Di pagi hari dengan cuaca yang cerah serta sejuk seperti biasa, Radit pergi ke sekolah. Mentari masih merasa enggan untuk menampakkan dirinya, hanya semburat warna yang ia tampakkan.
Langkah lelaki itu menuju kantin.
Ia pun mengeluarkan handphone nya dan mengetik beberapa kata kepada orang yang ia tuju.
"Gue di kantin, lo dimana?"
semenit kemudian ia mendapatkan balasannya.
"Biasa, gue di rooftop"
lalu ia memutuskan untuk pergi ke sana, rooftop.
Ia menyematkan headset ke-kedua telinganya. Memutar lagu yang ia suka. Kepalanya mengikuti alunan lagu tersebut.
Matanya mencari sosok yang ia tuju. Rian.
"Woy!" Radit memukul bahu Rian.
Rian hanya tersenyum tipis, "Kenapa lo nyari gue?"
Radit melepaskan salah satu headset nya. Membuka tasnya dan memberi Rian sebuah kertas, "Lo harus ikut" tukasnya.
Radit membaca kertas itu lalu tersenyum masam, "Udah lah dit, lo tau kan gue ga bisa. Gue kalah taruhan sama Boby"
"Itu udah setahun yang lalu" kata Radit.
Rian menyenderkan dirinya di dinding membakar tembakau dengan koreknya lalu menghisapnya kuat-kuat," gue udah kehilangan semangat buat ngelakuin itu"
Radit mencoba membujuk Rian "Ck, itu udah setahun yang lalu yan, dan lo masih merasa bersalah kayak gini? Kita kekurangan team buat main. Masa lo ga mau berpartisipasi buat sekolah ini si yan?"
"Lo tau kan dit, coba aja kalian ga pake cara gue pasti kalian menang. Enggak kalah kayak setahun yang lalu. Harusnya kalian masuk final" Ucap Rian.
"Itu bukan salah lo yan"
Rian menatap Radit dan mematikan rokoknya," coba aja kalian dengerin Boby, kalian pasti menang. Udahlah, lo cari yang lain aja yang lebih berbakat dibanding gue" putusnya.
Radit pasrah, sahabatnya susah untuk di bujuk "Oke oke" ujarnya mencoba mengerti.
-------
Waktu istirahat adalah waktu-waktu yang di tunggu Radit dan temannya, Bermain sepak bola. Walaupun di tengah terik matahari mereka tetap memainkan bola kaki itu.
Meskipun baju mereka telah basah dengan keringat tak membuat mereka menyudahi permainan itu.
Bola itu berpindah-pindah dari kaki yang satu ke kaki yang lain.
Dengan tendangan keras bola itu masuk ke gawang."GOL! GOL WOY!" serunya, tim Radit.
Dan setelah gol tersebut bel berbunyi.
Mereka pun duduk di sisi lapangan, mendinginkan badan. Atau mungkin beristirahat sebentar karena lelah bermain.
Edgar melepas bajunya karena gerah, lalu mengkipas-kipaskan badannya dengan baju yang ia buka," Woy, mana nih tarohannya. Team gue kan menang 2-5 sama team lo" ucapnya kepada team lawan di sebelahnya.
Alif melirik Edgar, "entar aja pulang sekolah, paling kantin udah di tutup sama si tini" jawabnya.
"Elah tinggal lewat belakang ruang guru kalo di konci" usul Radit.
Beberapa dari mereka berdiri, mengangguk setuju akan ucapan Radit "ayolah sekarang aja, lo pada traktir kita es Mas Nur" kata Billy.
Akhirnya mereka semua berdiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
A Pieces Heart Of Radit
Teen FictionDidedikasikan untuk teman saya. Terinspirasi dari cuplikan kehidupan percintaannya. Mei 2018