CTG ( 01 )

76 6 0
                                    

Sang mentari pagi mulai menampakkan sinarnya, menandakan jika hari telah berganti dari malam menjadi siang. Sinar nya yang begitu tajam, mampu menghangatkan seluruh insan yang ada dimuka bumi. Semua yang bernyawa mulai melakukan aktivitas seperti biasa, hiruk pikuk kendaraan mulai terdengar ditelinga.

Jakarta.! Kota yang begitu padat penduduk, kota yang terkenal dengan kecametannya. Pagi ini semua berjalan seperti biasanya, yang bekerja mulai sibuk dengan pekerjaan nya. Yang masih sekolah, mulai bersiap-siap untuk pergi kesekolah.

Namun tidak untuk gadis cantik, yang tengah bergumul dengan selimut tebalnya itu. Ailiya Maharani.! Gadis itu sepertinya enggan membuka mata sedikitpun. Ia begitu nyaman dengan lelap nya, hingga tidak menyadari jika hari sudah siang. Aili juga melupakan jika hari ini, ia akan masuk kesekolah yang baru.

Ketukan dipintu yang berulang kali pun Aili hiraukan, hingga suara bariton sang ayah yang begitu ia hormati itu mampu membuka lebar kelopak matanya.

"Bangun atau ayah mandikan sekarang juga.!"

Tegas dan tak terbantahkan. Itulah sifat Azqa Refaldy, pria berusia 41 tahun yang masih terlihat sangat tampan. Seorang perwira TNI, yang begitu disegani dan dihormati itu adalah ayah kandung Ailiya Maharani.

"Bangun, mandi, dan sekolah komandan.!"

Aili berdiri tegak, gadis itu memberi hormat kepada sang ayah yang tengah menatap nya tajam. Aili tidak peduli dengan penampilannya, yang terpenting ia segera bangun karena sang ayah sudah membawa ember berisikan air. Jika ia tidak bangun, maka dengan kejam Azqa pasti langsung menyiramnya tanpa ampun.

"Waktunya limabelas menit, laksanakan.!" Seru Azqa tegas.

"Siap laksanakan." Balas Aili.

Setelah nya Aili segera berlari kedalam kamar mandi, ia harus menyelesaikan semua nya dalam waktu limabelas menit. Jika tidak, sudah dipastikan ia akan mendapat hukuman.

Setelah kepergian Aili, Azqa tersenyum menatap sang istri yang berada diambang pintu. Refika Juliana.! Wanita berusia 36 tahun. Istri tercintanya Azqa itu hanya menggelengkan kepalanya, melihat tingkah dua orang tercintanya.

Selama ini Refi tidak keberatan dengan cara Azqa mendidik putri nya. Walaupun menurut Aili sendiri, cara yang ayah nya berikan tidak jauh-jauh dari kemiliteran. Dengan begitu Aili begitu bersyukur, karena terbukti ia tumbuh menjadi gadis yang tangguh. Bukan gadis manja, yang suka menghamburkan uang kedua orang tua nya.

Keluarga Azqa bukan lah keluarga dari kalangan atas, bukan juga kalangan bawah. Lebih tepat nya kalangan menengah. Namun walaupun begitu keluarga kecil itu terlihat begitu harmonis. Tidak sedikit pula yang merasa iri dengan kebahagiaan keluarga tersebut.

"Yok kita tunggu Aili dibawah saja bun.?" Ajak Azqa merangkul pundak istrinya penuh kasih sayang.

"Iya yah" balas Refi singkat, wanita itu tersenyum penuh kebahagiaan. Mereka melangkah bersama meninggalkan kamar putri semata wayangnya.

Satu minggu yang lalu, keluarga kecil Azqa pindah dari Surabaya ke Jakarta karena tugas Azqa yang tidak bisa ditolaknya. Meski usia Azqa sudah berkepala empat, tapi kemahiran nya didunia militer tidak boleh diragukan. Saat ini Azqa ditugaskan sebagai kepala penjaga di Istana Negara. Karena dua tahun yang lalu, Azqa pensiun dari tugas nya sebagai Sniper handal milik Indonesia.

Limabelas menit berlalu, kini Aili sudah duduk cantik diruang makan. Seragam sekolah lengkap sudah nenempel ditubuh mungil nya. Azqa maupun Refi tersenyum menatap putri tercintanya.

"Sebelum berangkat sekolah Aili sarapan dulu, bunda masakin ayam goreng kesukaan Aili dan ayah."

Dengan telaten Refi melayani Azqa dan Aili, keduanya sangat menyukai ayam goreng, sudah seperti sikembar botak yang ada di film kartun dari negri Jiran itu.

Cinta Tapi Gengsi ( Slow Update )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang