==========
Hujan turun dengan cukup deras malam itu. Suhu terasa dingin menusuk. Jalanan begitu sepi, hanya beberapa kendaraan yang terlihat lalu lalang, itupun dapat dihitung oleh jari.
Disaat suasana sepi, hanya dapat terdengar rintihan hujan yang menabrak permukaan jalanan. Tampak dari arah berlawanan terlihat bayangan hitam menyerupai seperti seseorang tengah menyeret sesuatu,
Atau mungkin seseorang?
Bukan hanya itu saja, bau amis tercium begitu sosok itu mendekat. Bau itu cukup membuat siapa saja merasa mual atau pusing. Tetapi anehnya orang itu sama sekali tidak terusik oleh bau itu. Malah bau amis itu seperti parfum mahal baginya atau seperti bau dari makanan favoritenya yang begitu tercium, langsung membuatnya tak sabaran untuk menyantap habis makanan itu.
Langsung saja sebuah pertanyaan terlintas dibenak orang yang cukup waras mendengar pernyataannya kala ditanya mengapa ia begitu suka mencium bau amis darah, "Apa Indera penciumanmu rusak?"
Dengan santai ia hanya menjawab, "Kalian tidak akan mengerti."
Itu benar, mereka tidak akan pernah mengerti bagaimana rasanya mendengar teriakkan kesakitan mereka saat menjerit meminta pertolongan. Atau kala semburan cairan kental berwarna merah itu keluar bak air mancur membasahi pakaian atau mengotori lantai yang awalnya bersih.
Melihat bagaimana tak berdayanya mereka untuk melawan, bak anak domba yang telah diikat dan siap untuk disembelih dan disantap dagingnya. Okay, mungkin itu terdengar terlalu berlebihan. Singkatnya, ia benar-benar suka atas kegiatan yang ia sebut hobi itu.
Mungkin hobinya itu cukup membuat siapa saja takut atau segera terbirit-birit melarikan diri. Tetapi dia tidak peduli, mau hobinya itu dapat memakan banyak jiwa tak berdosa atau pun berdosa, atau membuat dirinya semakin berlumuran dosa hingga membuatnya tidak tahu yang mana benar dan salah lagi.
"To..long...aku..."Samar-samar saja suara yang terdengar lemah terbata-bata dan juga serak itu menghentikan langkahnya.
Darah mengucur dari perut wanita itu, gaun putihnya yang semula bersih berubah menjadi merah. Seringaian muncul dari wajah orang ber-hoodie putih itu, terlepas dari 'senyuman' permanennya.
"Masih hidup? kau gadis yang cukup kuat ya?"Nadanya terdengar sarkastik menatap gadis yang pucat pasih dengan tubuhnya yang bergetar dikarenakan ketakutan dan juga suhu pada malam itu yang dingin menusuk.
"Mari kita lihat, berapa lama lagi kau masih dapat bertahan."Figur yang mengenakan hoodie putih terlepas dari noda darah yang terlihat masih baru itu mengeluarkan benda mengkilat dan juga tajam dari saku hoodie-nya.
Kedua bola mata biru indah sang gadis seketika terbelalak, terlihat ketakutan besar dari raut wajah cantiknya.
"Kumohon...jangan....kasiha--"
Kalimatnya terpotong tatkala sebuah tusukkan begitu terasa menembus dadanya. Teriakkan kesakitan menggemakan gang pada saat itu, walau terendam oleh suara derasnya hujan.
"Oh oh, apa itu sakit?"Dengan nada sarkastiknya, figur itu menarik paksa dagu gadis yang masih berteriak kesakitan tatkala melihat benda tajam itu menusuk, menembus dadanya. Seketika cairan merah kental berembes keluar begitu saja. Membuat genangan air yang semula putih bening menjadi merah darah.
Figur itu tertawa terbahak-bahak, seperti baru saja mendengar lelucon yang paling lucu sedunia. Melihat darah yang keluar dari wanita itu, membuat hasrat iblisnya semakin menggebu-gebu untuk melihatnya keluar lebih banyak lagi.
"Aku ingin lebih...aku ingin melihatnya lagi!!"Suara seraknya terdengar kembali, ia mencabut paksa pisau yang masih tertancap di dada wanita bernasib malang itu. Jeritan kesakitan memenuhi gang sedikit gelap yang jika saja tidak dibantu oleh cahaya lampu tiang jalan.
"Perlihatkan padaku itu! darah cantik itu!!"Sambil tertawa gila, ia menusuk-nusuk dada wanita itu hingga terhitung 44 tusukkan Sampai dada bersangkutan hancur. Darah semakin banyak keluar, gadis itu tak beda halnya dengan mayat saat ini. Kulitnya memucat dikarenakan kehabisan darah cukup banyak. Ekspresi syok serta ketakutan masih terpancar jelas terlihat dari wajahnya.
"Ah sayang sekali, kau kehabisan darah ya?"Merasa kecewa karena tidak dapat lagi melihat darah, figur itu mengakhiri aksinya seperti biasa kepada setiap orang malang yang bernasib sial karena bertemu dengannya.
"Ah, kau terlihat bahagia sekali bahkan setelah kematianmu. Istirahatlah dengan tenang,"Figur itu berkata kembali masih dengan suara serak dan menyeramkan.
"Go to sleep."
»»•««
Gadis itu reflek membuka kedua matanya. Ia langsung saja beranjak duduk dari posisi berbaring. Wajah ketakutan dan keringat dingin yang membasahi kaos putihnya, menandakan bahwa ia baru saja mengalami mimpi buruk.Nafasnya tidak beraturan, jantungnya berdetak dengan cepat tidak seperti normalnya.
"Tenanglah [Name], tenangkan dirimu. Itu hanya mimpi buruk."Ia terus mengatakan hal sama, sekurangnya bertujuan untuk menenangkan dirinya. Memang berhasil, ia terlihat sudah jauh lebih tenang walau masih berbekas ekspresi ketakutan pada raut wajah cantik gadis belia itu.
Namun itu tak lama, suara decitan yang terdengar tiba-tiba membuat jantungnya kembali memompa dengan cepat. Ia reflek menatap ke arah pintu kamar yang kebetulan saat ini berada tepat di depannya.
Hanya menunggu waktu saja pintu bersangkutan terbuka, membuat jantung gadis itu nyaris saja berhenti. Hanya menemukan bahwa itu tak lain kakaknya sendiri.
"Hei [Name], ada apa? mengapa kau berisik sekali?"Suara yang terdengar lelah dan malas itu terdengar seketika.
Gadis bernama [Name] itu menatap wanita sekitar 20-an di depannya kesal.
"Kau menakutiku, kak."
Wanita yang dipanggil kakak oleh [Name] hanya menaikkan salah satu alisnya, sebelum ia memutuskan untuk berjalan masuk mendekati [Name] yang masih membeku di tempat.
"Mimpi 'dia' lagi?"Alih-alih merespons pada komentar adiknya, ia bertanya perihal mimpi yang dialami oleh [Name] akhir-akhir ini.
[Name] hanya bisa mengangguk lemah. Mimpi tadi masih jelas terpatri pada benaknya.
Tawa pria itu, senyum lebarnya, kulit putih pucat yang tak manusiawi itu.
Bahkan, tawa gilanya masih berbekas di ingatan [Name]. Membuat bulu kuduknya meremang.
"Hei, itu hanya mimpi, jangan terlalu dipikirkan. Aku di sini."hibur kakak [Name] sembari mengusap kepala adiknya lembut. [Name] hanya membalas dengan seulas senyuman lemah.
"Tidurlah, besok kau harus pergi bekerja bukan?"
[Name] mengangguk patuh sebelum kembali membaringkan tubuhnya ke kasur, sementara kakaknya memutuskan untuk berbaring di samping [Name]. Menemani adiknya, jaga-jaga saja jika ia kembali terbangun sambil berteriak merontak seperti biasanya.
[Name] menutup kedua matanya berusaha untuk kembali tidur sambil berharap bahwa..,
Kali ini ia tidak akan memimpikannya.
»»»°«««
Shall be continued
for the next chapters....
“Your little light is shaking in fear.”
---” Unknown31:18
=== Unknown leave the chatroom ===
KAMU SEDANG MEMBACA
His Name | « JTK x Reader » ( || )
Fanfiction"Siapa dia? mengapa orang-orang di kota ini bahkan tidak berani menyebut namanya? mengapa namanya begitu tabu untuk disebut?" - [Name] ======= Jeff The Killer x Reader Story by @R...