Night

1K 144 12
                                    

    Yah, sekarang di hadapannya ada seorang Jeno yang selalu dipikirkannya, dan mungkin dirindukannya. Melihatnya kembali membuat rasa bersalah dihatinya muncul kembali. Dan membuat sesuatu dari matanya yang mendesak untuk keluar.

    “Hi, selamat malam Huang Renjun.”

    Mendengar suara orang yang dirindukannya membuat dirinya tak bisa menahan airmatanya untuk jatuh. “Lee Seonse, mi..anhae, karena aku kau keluar dari sekolah. Hiks..” Ditundukkan kepalanya tak berani melihat objek di depannya.

   Seperti yang diketahui Jeno sangat tak suka melihat Renjun menangis, dengan refleks Jeno menyentuh dagu Renjun dan menengadahkan untuk menatap ke arahnya. “Tidak, itu bukan salah siapapun, tak perlu merasa bersalah,” dihapusnya airmata yang mulai turun deras dikedua pipi Renjun.

    “Hiks.. Aku sangat bersalah pada Seonse aku bukan murid yang baik, maafkan aku.” dengan masih terisak kecil Renjun menatap Jeno dengan pandangan bersalah.

    “Bagiku, kau bukan hanya sekedar muridku.” ucap Jeno lembut yang membuat Renjun metapa dedanga tatapan ingin tahu dan bingung.

    “Maksud Seonse? Aku bukankah muris yang menyebalkan dan menyusahkan? Bahkan membuat gurunya sendiri keluar dan berhenti mengajar.” berbicara dengan polosnya.

    “Kau! Merepotkanku, jadi berhentilah. Usahamu hanya sia-sia!” tegas Jeno.

    Mendengar perkataan Jeno membuat Renjun terkejut sontak membuatnya menepis tangan Jeno yang masih berada dikedua pipinya. Renjun tak menyangka ornag yang disukanya akan berbicara seperti itu. Bahkan dengan lantang dan itu membuatnya sakit hati.

    “Tinggalkan aku sendiri Seonse, kau bisa pergi dari sini,” ucapnya seraya mundur satu langkah memberikan jalan untuk Jeno melangkah pergi. Bahkan saat ini tak ada setetespun airmata yang keluar dari kedua matanya. Dirinya begitu kecewa. “Apa begitu sulit mempercayai keajaiban walaupun satu persen saja, aku bisa memilikimu, hm? Apa itu tak akan terjadi?” Renjun lepas kendali juga. Bahkan dirinya lupa siapa yang ada dihadapnya saat ini.

    “Dengarkan dulu penjelasanku Renjun.”

    Jeno berusaha memegang lengan Renjun yang semakin lama semakin ingin menjauh darinya, namun Jeno tetap berusaha untuk menjelaskannya. Renjun salah paham, ada yang ingin dibicarakanmya hari ini, malam ini juga.

   “Maafkan saya Seonse, kalau begitu saya permisi,” Dengan sedikit berlari Renjun meninggalkan Jeno yang terkejut di tempatnya. Dan saat itu pula Renjun meneteskan airmatanya. Dengan bahu bergetar dan berusaha menghapus airmatanya kasar Renjun terus berlari menjauh dari tempat itu. Dari Jeno.

Grap

    Dengan cepat Jeno menarik lengan Renjun dan membawanya dalam pelukkannya. Saat memeluk Renjun pikirannya masih sama seperti dulu dirinya menggendong Renjun.

Pas dan begitu nyaman.

    “Maafkan aku, bukan maksudku untuk mengecewakanmu Renjunie. Kau harus mendengarkanku.” seraya mengeratkan pelukannya tanpa membuat Renjun terasa sesak. Malam dirinya ingin membuat Renjun nyaman.

    Renjun masih saja menangis, bahkan terisak dipelukkan Jeno, walaupun tak dipungkiri pelukkan gurunya ini membuatnya nyaman dan hangat.

    Karena Renjun tak menghentikan tangisnya, dengan berani Jeno mendongakkan kepala Renjun untuk menatapnya, lalu menciumnya tepat di bibir Renjun, hanya menempelkan bibir mereka. Dan saat itu juga Renjun membelalakkan matanya, terkejut. Setelah dirasanya Renjun tak menangis lagi, Jeno melepas tautan mereka.

    “Maafkan aku, tapi kumohon dengarkan aku dulu, hm?” ditatapnya Renjun dengan lembut, seolah terhipnotis, Renjun hanya menganggukan kepalanya tanda dia akan mendengarkannya. Bahkan saat ini posisi mereka masih dekat, sampai napas Jeno menerpa wajah Renjun yang memerah karena malu, dan terkejut.

    “Aku tahu, aku memang salah berkata seperti itu padamu, tapi ketahuilah, kau membuat perasaanku kacau,” ditatapnya Renjun yang saat itu menampilakan wajah terkejutnya. “Saat kau menangis karena luka itu, aku berpikir, tak ingin melihatmu menangis lagi, aku ingin menghapis airmatamu jika kau menangis,” tatapan Jeno yang lembut membuat Renjun tenggelam di dalamnya.

    “Seonse”

    “Sst.. Jangan memanggilku seperti itu lagi, bukankah sekarang aku bukan gurumu? Panggil aku Hyung saja.” ucapnya seraya kembali memeluk Renjun. “Karena aku mencintaimu. Sekaramg biarkan aku yang mengejarmu.” diciumnya pucuk kepala Renjun sayang.

   Mendengar hal itu membuat Renjun menangis kembali dan membalas pelukan, eungh.. Bisakan dia sekarang menyebut Jeno ‘Kekasihnya’. Menangis terharu, bahagia. Ternyata cintanya terbalas. “Aku mencintaimu, Jeno Hyung.” ucapnya seraya tersenyum bahagia. Dirinya yakin jika dengan Lee Jeno dirinya akan bahagia. Bahagia selamanya.




End




Eiiiittsss...
Tapi masih ada 1 chap lagi, dan itu epilog..^^

Maaf ya yang nunggu lama, padahal tinggal namatin doang..
Maaf banget yaaa.. #bow

Aku sampe pegel tulis kata;
LAST WORD..

VOTMEN.. ^^

(but, boro2 di gubris) haha

Okeylah,,
Last word yaa..

VotMen,, ^^

1% Miracle Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang