Twelve

1K 40 0
                                    

Hai! Keren kan gue, bisa apdet cepet ahay.

Maaf kalo semakin aneh yaa, huhuhu:(

Happy reading!

==========

Diandra's POV

Tidak-tidak. Tidak seharusnya aku seperti ini. Kenapa aku merasa seperti menjadi perusak? Kenapa aku lebih memikirkan diriku sendiri, agar mendapatkan keinginanku? Aku terlalu egois.

Aku akui, aku memang orang yang sedikit introvert. Aku lebih suka diam daripada menanggapi hal-hal yang menurutku sangatlah tidak penting. Apalagi, urusan cowok.

Aku akui, dulu aku memang menyukai Gilang. Dan sekarang, aku berencana untuk memisahkan Gilang dan Sher. Ya, kalian boleh bilang aku jahat. Aku tahu, Sher sekarang dekat dengan Kak Bara. Namun, aku juga mengetahui kalau Gilang menyukai--bahkan menyayangi--seorang Sharafina.

Bukan, aku sebenarnya tidak ingin merusak hubungan orang lain. Aku hanya tidak ingin jika Gilang menyukai orang lain, selain aku. Maka, aku membiarkan Kak Bara dan Sher, serta mulai gencar mendekati Gilang.

Aku egois? Ya. Aku jahat? Tentu.

Sahabatku sendiri juga mungkin heran, kenapa sekarang ini aku memiliki ketertarikan terhadap laki-laki. Tapi ini tidak salah, kan? Jadi aku normal-normal saja.

Ini semua berawal dari Gilang. Dulu, aku pernah menyatakan perasaanku kepada Gilang. Namun, laki-laki itu menolakku dengan halus. Tidak hanya itu, ia rela tidak bersekolah di tempat yang sama denganku, agar bisa menghindar dariku.

Sejak saat itu juga, aku merasa hampa. Aku merasa diriku tidak dihargai, dan aku menjadi lebih pendiam. Inilah sebabnya aku tergolong anak yang introvert. Namun, saat ini, aku bertemu lagi dengannya. Membuat semua kenangan pahit masa lalu itu muncul kembali, dan membuat luka dihatiku yang sudah mulai tertutup, menjadi terbuka kembali.

Hal itu juga yang membuatku semangat untuk memperjuangkan Gilang. Aku tahu, aku ini perempuan yang seharusnya diperjuangkan, bukan memperjuangkan. Tapi entahlah, aku sangat terobsesi untuk memiliki Gilang.

Apa Sher sayang sama Gilang sebagai sahabat, atau lebih?

Pertanyaan itu juga terus menghantuiku. Seakan-akan, aku merasa tersaingi oleh sahabatku sendiri. Jika mereka saling menyayangi, apa aku akan tetap merusaknya?

Aku sendiri juga tidak mengetahui dengan pasti perasaanku dengan Gilang. Aku hanya menyukainya, dan sangat ingin memilikinya. Dan mungkin aku juga merasa menang, jika aku merebutnya dari Sher.

Sebutlah aku jahat sekarang.

Apakah aku benar-benar sayang, atau hanya terobsesi?

Aku sendiri tidak mengetahui jawabannya.

·····♡·····

Aku berjalan ke ruangan musik, salahsatu ruangan favoritku. Ya, aku memiliki bakat di bidang musik, terutama piano. Aku bisa memainkan piano, bahkan setiap ada perlombaan, aku selalu mengikutinya dan aku menjadi juaranya.

Aku menekan tuts-tuts yang berdebu itu. Maklum, ini hari Sabtu dan ekskul musik tidak latihan hari ini. Jadi, ruangan ini terlihat tidak terurus.

Aku kembali menekan tuts-tuts piano tersebut, mencoba membuat nada yang indah untuk aku mainkan. Akhirnya, aku memainkan lagu yang sangat aku sukai akhir-akhir ini. Lagu All Of Me, dari John Legend.

What would I do without your smart mouth?

Drawing me in and you kicking me out

I've got my head spinning, no kidding, I can't  pin you down

This LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang