01

419 95 101
                                    

Pagi ini masih pukul 06.00. Tapi Namjoon bisa merasakan sinar matahari yang berhasil menembus gorden putih tipis jendela kamarnya. Ya, Namjoon terbangun saat jam wacker yang berada di atas nakas samping kasurnya menyeloteh nyaring, menggema di kamarnya. Dengan lemas dan bahkan kedua matanya masih menutup, ia mematikan alarm tersebut kemudian mendudukan badannya di kasur nan empuk itu untuk mengumpulkan nyawanya terlebih dahulu.

Tiba-tiba telepon putar yang berada di samping jam wackernya berdering. Sudah menjadi hal yang biasa bahwa Namjoon mendapat telepon dari kawannya yang bernama Min Yoongi sepagi ini.

Kepalanya automatis melirik telepon itu. Lalu meraih gagang teleponnya dengan berat hati.
"Halo? Ada apa?" Ucap Namjoon dengan suara sedikit serak khas bangun tidurnya

"Temui aku pagi ini di rumahku, bergegaslah Namjoon,"

"Saat ini juga? Wah asal kau tahu, aku masih mengumpulkan nya—"

"Halo? Yoongi? Halo?"

Teleponpun ternyata diputuskan secara sepihak. Namjoon mengerjapkan matanya berulang kali. Mencoba untuk tersadar dari kantuknya dan berusaha mencerna kalimat kawannya itu.

Namjoonpun meletakkan kembali gagang telepon itu.

Merasa telah tersadar sepenuhnya, Namjoon menghembuskan napas pasrah.
"Tolong Yoongi ini bahkan masih sangat pagi," Keluh Namjoon menatap telepon putar dengan wajah kesalnya.

Setelah itu, ia bangkit dari duduknya. Lalu seperti biasa membereskan tempat tidurnya. Setelah merasa kamar tidurnya telah rapi, iapun bergegas membersihkan diri.

Tak butuh waktu lama untuk Namjoon membersihkan dirinya. Mandi dan urusan lainnya hanya membutuhkan waktu dua puluh menit.

Untuk hari ini, Namjoon memilih kaos putih polos dan jaket hitam. Itu style yang sering ia pakai. Sampai-sampai Yoongi, kawannya itu merasa muak melihat penampilannya yang selalu begitu. Dan tak jarang Yoongi memberikan saran untuknya. Untuk mengganti stylenya dengan yang baru.

Karena Yoongi pikir, Namjoon ini memiliki visual yang cocok dengan segala gaya pakaian.

Namjoonpun bergegas ke rumah Yoongi. Rumahnya berada di salah satu daerah yang tenang dan juga damai. Sesuai sekali dengan kepribadiannya. Rumahnya tak jauh dari rumah Namjoon. Jaraknya sekitar 100 m ke arah barat. Jadi, Namjoon cukup menggunakan kedua kakinya untuk berjalan ke rumah Yoongi. Alias berjalan kaki. Tak perlu menggunakan kereta kuda. Lagipula di cerita ini Namjoon kan bukan seorang bangsawan.

Sesampainya di depan rumah Yoongi, Namjoon tak perlu mengetuk pintunya. Jika ia mengetuk pintunya, Yoongi pasti tak akan membukakan pintu untuknya. Asal kalian tahu, Yoongi itu terlalu malas untuk menggunakan waktunya yang berharga hanya untuk berjalan ke arah pintu dan membukakan pintu untuk Namjoon. Menurutnya, itu menyia-nyiakan waktu.

Satu lagi, asal kalian tahu, rumah Yoongi tak semewah apa yang kalian pikirkan. Meskipun Yoongi merupakan salah satu detektif yang paling terkenal—hanya di kalangan para polisi di negeri ini—, rumahnya tak seluas gedung MPR atau bangunan mewah khas rumah anggota DPR. Rumah Yoongi sangat sederhana. Sederhana namun penuh misteri dan makna didalamnya.

Seperti biasa, Namjoon mendapatkannya sedang terduduk santai di kursi kayu jati ruang tamu. Dari posisi sini, tepatnya depan pintu keluar, terlihat bahunya yang minimalis dan kepalanya yang memakai kupluk hitam. Karena kursi itu di hadapkan ke arah yang berlawanan dengan pintu keluar.

Di rumah sederhana ini. Rumah dengan bahan kayu jati yang mendominasi setiap pondasi, juga tak lupa pajangan berita kasus-kasus dan beberapa lukisan menghiasi setiap inci dinding rumah ini. Hampir tak ada foto Yoongi terpajang disana. Terdapat juga piano klasik yang terletak tak jauh dari posisi Yoongi saat ini. Karena terkadang ia juga sangat suka menggubah lagu di saat waktu luangnya. Ya, ia sangat tertarik dengan musik.

Detective Min and Hannam BridgeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang