Dua

36.1K 1K 17
                                    

"Dek, ayo bangun" suara wanita lemah lembut itu terdengar di telingaku

"Bentar Bunda. Lima menit lagi ya. Sisil ngantuk" jawabku sambil menarik selimut

"Adek... ayo sholat subuh berjamaah. Ditunggu ayah dibawah" ujar bunda

BYUR !!!

Aku langsung tersentak bangun. Ku lihat sosok lelaki membawa gayung. Dan badanku basah kuyup. Setelah diguyur air olehnya.

"Buruan Bangun!" Bentak lelaki itu

Tanpa aba - aba lagi aku bangun dan bergegas mandi karena keadaan ku yang sudah basah kuyup saat itu.

"Alhamdulillah, Adek Mas sudah rapi sepagi ini. Mas antar sekolah hari ini?" tanya Mas Angga

"Alhamdulillah juga ya Mas. Pagi - pagi buta Sisil dibuat mandi sama Mas. Ndak perlu Mas, Sisil berangkat sendiri saja. Nanti bukannya Sisil sampai sekolah tepat waktu, malah macet di jalan karena fans Mas Angga" jawabku

"Mas, sudah jangan godain adeknya mulu. Ayo buruan sarapan" tegur Bunda

"Mas Angga, Mas pulang kok ya ndak ngabari Sisil? Bunda sama Ayah juga kenapa ndak ngasih tau Sisil?" tanyaku

"Sisil sudah, kalau makan jangan banyak bicara" tegur Ayah

"Sisil tau, Mas pulang ndak bilang sama Sisil karena Mas ingin ngerjain Sisil kan? Seperti tadi? Mas Angga mah gitu" tuturku

"Sisil kalau makan diam" sentak Mas Angga

Aku selesaikan sarapanku. Ayah berangkat kerja, begitupula dengan Bunda. Tinggal Aku dan Mas Angga.

Mas Angga sudah terlihat rapi dengan sepatu dan tas ranselnya.
"Mas, Mas mau pergi lagi? Bukannya Mas cuti?" tanyaku

"Mas nggak cuti Dek, Mas dapat ijin pesiar. Nanti jam 4 sore Mas harus kembali lagi" jawab Mas Angga

"Kalau gitu ndak usah pulang Mas, malah nanti Mas capek di perjalanan" tuturku

"Mas pulang sebab Mas rindu sama keluarga Dek, kamu nggak rindu sama Mas? Dek, Mas minta tolong. Mbak Nadia minggu depan ulang tahun, kalau Mbak Nadia kemari kamu berikan ini ya" Mas Angga mengeluarkan bingkisan kotak berukuran kecil.

"Mas, ini dalamnya cincin ya? Mas sudah siap nikah sama Mbak Nadia? Kapan Mas?" tanyaku antusias sambil mengocok bingkisan yang diberikan Mas Angga

"Aamiin Dek, tapi ya nggak secepat itu Dek. Sudahlah, kamu nggak usah terlalu kepo. Masih kecil juga. Sana buruan berangkat nanti telat lagi" jawab Mas Angga sambil merapikan seragamnya yang bercorak loreng itu.

"Sisil sudah gede Mas, nggak liat sekarang Sisil sudah sebesar ini?" kataku sambil menunjukkan rok abu - abu yang aku kenakan.

Aku berpamitan dengan Mas Angga.

"Ehh Dek !! Itu hadiahnya Mbak Nadia ditaruh rumah, nggak usah dibawa" tegur Mas Angga

"Ohh iya Mas, Sisil lupa" jawabku sambil nyengir kuda

Aku kembali ke kamar dan ku letakkan kotak yang di beri Mas Angga di atas meja belajarku. Kamarku melewati kamar Mas Angga. Terlihat Mas Angga sedang merapikan rambutnya di depan cermin. Aku mengintip dari balik pintu yang memang terbuka sedikit.

Mas Angga sungguh tampan, pantas saja banyak wanita terpikat akan pesonanya itu. Ditambah lagi jika sudah mengenakan baret dan seragam yang press body. Aku nggak bisa bayangkan perasaan Mbak Nadia bahagianya seperti apa. Beruntung jadi sosok Mbak Nadia, bisa meluluhkan hati Mas Angga. Aku mengenal betul bagaimana Mas Angga, dia tipe lelaki yang cuek dan dingin. Maka dari itu, mereka (fans Mas Angga) menggunakanku sebagai alat untuk mendekati Mas Angga.

"Ketauan ngintipin Mas dari tadi. Kenapa Dek? Ikut terpesona sama Mas? Baguslah kalau nyadar Masnya ganteng" tutur Mas Angga sambil cengegesan

"Apaan sih Mas. Masih gantengan Ayah. Sisil berangkat Mas" ku cium pipi kanan Mas Angga.

Iyups, Mas Angga memang galak dan sangat disiplin. Maklum terbawa suasana di kemiliterannya. Mas Angga adalah jebolan Akademi Militer Magelang. Kalian tau gimana usaha Mas Angga buat masuk Akmil? Apa kalian yakin tidak ingin tau? Yah, author kecewa kalian masa bodoh sama perjuangan Mas Angga. Aku kasih tau saja ya, biar kalian tau juga. Hehehe 😂😅

Jika kalian berfikir Mas Angga itu lelaki yang tidak pernah salah, kalian salah besar. Semasa waktu SMA, Mas Angga sering bolos. Sering banget buat masalah, sampai pernah Ayah dan Bunda di panggil ke ruang Kepsek karena ulah Mas Angga. Dan anehnya cita - cita Mas Angga ingin jadi seorang Tentara. Ayah dan Bunda tidak yakin jika Mas Angga dapat lolos seleksi. Begitupun denganku. Tapi dengan rasa percaya diri dan tekad yang kuat akhirnya Mas Angga berangkat untuk seleksi. Selama seleksi yang hampir satu bulan, Mas Angga tidak memberi kami kabar. Mungkin karena ingin fokus dengan materi yang akan di ujikan. Tapi aku merasa Mas Angga hilang. Yahh, tidak ada kabar sama sekali. Kami sekeluarga di buat khawatir oleh Mas Angga. Malamnya Mas Angga pulang dan memberikan undangan. Ayah dan Bunda datang memenuhi undangan yang diberikan Mas Angga dan hasilnya. Percaya nggak percaya Mas Angga lolos dan ikut pendidikan taruna selama empat tahun lamanya.

Yang buat aku bertanya - tanya sampai sekarang adalah bagaimana caranya Mas Angga bertahan hidup di Malang waktu seleksi? Padahal dia berangkat tanpa uang saku dari Ayah ataupun Bunda. Dan bagimana cara Mas Angga bisa lolos? Mas Angga ikut seleksi tanpa sepengetahuan Ayah dan Bunda.

Apakah kalian bisa menjawabnya?? Padahal semasa SMA dia anak yang sangat bandel dan urakan tepatnya. Aku juga tidak pernah melihat Mas Angga latihan, yang aku tau Mas Angga sering keluar rumah tanpa tujuan kemana ia akan pergi.

Ayah dan Bunda bangga pada Mas Angga begitupula denganku. Kini pandangan guru - guru dan masyarakat tentang Mas Angga berubah drastis. Empat tahun menempuh pendidikan di Lembah Tidar, jauh dari keluarga. Pendidikan yang tidak mudah buat Mas Angga. Sikap disiplin yang amat tinggi, latihan keras setiap hari tidak mengenal waktu itulah makanan keseharian dari Mas Angga.

Tapi empat tahun itu cepat berlalu bagi Mas Angga. Sekarang Mas Angga sudah penempatan tugas di salah satu daerah di Jatim. Hanya beda kabupaten saja dari keluarga. Jadi jika ada waktu pesiar, Mas Angga pulang kerumah. Sekitar 2 jam perjalanan.

Mas Angga tidak sendirian berjuang mendapatkan seragamnya itu. Ada doa dari Ayah, Bunda, Aku, dan Mbak Nadia. Mbak Nadia sudah lama mengenal Mas Angga, kira - kira semenjak Mas Angga jadi Taruna. Dan saat itu Mbak Nadia kuliah kebidanan menginjak semester 6. Waktu itu Mas Angga tinggal mengejar pangkat S. Tr. Han.

Jadi Mas Angga keluar dari Akmil, Mbak Nadia kuliah tinggal setahun lagi. Di acara Praspa Mas Angga Mbak Nadia juga ikut, dan aku yang tidak hadir padahal aku adeknya Mas Angga. Huaaaa sedih banget rasanya. Mbak Nadia ijin sehari tidak masuk, sedang aku waktu itu sedang UNBK tingkat SMP. Coba aja kalau bisa ijin, pasti aku bisa menemani Mas Angga dan bisa jalan - jalan ke Istana Negara. Hehehe ngarep banget aku tapi cuma khayalan. Sedihh tau rasanya. Itulah sedikit bocoran suka dukanya Mas Angga.

Dear KaptenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang