"Maafin gue, Le. Gue gak sengaja. Lo jangan diem terus dong"
"Lo bisa diem gak?".
"Gue gak bisa. Gak bisa diem. Hati gue gak enak, Leon. Denger ya, kemaren Kia gak liat sepenuhnya chattingan kita. Plis jangan marah, Le. Maafin gue"
"Gue gak marah. Gue cuma marah sama Kia"
"Kok lo jadi marah sama Kia sih?"
"Gak suka aja. Dia sok tahu""Lo jangan marah sama Kia, Le. Dia sahabat gue. Marah aja sama gue. Gue yang salah"
Tak ada jawaban dari lelaki kritiing itu, dan Kanza, habis-habisan untuk menahan air matanya didepan Leon.
Sudah hampir setengah jam mereka berdiri di taman seperti ini, untuk menyelesaikan masalah. Kanza, yang mengajak Leon untuk menyelesaikan apa maksud Leon yang marah-marah di pesan WhatsApp. Karena saat tadi pagi-pagi saja semuanya baik-baik saja.
"Leon, plis."
Kanza tidak tahan, tidak habis fikir juga kenapa Leon harus se-marah itu ketika Kia-temannya dan teman Kanza- tahu tentang hubungan mereka. Padahal hubungan mereka sudah lumayan jauh. 6 bulan. Tapi Leon bilang, rahasiakan hubungan ini. Dia gak mau untuk jadi bahan omongan sekolah. Biar waktu yang menjawabnya.
"Lo beneran marah sama gue?"
"Gak"
"Ko singkat sih jawabnya?"
"Terus?"Kanza menghela nafas. Harus se-sabar apa ia, menghadapi Leon. "Gue balik duluan".
Di tinggal sendiri. Gimana rasanya di tinggal sendiri?
Dan dari situ, Kanza menangis. Ia marah. Marah pada diri sendiri, marah pada Leon, marah pada Kia. Tapi ia tidak bisa bersikap seolah ia marah pada mereka. Ia cuma bisa diam.
Semua memang salah dirinya. Yang ceroboh. Leon yang tidak mau kalo teman-temannya tahu, bahwa Leon dengan Kanza saling suka, dan mungkin mempunyai hubungan lebih dari seorang teman. Dan kemarin, Kanza tidak sengaja membuat temannya tahu bahwa Kanza dengan Leon, mempunyai hubungan lebih. Entahlah apa yang di pikirkannya.
***
Pukul 22:04 Kanza belum juga bisa tidur, ia terus memikirkan bagaimana Leon? Bagaimana kalo dia marah? Bagaimana kalo dia tidak mau kenal lagi dengan Kanza? Bagaimana kalo semuanya berakhir?.
Arrrgghh
Kanza mengacak rambutnya. Ia ingin bersikap seolah bodo amat, sama seperti yang Leon lakukan. Tapi, bukankah perempuan terlalu tidak begitu biasa saja mengenai seseorang yang di sayanginya hancur? Marah?.
Kenapa Leon harus se-marah itu sih? Kenapa Leon harus marah kalo Kia tahu semuanya? Leon juga kan yang bilang ke Kanza kalo dia cinta, kenapa harus marah kalo Kia tahu?. Apa jangan-jangan Kia dan Leon ada hubungan? Tapi gak mungkin, Kia kan udah punya pacar. Atau, Kia suka sama Leon? Dan Kia cemburu?. Terus, Leon takut kalo Kia bakal marah?. Dulu, Leon kan pernah suka sama Kia.
Kenapa sih, semesta harus kasih Kanza cinta yang gak seharusnya di sebut cinta?. Kalo gini permainanya.
Kanza benar-benar tidak tahu harus berbuat apa. Ia menangis, membayangkan. Terlalu banyak pertanyaan 'bagaimana' didalam pikirannya itu.
Kanza: Leon?
Ia beranikan diri untuk kirim pesan pada Leon, bodo amat ia akan di panggil apa, karena harus chat duluan laki-laki. Ia sekarang hanya khawatir. Toh, itu sama sekali tidak masalah kan?. Dan apa kalian juga tahu? Bagaimana khawatir seorang perempuan kepada seseorang yang teramat di cintainya?. Itu tidak bisa di definisikan. Semuanya terlalu sulit.
Leon Driandri: Apa?
Kanza: Masih marah?
Kanza: Maaf.