2

50 7 2
                                    

Fino
Gue baru nyampek di depan pagar rumah Celine, sudah biasa gue mengantar Celine pulang sekolah, kadang gue mampir dulu makan bareng karena tante Diah (nyokapnya Celine) gak ngizinin gue pulang sebelum makan, katanya biar berisi tuh badan, biar strong padahal menurut gue, gue gak kurus kurus amat. "Beb aku langsung pulang aja ya."

"Gak mau makan dulu ?" Dia senyam senyum, memang dia cuma ngetawain gue kalau tante Diah maksa maksa gue, pernah waktu itu gue dipaksa makan banyak banget sampek perut gue sakit, kalau gak diturutin pasti dipaksa terus, gue cuma bisa pasrah, kalau gue pikir pikir tante Diah sama mama gue tercinta itu mirip, sama sama cerewet, suka maksa, cuman kalau tante Diah lebih halus, ya kali anak orang mau diomelin.

"Nggak ah, titip salam aja buat tante Diah."

"Iya, ok."

"Yaudah sana cepet masuk!" Gue menyuruh Celine dan dia langsung meninggalkan gue, gue pergi saat gue lihat Celine sudah masuk ke dalam rumahnya.

~//~

Author pov
Fino memacu motor birunya menuju sekolah karena sore ini ada rapat ekstra futsal untuk persiapan promeks, dia memarkirkan motornya lalu berjalan menuju lapangan futsal, ketika melewati koridor kelas 10 ia berhenti, melihat cewek sedang duduk di bangku dengan pandangan menatap ke bawah, Fino langsung duduk jongkok di depan cewek tersebut dan melihat ternyata cewek tersebut sedang menangis.
"Lo kenapa vi ?" Tanya Fino, tapi Evi hanya diam.
"Vi, ada apa ?" Tanya Fino lagi dengan nada lirih.
"Fin... buruan teman teman udah nunggu lo." Teriakan Septian meminta Fino cepat menuju lapangan, "iya bentar." Jawab Fino, "kalau lo ada masalah, lo bisa cerita ke gue." Kalimat terakhir sebelum Fino meninggalkan Evi.

Selasai rapat Fino berjalan menuju parkiran dan kembali melihat Evi yang masih berdiam di tempat yang sama. "Lo gak pulang ?" Evi tak bersuara sama sekali, karena jengkel dengan sikap Evi yang tak mau bicara Fino memutuskan untuk duduk di sebelah Evi.

Fino
Nih anak kenapa sih ?
Setelah beberapa menit hening.
"Gue gak papa, mundingan lo pulang aja." Suara Evi sontak membuat gue menatap matanya dalam dalam. "Ya udah, yuk." Gue menghela napas berdiri dan mengulurkan tangan mengajak Evi. "Gue anter lo pulang, kan gak lucu tuan putri gue diculik orang gara gara pulang naik angkot sendirian." Dia tak tersenyum sedikit pun meski gue udah berusaha menghiburnya. "Gue gak mau pulang." Jawabnya singkat. Kalau disuruh memilih gue lebih milih kerjain soal matematika daripada memahami wanita, bikin gue frustasi. Lagian ngapain gue urusin Evi, dia kan bukan siapa siapa gue. "Ya udah, gue pulang." Gue berjalan meninggalkan Evi menuju parkiran sekolah,
"Brukk.."
Baru beberapa meter meninggalkan Evi, langkah gue terhenti dan kembali karena melihat Evi terjatuh sambil memegangi perutnya dan tampak wajak Evi sangat pucat membuat gue panik, dengan segera gue gendong dia dan membawanya ke RS.

~//~

Saat ini gue lagi di rumah sakit, menunggu Evi yang sedang berbaring dengan mata tertutup di hadapan gue. Gue beralih ke sofa di pojok kamar inap mencari HP di dalam tas Evi untuk memberi kabar pada keluarga Evi, gue membuka pesan whatsapp ada beberapa notifikasi. Satu notifikasi yang menarik perhatian gue, yaitu pesan dari bokapnya Evi yang tidak dibalas,

Papi : jadi selama ini kamu gak pernah masuk les privat, dan sekarang kamu bohongin papa sama mama kalau kamu masuk ipa padahal kamu masuk ips, dasar kamu anak gak tau diri, gak pernah nurut sama orang tua.

Mungkin karena ini Evi tadi menangis, kalau masalahnya gini, gue bisa apa ?. Gue melihat lihat lagi pesan pesan menggeser layar HP kebawah, ternyata banyak juga cowok yang naksir sama Evi. Gue mencatat nomor bokapnya Evi lalu gue kirim pesan memberi tahu Evi sekarang di rumah sakit.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 10, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Langit SekolahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang