True???

817 153 1
                                    

Setelah sampai di ruang kesehatan Jeno mengambil keperluang yang akan digunakkannya mengobati pria manis yang sekarang sudah berhenti menangis dan duduk di pinggir ranjang yang berada di pojok ruangan. Setelah mengumpulkan semuanya Jeno membawanya kesamping di mana Renjun duduk, ditariknya kursi kehadapan Renjun.

   “Kau ini, benar-benar murid yang menyusahkan ya, untuk apa kau mencari kancing seperti itu” katanya Jeno dan mulai mengobati luka Renjun, “Tahanlah, aku akan memberilan alkohol dilukamu,”

   Entah sadar atau tidak, saat ini kedua orang ini, memakai bahasa formal yang tak layak digunakan guru dan murid. Saat ini yang dipikirkan Jeno hanya luka yang didapat Renjun. Apa yang sebanarnya dilakukan orang muridnya ini, sampai mendapat luka-luka yang berdarah seperti ini, dan yang lebih parahnya lagi hanya karena sebuah KANCING.

   Selesai mengobati luka Renjun, bahkan muridnya sudah berhenti menangis walaupun masih ada airmata yang masih mengalir dikedua pipinya.

    Entah dorongan dari mana, Jeno mengusap airmata Renjun dengan ibu jarinya, sangat lembut saat mengusapnya. “Sst.. Uljima, sudah kuobati, jangan mebuat khawatir hanya karena kancing,” seraya tersenyum tipis, dan hal itu membuat jantung Renjun berdegub tak karuan, dan mencoba untuk tak mengeluarkan airmatanya lagi.

Sreett..

    “Lee Seonse, ada apa? Kenapa Renjun menangis?”

Karena terlalu fokus, mereka tak sadar jika ada seseorang yang membuka pintu, dan melihat ngan Jeno yang berada di pipi muridnya, dengan cepat Jeno menarik tangannya dan berdiri dari hadapan Renjun.

   “Ah,ini. Renjun melukai tangannya sendiri Kim Seonse, jadi saya mencoba mengobatinya, ah, dan karena sudah selesai, saya permisi,”

    Setelah meletakkan obat-obatannya kembali, Jeno melangkah ke arah pintu, namun sebelumnya diriny menoleh ke arah Renjun yang menatapnya seolah berkata ‘Terimakasih’ dan selanjutnya dirinya pergi keluar dari ruangan itu.


~NOREN~

    Seminggu sudah kejadian Renjun yang kehilangan kancingnya, dan seminggu pula dirinya tak berpapasan dengan gurunya itu. Dan berita tentang dirinya bersama Jeno waktu itu, murid-murid bahkan guru pun tau. Renjun tak mempermasalahkan hal itu, dirinya suda terbiasa dibicarakan, tapi gurunya itu? Pasti sangat terganggu dengan pembicaraan mereka. Sebenarnya Renjun ingin meminta maaf pada Jeno akan hal itu, tapi dirinya belum bertemu dengannya.

    “Heyoo, apa yang kau pikirkan, hm?”

    “Aku memikirkan Jeno Seonse, dia pasti terganggu dengan pembixaraan mereka.”

    Sekarang dirinya dan juga Jaemin sedang berada di kelas, saat istirahat kelas memang sepi, jadi hanya ada mereka berdua saja. Renjun benar-benar lesu beberapa hari ini. Melakukan hal sama setiap jam istirahat, tak makan ke kantin dan hanya meletekkan kepalanya di atas meja yang beralaskan lengannya dengan malas.

    “Sudahlah, dia ‘kan lebih dewasa daripada kita, pasti dia bisa menangani gossip ini.” dielusnya bahu Renjun, untuk menenangkannya. Sahabatnya ini, selalu melewati banyak cobaan aneh sepertinya. Jaemin mengedarkan pandangannya ke arah luar kelas, dan tak sengaja tatapannya melihat orang yang mereka bicarakan lewat depan kelas mereka.

   “Renjunie, itu Lee Seonse, lebih baik kau hampiri dan memastikan dia terganggu atau tidak.” panggilnya seraya menggoyangkan bahu pemuda manis itu, tanpa mengalihkan tatapannya dari gurunya itu.

    Renjun mengangkat kepalanya cepat dan mengikuti arah pandang sahabanya itu. “Baiklah, aku bolos jam terakhir, nanti aku akan mengambil tasku, kau tolong simpankan ne, bye.” langkahnya cepat menuju ke mana gurunya itu pergi.

    Renjun terus mengikuti langkah gurunya itu, dan terlihat Jeno masuk ke ruangan kepala sekolah. Renjun mendekati ruangan tersebut dan mencoba untuk mendengarkan apa yang dibicarakan Jeno dan kepala sekolahnya itu.

    “Jadi benar jika Lee Seonse ingin berhenti mengajar dari sekolah ini?”

    “Ne, Seonsengnim, ada beberapa hal yang menyulitkan saya untuk bekerja di sini, dan lagipula saya ingin menyelesaikan masalah di sini, dengan tak melibatkan nama baik sekiolah ini. Saya harap seonsengnim mengerti.”

    Percakapan yang didengar Renjun membuatnya tak bisa berkata dan bernapas dengan baik. Apa karena diriinya guru tercintanya itu mengundurkan diri? Dan apa katanya tadi? Menyelamatkan nama baik sekolah? Ini juga oastu.gara-gara gossip itu. Renjun tak bisa menahan untuk tak menangis, tanpa isakkan airmatanya turun.




Te be ce...

Heyooo..
Selamat berpuasa hari kedua ya.. semoga lancar sampe buka puasa nanti.
Ahh.. selama puasa INSYALLAH, saya update saat sahur (itupun kalau ada yang nunggu)..
Makasih yang udah baca work kemarin.
Work ini juga ga terlalu lama kok. Soalnya hanya work bertemakan ringan gitu. Dan maaf untuk chap ini dikit banget. Maaf ya..

Okey..
Last word..
VotMen.. ^^

1% Miracle Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang