunya yang telah berpisah. Bagaimana dengan dirinya saat menikah nanti? Apakah ia akan mengalami hal yang sama? Apakah suaminya akan pergi meninggalkannya? Apa justru malah dirinya yang akan pergi? Membayangkanya saja rasanya tak berani. Sungguh menyakitkan baginya saat teringat malam ketika ibu dan kakaknya pergi dari rumah. Walaupun ia hanya dapat mengingatnya sekilas saja.

Saat ia sedang melamun. Ia merasakan ada seseorang yang memperhatikannya. Lalu ia memberanikan diri untuk melihat apakah dugaannya benar. Ternyata ada cowok yang duduk tiga meja di depannya. Cowok itu kaget saat menyadari bahwa ia ketahuan.

"Heh, kamu. Ngapain lihat-lihat?" bentak Alicia dengan nada agak tinggi. Semua murid menoleh ke arahnya dan membuatnya makin kesal.

"Dia itu ngapain sih?" gerutunya dalam hati. Dia memang malas berurusan dengan yang namanya cowok, dan sekarang ada cowok yang sepertinya berusaha berurusan dengannya. Menyebalkan.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 14, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

BeatingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang