Women in the Basement

18 5 1
                                    

hari yang dingin untuk menghabiskan waktu di luar rumah. Suara bising kendaraan kendaraan menghambur di jalan raya. Mereka meluncur seperti mobil-mobil mainan yang dikontrol lewat lampu merah.

Seorang wanita bernama Anna berjalan di sisi trotoar. Mempercepat langkahnya mumpung mobil-mobil itu tengah berhenti. Memberikannya kesempatan untuk menyebrang. Rupanya ia tak sabar untuk sampai di rumah. Rasa lapar mengocok-ngocok perutnya sehabis menguras tenaga saat presentasi di kampus tadi.

Perjalanan menuju rumahnya masih jauh. Namun hujan tiba-tiba turun tanpa peringatan terlebih dahulu. Mengguyur tubuh Anna tanpa ampun.

"oh tidak, aku harus berteduh.."

Iapun mencari tempat untuk berteduh dan matanya tertuju pada sebuah toko swalayan yang juga memiliki cafe kecil untuk makan atau sekedar bersantai.

"kena kau!"

Matanya menyorot tajam toko itu. Membayangkan ia sedang duduk sembari menyantap mie instan kesukaannya ditemani segelas kopi cappucino. Iapun bergegas berlari dengan kecepatan penuh yang didorong rasa lapar menuju toko itu.

"selamat datang nona!"
Sambut pria paruh baya dengan senyum hangatnya yang membuat Anna seketika melupakan dinginnya tubuhnya yang setengah basah terkena hujan. Sepertinya ia pemilik toko itu.

"ah, paman..aku sangat lapar..aku ingin makan mie kacang pedas dan segelas kopi cappucino.."
Anna memesan dengan wajah sumringah.

"ah. rupanya kau mau makan yah, tunggu aku ambilkan"
Kata pria paruh baya itu. Sepertinya ia tidak memiliki karyawan di tokonya. Ia pemilik sekaligus penjaga toko ini? Apa ia tidak kewalahan mengurus segalanya sendiri?. Anna tertegun mengamati pria itu.

"ini pesanan anda nona.."
Pria itu menyodorkan semangkuk mie hangat dan secangkir kopi.

"terimakasih paman."

Anna kemudian langsung mengeksekusi makanan yang berada di hadapannya itu. Namun baru beberapa suap, ia penasaran soal pria itu lalu bertanya,

"paman, apa paman tidak mempekerjakan karyawan di toko paman?"
Anna bertanya dengan mulut dipenuhi makanan.

"hmm...sebenarnya aku lebih suka bekerja sendiri, terkadang mereka agak merepotkan. Dan pada akhirnya, aku yang membersihkan semuanya."
Pria tua itu kembali tertawa kecil disusul senyumnya yang begitu ramah. Kemudian kembali berbicara.

"kenapa kau bertanya hal itu nona?, apa kau ingin bekerja di sini?"

"ah, hmm..tidak paman..aku hanya bertanya" jawab Anna sambil tersenyum. Padahal tadinya ia memang ingin melamar di tempat itu. Tapi sepertinya pria paruh baya itu kurang senang mempekerjakan karyawan. Mungkin karyawannya yang dulu sering membuat masalah dan suka bermalas-malasan.

Sembari menikmati secangkir kopi, ia mengamati aktivitas yang dilakukan pria tua itu. Nampaknya ia sedang kewalahan membawa sebuah kantung plastik besar yang entah apa isinya.

"mau aku bantu paman?"
Anna menawarkan diri.

"oh, tidak..tidak usah nona. Nikmati saja kopimu. Aku tidak suka merepotkan pelanggan. itu tidak sopan."
Kata pria tua itu. Nafasnya tersengal-sengal menyeret bungkusan plastik hitam itu. Sepertinya itu sangat berat. Ia berjalan tepat ke arah belakang toko. Tak lama kemudian ia kembali.

"huft...itu barang-barang bekas dari gudang penyimpanan. Sudah lama aku tidak membersihkannya dan baru saat ini aku ada waktu."

Pria tua itu menjelaskan sembari tersenyum. Ia merasa ingin menjelaskannya kepada Anna karena melihat tatapan mata Anna yang begitu terobsesi dengan bungkusan plastik itu.

A Letter from NowhereTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang