[ 03 ] - Perjalanan

445 48 3
                                    

Similar

.

.

.

Part tiga

.

.

.

Perjalanan




“A-AW, pelan-pelan dong!” Jeka kini sedang diobati oleh Arkan. Arkan dan Radit memang sempat kaget saat mendapati Jeka pulang dengan wajah babak belur. Karena Arkan pernah masuk menjadi anggota PMR, dia berinisiatif untuk mengobati luka Jeka.








“Lo ngapain sih? Sampe bisa babak belur kayak gitu? Gw rada bingung sama lu? Ngapain aja sih lu?” Radit bertanya kepada Jeka. Mereka bertiga duduk dengan tenang di carpet berbulu berwarna merah beludru diruang tamu. Jeka berkali-kali meringis merasakan alkohol yang meresap dan mengena di pipinya yang lebam.







“Yang pasti, ini ada hubungannya sama ayah gw. Udah. A-aw, Arkan! Pelan - pelan ngapa? Kan sakit banget ini!” Arkan mendengus kasar menatap wajah babak belur Jeka yang sudah terobati. Dia merapikan kotak P3K nya dan menaruhnya kembali di laci meja bawah televisi.







“Gw kasih tau ya, Jek! Kalau lu punya masalah apa-apa, jangan pernah main adu otot begini. Lu gak malu besok? Kita kan mau persami? Mau dikata apa lu sama anak SMA Khatulistiwa? Gw gak mau ya? Nanti gebetan gw nganggep gw sahabatan sama anak liar kayak Lo!”








“Jangan cewe Mulu yang lu urusin. Emang Lo kira, gebetan Lo bakal demen sama Lo? Yang kayak gini nih, badan berlemak! Tinggi nya juga tetep. Kagak numbuh-numbuh ini mah. Mana mau gebetan Lo Ama Lo!” Jeka berucap sarkas kepada Arkan. Radit menahan tawanya. Suasana hati Jeka sedang tak baik, makanya dia berkata semena-mena.








“Ck, udah Yo! Kita mabar aja. Males gw debat sama Lo! Cepet nih, kita mabar gw udah level legend.”








“Alah gaya Lo bantet! Itu juga gw Mulu yang mainin. Coba kalo enggak, kalah terus lu. Eh gw juga mau Mabar nih. Mabar yok?” Jeka dan Arkan mengangguk. Mereka bertiga mengeluarkan handphone nya dari saku dan mulai suara ricuh di flat milik Jeka.










***










Kalian gak bakal tau, bagaimana keadaan mereka bertiga kali ini. Jeka yang dari tadi bolak-balik dari dapur ke kamar. Arkan yang baru bangun tidur, dan Radit yang lagi siap-siapin keperluannya.







Sepertinya saran dari Arkan sangat salah. Buktinya, kini mereka sudah dalam keadaan gusar dan panik. Semuanya bangun kesiangan karena kelamaan main Ml. Salah sendiri sih, mereka mabar sampe jam 4. Lah? Tidurnya cuma 1 jam dong?








“Makanan udah siap! Yang mau makan cepetan kedapur!” Jeka teriak sembari menyiapkan sarapan untuk mereka bertiga. Radit datang dari kamar dengan membawa tiga tas besar dengan susah payah menuju dapur. Arkan datang sambil membernarkan pakaiannya dan sepatunya.








“Gara-gara lu sih, Kan! Kita jadi terlambat begini! Coba aja lu gak ngajak Mabar. Gw gak bakal telat kayak gini!” Radit menyalahkan Arkan sambil makan. Arkan tak terima langsung melemparkan sendok yang ia pakai ke Radit.








“Jangan nyalain gw doang monyet! Lu kan juga mau? Kalau kayak gini juga gw gak bakal mau ngajak Lo Mabar. Gw kan cuma mau nenangin hati Jeka doang eh malah kayak gini kan? Telat!”








“Udah, Udah. Jangan salah-salahan. Ini udah mau jam setengah enam. Kita harus sampe kesekolah jam setengah enam. Ayo-ayo cepetan! Gak butuh waktu lama!” Jeka langsung mengambil tas nya dan turun ke basement dan mengambil mobilnya. Kini mereka semua sudah siap menuju kesekolah.








***






“Alhamdullilah, untung kita gak telat ya?” Mereka bertiga datang dengan tepat waktu. Semua murid sudah berdiri rapi membentuk sebuah barisan untuk menuju bus yang akan menghantarkan mereka. Nanti, mereka bakal ketemu sama SMA Khatulistiwa di sebuah perempatan dekat kantor Jeka yang belum diketahui orang lain kecuali kedua sahabatnya.







“Oh iya, lu bawa cemilan gak? Ga laper banget nih.” Arkan menatap kearah Jeka dan Radit dengan tatapan sayu, sama seperti Radit saat dia lapar. Radit menatap Arkan heran. Padahal mereka tadi sudah sarapan dua piring mie instan.








“Buset! Perut lu karung apa? Masa masih laper sih? Kan tadi lu baru aja makan dua piring mie instan di rumah Jeka? Ya kali dah masih lapar aja?” Arkan tertawa kecil sambil memegang perutnya.






“Salahin perut gw yang ronta-ronta minta makanan.”








“Lu makannya nanti aja, di Bus. Itu pemandu udah nyuruh anak-anak masuk ke Bus. Ayo.. Ayo.. cari tempat duduk coy!” Mereka bertiga pun masuk kedalam bus dan memilih kursi dengan tiga kursi.




Semua murid-murid yang ikut sudah rapi dan siap. Supir bus mulai melajukan mobilnya sambil menyalakan lagu. Membuat murid-murid disana ikut bernyanyi Siring dengan nada lagu. Tak terkecuali dengan trio bebek ini.







“Oh iya Jek, bagi cemilan kek gw laper.” Jeka menunjuk tasnya dengan dagu. Mengode Arkan untuk mengambil makanan nya di tasnya. Arkan tersenyum senang dan mengambil cemilan Jeka. Posisi duduk mereka seperti ini, Radit duduk dipojok dekat jendela. Jeka ditengah dan Arkan dipinggir.







“Anak-anak, kita akan mulai sampai. Ibu harap, tidak ada barang yang tertinggal ya? Oh iya, kalian tidak lupa dengan persiapan barang-barang untuk persamikan?” Bu Cika bertanya kepada murid-murid hanya untuk memastikan.







“Nggak ada bu.” Ucap semua murid-murid serempak. Bu Cika tersenyum dan kembali ketempat duduknya didekat supir bus.














⁕⁕⁕

.

.

.

::;

Similar | LizkookTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang