Pada batas kota, kutemui dirimu berjalan, sendirian.
Berjuang mati-matian untuk bisa sampai ke persinggahan.
Seakan,
merangkakpun tak jadi masalah kalau memang harus dilakukan.
Sambil mengaduh, kutahu kamu bukan tanpa kerelaan.
Ku tahu kamu tidak tanpa kesusahan.
Lalu, untuk siapa?
Mengapa begitu menyiksa diri?
Sambil menyeret kaki bersimbah darah, kusadari tangismu mulai pecah.
Ada apaa?
Maukah engkau memberi tahu?
Sudikah dirimu bercerita?
Mengenai luka luka yang terlanjur menganga, aku siap mendengarkan dengan seksama. Atau sekedar memberi tanda, bahwa aku ada. Bahwa aku peduli. Dan kamu, tidak sendirian lagi.November, 2017
KAMU SEDANG MEMBACA
Bercak Sajak
PoetryAda hal-hal yang tak bisa terungkapkan melalui lisan. Dan pada tulisan inilah aku bercerita, mengenai segalanya.