"Gak terasa yah. Udah hampir sebulan Oma meninggal. "
Mita lah yang membuka percakapan diantara keluarganya itu.
Agung tersenyum hambar mendengar ucapan putri bungsu kesayangannya begitu juga dengan Mama, dan kedua kakak cowoknya itu.
"Kamu yakin masih mau tinggal dirumah ini sendirian?" Pertanyaan yang sudah kesekian kali dilontarkan pada Mita selama sebulan ini kembali lagi.
"Iya dek. Kamu itu anak perempuan. Gak bagus tinggal dirumah sebesar ini sendirian. " Tanggap Rian kakak pertamanya Mita setuju dengan pertanyaan Mamanya.
"Jhh. Papa, kak Dika nggak ikutan nyerang Mita dengan pertanyaan pertanyaan itu juga? " Balas Mita dengan nada kesal sambil melihat Dika kakak keduanya yang sedang duduk si sisi kirinya.
"Kita udah bahas masalah ini satu bulan. Dan setiap saatnya kalian tanyain lagi ke Mita. Kalo emang kalian nggak bolehin Mita tinggal disini kenapa nggak kalian aja yang ikut Mita tinggal disini ?"
Suasana seketika hening ketika Mita meluapkan semua kekesalannya.
"Mama? Papa? Kak Dika? Kak Rian? Kenapa diam? Kalian nggak biasakan ninggalin kerjaan kesayangan kalian itu?
Maafin Mita. Mita juga gak maksa buat kalian ninggalin kerjaan kalian tapi satu. Mita cuma mau tinggal disini. Di rumah ini udah itu aja. "
"Mita.." Tegas Dika ketika adik kesayangannya itu berdiri dari posisi duduknya.
Mita menoleh melihat Dika disebelah kananya dengan mata berkaca kaca.
"Maafin Mita. "
Dengan nada parau Mita berlari menuju kamarnya meninggalkan keluarganya yang sedang menatap kepergiannya.
Dengan cepat Agung menghadang tangan anak keduanya itu yang sudah bersiap untuk mengejar Mita.
"Biarkan adikmu sendiri dulu. " Kata Agung menatap putranya itu.
Dika tersenyum sinis melihat Papanya. "Biarkan papa bilang? Setelah kalian berbuat seperti ini ke Mita? "
"Dika. Jaga bicaramu. Itu Papa! " Timpal Rian merasa tak terima dengan perlakuan adiknya yang keras kepala ini.
"Kenapa? Mita cuma minta tinggal disini sampai dia tamat SMA bukan sampai dia sarjah. " Balas Dika melirik kearah Rian.
"Dan kalian gak usah takut. Dika bakalan sering jengukin Mita kesini jadi, kalian gak usah pusing gimana caranya jengukin Mita ditengah tengah kerjaan kalian yang super penting itu. "
Bbbuukk..
Satu pukulan melayang di wajah Dika. Ia meringis kesakitan dan ia sudah tau siapa pelakunya. Siapa lagi kalau bukan kakaknya.
"Rian!" Pekik Rara ketika melihat Rian menonjok wajah Dika.
"Itu pantas kok mah buat anak yang gak tau diri kayak dia!" Balas Rian meliat Dika dengan sinis.
"Sudah sudah. Jangan dilanjut. "Ucap Agung melerai kedua putranya.
****
Perlahan Dika membuka pintu kamar yang tidak terkunci itu. Ia dapat melihat sosok adiknya yang sedang duduk diatas sofa sambil meratapi frame foto dengan air mata yang terus mengalir.
Perlahan Dika membelai lembut rambut Mita dan duduk disampingnya.
Mita tersentak. Dengan cepat ia menyembunyikan frame foto yang ia pegang lalu menghapus jejak air matanya.
"Don't cry my little sister. "
Mita menggeleng. "Mita ga nangis kok. "
Dika tersenyum kecil. "Mau kakak peluk? "Tanyanya membentangkan kedua tangannya dihadapan Mita.
Tanpa pikir panjang Mita langsung masuk kedalam dekapan kakak kesayangannya itu. Seketika tangis Mita pecah. Ia menangis sampai sesenggukan.
"Kakak yakin pasti mereka ngerti kok dan bakalan ijinkan kamu buat tinggal disini. Tapi semua itu butuh waktu. Kaya kakak, awalnya juga kakak kaya merekakan? Tapi seiring berjalannya waktu kakak setuju setuju aja kok."
"Mita sayang sama kakak. " Balas Mita dengan nada parau.
Dika tertawa kecil mendengar ucapan adiknya. Sangat tidak menyambung dengan apa yang dia ucapkan barusan.
"Kakak jauh lebih sayang sama Kamu. "Balas Dika mencium puncak kepal adiknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
LANGIT MALAM
Romance"Aku percaya dengan kata cinta. karena cinta yang membawaku kedunia seindah ini dan karena cinta aku biasa merasakan dunia yang penuh cinta ini. Hingga suatu saat aku tersadar kalau ini bukanlah duniaku. Aku tidak ditakdirkan untuk berada l...