Part 1

2 1 0
                                    

Pagi yang cerah untuk mengawali hari yang indah semuanya!

"Indah apanya!"

Apakah kalian sudah siap menjalankan aktivitas kalian? Jangan lupa untuk semangat!

"Hah? Semangat apaan!"

Atau jangan-jangan ada diantara kalian yang sedang bangun kesiangan?

"Alarmnya nggak bunyi tau!"

Atau yang lebih parah lagi ada yang dihukum karena terlambat? Dihari pertama masuk sekolah? Serius?

"Jangan didoain etdah!"

Terdengar hembusan napas berat, Gadis cantik pemilik suara itu mengedarkan pandangannya, dilihatnya para anak – anak yang berseragam sama dengannya berkumpul bersama geng – geng mereka sendiri.

Entah ia yang terlalu sensi atau ini bawaan dari kegugupannya, tapi yang pasti ia sekarang sedang  merasa gelisah.

Naima melepaskan earphonenya. Sekali lagi matanya menerawang ke kerumunan, mencari satu-satunya orang yang ia kenal di tempat asing yang akan ia datangi tiap hari ini. Tentu saja kecuali di hari minggu atau tanggal merah.

Cewek yang sedari tadi bermuka masam itu terus saja menendang-nendang kerikil kecil yang ada disekitar kakinya. Kali ini ia memanyunkan bibir kesal tapi tetap saja orang yang ditunggunya tak kunjung datang.

"Naima!"

Teriakan dari suara yang tak asing itu membuatnya menoleh ke arah sumber suara.

"Udah lama, Nai?" tanya Nadia basa – basi.

Naima diam, hanya muka datar yang tergambar diwajah tembem cewek itu.

"Ihh ngambek!" goda Nadia sambil menyipitkan matanya.

"Uhh lucunya!"

Tangan Nadia sepertinya tidak tahan untuk tidak mencubit pipi bulat sahabatnya itu. Ia selalu merasa kalau Naima yang tembem itu akan menjadi dua kali lebih imut jika mukanya datar. Aneh emang.

"Nad!! Paan sih!" simbah Naima cepat.

Teng..teng..teng!

Bunyi bel yang berdentang menyadarkan keduanya kalau mereka harus segera berkumpul, atau kalau tidak mereka akan mendapat hukuman, dan tentu saja mereka tidak mau sampai hal tersebut terjadi. Kau tau, hukuman saat MOS tidak ada yang normal.


-

--


Dua cewek yang tadi kelihatan sedikit bertengkar kini telah menjadi biasa kembali. Seperti kebanyakan sahabat lain, pertenggkaran sehari – hari yang biasa. Mereka memang telah bersahabat sejak dari SMP, Nadia yang dewasa dan Naima yang manja. Cocok bukan?

Kini di depan mereka telah berdiri seorang guru  yang siap untuk membuka acara pagi ini.

Ditengah jalannya acara yang menurut Naima sangat membosankan itu, ya membosankan karena sejak sejam yang lalu ia hanya mendengarkan penjelasan – penjelasan panjang tentang sekolah barunya ini, mulai dari letak semua kelas sampai wc hingga peraturan – peraturan basi yang selayaknya ada pada sebuah sekolah.

Entah mengapa tiba-tiba Naima merasa kebelet pipis, mungkin karena ia minum terlalu banyak pagi tadi. Atau juga sekali lagi, ia terlalu gugup hari ini.

"Duh ... " Naima mengaduh, menggerak-gerakkan badannya seperti kepompong yang mau menetas.

"Kenapa Nai?" tanya Nadia heran melihat Naima yang tak bisa berdiam diri itu.

"Aku kebelet nih, Duh."

"Ya udah, cepetan sana ke toilet."

“Bentar ya,” pamit Naima, ia segera bergegas keluar.

"Tahan Nai, tahan, bentar lagi kok," gumamnya sambil berjalan cepat, kedua tangannya mengepal kuat-kuat.

Setelah melaksanakan hajatnya tersebut, Naima berniat kembali menuju ruang MOS.

Baru saja Naima berjalan sudah ada seorang cowok aneh yang mondar – mandir nggak jelas di di depannya, entah apa yang dilakukan si cowok.

Sialnya pandagan Naima tak sengaja bertemu dengan sepasang mata  bening milik sang cowok. Setelah 3 detik mematung cewek itu akhirnya tersadar karena si cowok mengalihkan pandangannya ke lain.

Tanpa banyak cincong cepat – cepat saja Naima juga memalingkan mukanya, balik badan dengan maksud kabur setelah dipergoki si cowok. Entah kenapa Naima seperti maling ayam yang ketahuan oleh si pemilik ayam.

Nanti dikira dia suka lagi sama tu cowok, padahalkan nggak sengaja natapnya.

“WOYY!!!!!”

Sedetik lagi Naima sudah akan melangkahkan kakinya, kini gara-gara teriakan itu dirinya diam membeku bagai es. Teriakan nyaring itu membuatnya mengerjap kaget sekaligus hang seketika

Duh mampus aku! Kamu juga sih Naima pake iseng – iseng ngeliatin orang!

Naima memejamkan matanya kuat – kuat, berharap bukan dia sasaran si cowok, tapi disekitaarnya tidak ada orang selain mereka berdua, tapi masa gara – gara ngeliatin doang tu cowok jadi marah? Pikiran Naima tiba – tiba saja berkecamuk.

Terserahlah! Kabur aja kali ya?

Saat Naima baru saja akan lari, ada tangan yang menahan bahunya kuat-kuat, Naima tak peduli, ia tetap mencoba untuk kabur, tangan itu juga semakin kuat menahannya, cewek itu tak putus asa, sekarang ia mengerahkan seluruh tenaganya untuk kabur dari cengkeraman tangan menyeramkan itu, tapi sepertinya tak ada gunanya, kekuatannya tak sebanding dengan orang yang menahan bahunya itu.

Akhirnya, dengan perasaan pasrah, Naima menghembuskan napasnya panjang.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 21, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Like ThemTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang