BAB 5

62 11 7
                                    

Fiola cepat cepat masuk ke kelas dan menutupi mukanya yang merah dengan rambut panjangnya.

Sungguh kejadian tadi membuat jantungnya berdegup kencang. Bahkan sejak tadi, dia terus saja salah tingkah. Namun hal itu berusaha dia kendalikan. Dia berusaha terlihat tenang dihadapan Fandi.

Dia berusaha tenang, mengatur detak jantungnya yang sedari tadi berdetak tak karuan. Dia langsung mengambil sebuah buku novel di laci mejanya dan membuka halaman sesuai pembatas yang dia berikan.

Namun, belum sempat dia membalik halaman novelnya, suara bel masuk berdengung dengan kencang. Namun suara bel itu dia hiraukan, dia tetap membaca novelnya halaman per halaman.

Tak lama kemudian, Fiola dikagetkan dengan penampakan sesosok pria yang galak dan menakutkan, dialah Pak Sata, guru terkiller yang ada di SMA nya.

Fiola langsung memasukkan novelnya ke dalam laci dan membuka buku Matematikanya.

"Kamu tau kan ini sudah waktunya pelajaran?!" tegas Pak Sata.

"I-iya pak, sa-saya tau" jawab Fiola sangat takut sambil menundukkan kepalanya.

"Yaudah, baik saya mulai pembelajarannya"

"Payah, udah tau habis ini Pak Sata, masih berani aja lo pegang novel, hadehhhh Fiola Fiola" gumam Fiola dalam hati menyalah diri sendiri.

Dua jam berlalu dan pelajaran mematikan akhirnya berakhir. Para murid bernafas lega dan bersorak gembira. Mereka langsung keluar mencari makan karena otaknya sudah diuji oleh materi, untuk kesekian kali...lagi...lagi...dan lagi.

Mereka langsung meninggalkan kelas, terkecuali Fiola. Dia lebih memilih di kelas dan melanjutkan untuk membaca novelnya.

Sesekali dia menatap keluar jendela untuk melepas kejenuhannya. Tiba tiba dia melihat sosok pria yang selalu Fiola impikan, dia melihat Fandi berada di depan kelasnya.

Fiola terus memperhatikan wajah Fandi yang selalu terlihat menawan. Ketika Fiola melihat lawan bicaranya, ternyata dia sedang berbincang dengan Dina.

Dia terus memperhatikannya sampai akhirnya Fandi pergi dari depan kelasnya.

"Kenapa nggak gue samperin aja ya tadi...aarrrggh" ujar Fiola dalam hati menyesal.

"Bentar, kenapa dia bisa kenal sama Dina??"

Sebenarnya Fiola ingin menanyakannya dengan Dina, tapi niatnya masih dia urungkan. Dia lebih mementingkan novelnya.

Selama istirahat kedua, Fiola hanya terdiam di kelas, tak menghiraukan suara perutnya yang sedari tadi sudah berkoar koar. Dia masih melanjutkan membaca novelnya.

***

Waktu telah berlalu, saatnya bagi para siswa mengakhiri kegiatan belajarnya di sekolah. Fiola sudah membereskan buku-bukunya dan sudah memikul tasnya untuk segera pulang. Dia pulang naik bus karena Dina ada keperluan mendadak.

15 menit dia menunggu kedatangan bus, tapi tidak muncul juga. Fiola nampak melihat mobil jazz warna merah berjalan perlahan menuju tempat dia menunggu bis. Dan mobil itu berhenti tepat di depan Fiola.

Perlahan kaca mobil terbuka, dan menampakkan sosok yang sangat Fiola kenali.

"Ayo, gue antar pulang"

Dengan sigap, Fiola membuka pintu mobil dan ikut pulang bersama karena dia lelah menunggu bis yang dari tadi tak muncul muncul.

***

Diperjalanan...

Fiola duduk di kursi yang nyaman dengan sandaran yang empuk, ber-AC dengan lantunan musik Mellow membuat Fiola merasa tenang.

"Makasih ya udah mau anterin gue pulang." ucap Fiola.

"It's OK, ummm, mampir resto dulu yuk, gue laper nihh." ujar Dhimas sambil memegang perutnya yang sudah berteriak minta asupan.

Tidak sampai lima menit perjalanan, mereka sudah sampai di sebuah restoran yang tidak terlalu megah namun tetap elegan.

Mereka turun dari mobil dan langsung menuju meja kosong yang berada diujung resto. Merebahkan badannya di sebuah kursi yang cukup nyaman untuk diduduki.

Dhimas memesan ikan pedas manis dengan es mocacinno. Sedangkan Fiola memesan cupcake rasa strawberry dengan es jus alpukat.

"Lo kok tadi mau naik bis, motor lo kenapa?" Dhimas membuka pembicaraan.

"Gue tadi pagi berangkat sama Dina, tapi dia katanya ada keperluan entah apa itu" jawab Fiola dengan ekspresi yang kurang mengenakkan, membuat Dhimas terheran heran.

Setelah beberapa menit berbincang, akhirnya yang ditunggu datang juga. Seorang pelayan membawakan nampan besar berisi sepiring cupcake dan seporsi ikan pedas manis. Dengan dua minuman yang telah mereka berdua pesan.

Gemerlap lampu lampion yang terpasang di sudut restoran sungguh indah, meski matahari masih menampakan dirinya, cahaya lampu hias itu masih bisa menampilkan keindahan dari sinar gemerlapnya.

Setelah menghabiskan makanannya, mereka pun beranjak dari tempat duduknya dan pergi dari restoran. Fiola menunggu Dhimas yang sedang berurusan dengan kasir.

Sembari menunggu, Fiola memainkan handphone nya sambil bersandar di mobil Dhimas.

"Ayo" Ujar Dhimas yang tiba tiba muncul di pandangan Fiola.

Sementara Fiola terkejut melihat Dimas yang mendadak muncul seperti memiliki kekuatan teleportasi.

"Sejak kapan lo ada disini?" tanya Fiola kaget.

"Sejak lo asik dengan hp lo." timpal Dhimas.

Mereka langsung menaiki mobil dan segera bergerak menjauh dari restoran.

Diperjalanan suasana mobil terlihat tenang, tak ada yang mau membuka suara pertama kali, Dhimas yang fokus melihat jalanan, sedangkan Fiola sibuk dengan hpnya.

Akhirnya tibalah mereka di depan rumah Fiola. Dia langsung keluar dari mobil.

"Makasih ya udah anterin gue pulang,"

Tanpa melanjutkan bicaranya, Fiola langsung memasuki rumahnya.

Sementara Dhimas merasa bingung dengan sikap Fiola yang tak biasanya"apa mungkin dia sedang memikirkan sesuatu" pikirnya.

Tanpa pikir panjang, Dhimas mengemudikan mobilnya dan pergi dari rumah Fiola.

***

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 08, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Refiola : Journey of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang