1

825 231 458
                                    

Pagi hari menampakkan mentari yang bersinar dari balik dedaunan pohon tanjung ditemani kicauan burung-burung pingai membuat afsun buana yang tidak dapat ditolak oleh pasang mata, namun tidak ada antusiasme belajar dari seorang lelaki berseragam putih abu-abu yang bernama Giovano, si ketua geng motor Serigala Hitam yang berkali-kali pindah sekolah.

"Mama harap kamu tidak buat ulah di sekolah baru. Mama capek menghadapi anak nakal seperti kamu," kata Mama.

"Jangan pura-pura peduli sama aku!" sahut Giovano.

"Seharusnya kamu dapat bersikap sopan dengan mendengar ucapan—."

Giovano memotong perkataan Ayah, "Dia cuma Mama tiriku. Kenapa aku harus bersikap sopan pada orang yang telah merampas kebahagiaan Mama kandungku?"

Plak! Sebuah tamparan mendarat di wajah tampan Giovano.

"Jaga mulut kamu! Berani-beraninya kamu bersikap apatis sama istri Ayah," bentak Ayah. Kemarahan bersinar di mata Ayah.

Giovano menanggalkan alisnya, "Seharusnya Ayah introspeksi diri kalau dia yang Ayah sebut istri hanya mencintai kekayaan yang Ayah miliki saat ini," kecam Giovano. Ia memandang Mama dengan sorotan mata tajam.

Giovano bersikap apatis terhadap Ayah kandung dan Mama tirinya. Ia melengos pergi tanpa menghiraukan sorotan mata tajam sang Ayah.

"Mas, seharusnya kamu tidak perlu menggunakan kekerasan untuk menghadapi Giovano," tutur Mama.

"Maaf, tapi aku tidak suka lihat dia bersikap apatis sama kamu," balas Ayah sembari memeluk erat sang istri yang dicintai.

"Sejujurnya ucapan Giovano memang benar kalau aku hanya mencintai kekayaanmu, Mas. Lelaki tua seperti kamu hanya tinggal menunggu dijemput Tuhan," gumam Mama dalam hati. Bibir ranumnya menyunggingkan senyuman palsu.

•••

Sinar mentari menemani seorang gadis berseragam putih abu-abu dengan rambut diikat rapi bentuk ekor kuda dan berkacamata tebal sembari mengayuh sepeda melewati kemacetan jalanan Kota Metropolitan.

"Aku nggak boleh dateng terlambat ke sekolah," batinnya. Sapa saja ia dengan nama Clarissa, si ratu ambis belajar. Sejak kecil, dia selalu memprioritaskan kedisiplinan dan pendidikan sebagai dasar hidup.

Semangat Clarissa meletup.

•••

Keegoisan akan menyerang manusia yang besar kepala.

SMA Pelita Bakti, sekolah unggulan di Jakarta Pusat yang memiliki segudang prestasi akademik dan prestasi non-akademik dari para murid.

Murid-murid mulai memenuhi area sekolah untuk menyambut tahun ajaran baru yang sudah di depan mata.

Tiba-tiba, sebuah motor menerobos parkiran yang akan digunakan Clarissa untuk memarkirkan sepedanya, namun sang pemilik motor dengan santai memarkirkan motornya.

Saat itu juga Clarissa langsung mendongak memperhatikan sosok lelaki berseragam putih abu-abu, "Hei... Apa lo nggak sadar kalau lo baru aja menerobos parkiran untuk sepeda gue?" tanya Clarissa.

"Iya," jawab sang pemilik motor singkat.

"Gue mau lo pindahin motor lo, karena gue mau memarkir sepeda gue," pinta Clarissa.

"Gue nggak akan pindahin motor gue. Jadi, silakan lo cari parkiran yang kosong aja," balas sang pemilik motor begitu santai.

Sang pemilik motor alias Giovano melengos pergi tanpa permintaan maaf ke Clarissa.

"Hei... Cowok egois," panggil Clarissa.

"Silakan lo pindahin motor lo dari hadapan gue. Lo masih punya tangan dan kaki, 'kan? Kalau lo masih punya tangan dan kaki seharusnya lo nggak menerobos parkiran untuk sepeda gue."  Clarissa berkata perlahan-lahan dan menekankan setiap suku kata yang ia katakan seolah-olah sedang dihadapkan dengan seorang anak kecil.

Selebu Putih Abu-AbuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang