O - Ketika Cemburu

1K 146 38
                                    

Baru saja merasakan letih hari kedua sekolah, ketika [Name] memasuki rumah kemudian mendengar suara-suara bising di kamar kakaknya. [Name] mulai peka terhadap sepatu-sepatu yang berserakan.

Ini pasti temen kakak berkunjung. [Name] tahu siapa suara-suara ribut di kamar kakaknya. [Name] pula memiliki firasat buruk jika detik ini juga melewati kamar kakaknya.

Alhasil, [Name] mundur teratur hendak keluar dari rumah serta berniat untuk berkunjung ke perpus terdekat saja. Setelah mundur hendak meraih kenop, yang ia pagang malah tangan seseorang. Saat menengok, lagu horor pun mulai terdengar.

Alfred kakaknya tersenyum lebar dengan mulai mengenggam tangan adiknya.

"Ka-kakak ...." Kaget pun sepertinya tidak diperkenankan, sang kakak—Alfred—segera menutup pintu dan menuntun [Name] pergi bersama ke kamarnya.

"[Name] tadi mau kemana?" Alfred bertanya di perjalanan menuju kamarnya.

"Kabur ...." Lirih [Name] namun Alfred sepertinya tidak mendengar.

"Kau harus bertemu sahabat-sahabatku!" Alfred kian bersemangat.

Saat keduanya telah sampai, kamar Alfred benar-benar berantakan dan ribut. 

"Aiyaa, Alfred, mana komik volume tiganya, aru? Kau berjanji akan meminjamkannya." Seorang siswa berseragam dengan aksen aneh yang mengawali menyapa Alfred dengan rengekan.

"Cari dulu, dong, kalau enggak ada berarti Arthur belum mengembalikannya!" Alfred menjawab sembari menutup pintu dan mengantarkan [Name] lebih masuk ke dalam.

"What?! Aku mengembalikannya waktu tahun baru!" Arthur bangkit untuk meneriakan protesnya.

"Hehe, Alfred, maaf jendelamu pecah." Suara samar-samar yang horor muncul dari siswa yang membawa-bawa pipa.

[Name] bergidik melihat itu. Tetapi Alfred sengaja mengabaikannya (lagi perang dingin, mungkin).

"Arthur, aku tak ingat kau mengembalikannya, jangan bohong!" Alfred malah terus membahas soal komik volume 3.

Saat Arthur hendak membantah, [Name] ingat sesuatu kemudian bersuara. "Arthur-san sudah mengembalikannya. Dia mengembalikannya padaku, lalu aku simpan di rak lagi ketika kakak tertidur di sofa." [Name] berjalan ke tempat komik-komik Alfred berada. "Ini." Dan secara ajaib dapat menemukan dimana komik volume 3.

"Aiyaa, adiknya Alfred, kawai aru~. Terima kasih banyak, ya!" Siswa beraksen dengan rambut dikucir rendah menerima komik dari [Name].

"Sama-sama." [Name] senang membantu, lantas mengukir senyum.

"Nah, dengan itu? [Name] yang menerimanya." Arthur bernapas lega, sejujurnya tadi dia sempat lupa mengembalikan ke siapa.

"Oh, Arthur-san, novel yang waktu itu masih aku pinjam, tidak apa-apa?" [Name] teringat sesuatu urusan dengan Arthur.

"Tidak apa-apa. Kalau kau mau, kau boleh memilikinya." Arthur duduk di ujung tempat tidur.

Wajah [Name] bersinar karena bahagia, dia mendekat dan duduk di sisi Arthur.

"Aku suka dengan penjahat di novelnya." Begitu kata [Name] dengan wajah datar.

"Really? Aku suka detektifnya." Sebagai orang yang membaca buku yang sama, Arthur lantas memberikan pendapatnya.

"Seharusnya mereka berdua bekerja sama, sangat mirip." [Name] melanjutkan.

Arthur tersenyum bangga saat membalas, "Sebenarnya, di novel rilisan selanjutnya mereka berdua bekerja sama untuk menangkap bandar narkoba."

"Ja-jangan spoiler, Arthur-san!" Wajah [Name] memerah karena emosi.

Arthur tertawa.

Alfred yang melihat keduanya dekat kemudian mengambil langkah ....

... dia mengusir Arthur keluar, sesudahnya tas Arthur dilempar dari lantai dua. 

.
.
.
.
.
.
To be continue...

A/n:

Eh aku belum ngucapin tahun baru wkwk. (๑•̀ㅁ•́ฅ✧

Sister Complex (Alfred) (Hetalia)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang