BAGIAN SATU
-------------
Tok tok tok
suara ketukan pintu terdengar jelas pagi itu, dia Bi Jum begitu sapaannya."non, sudah jam tujuh kurang lima belas menit non, nanti non terlambat sekolah loh non", Bi Jumi terus mengetuk pintu, dengan sabar "non, udah pagi non".
"iya bi, bentar bi, masi pagi kok, setengah jam lagi ya bi"
"non Ara ini udah jam tujuh kurang non, jam tujuh kurang" ucap Bi Jumi yang mengulang ucapannya mengenai jam saat ini.
"enghhh, Bi bentar doang ihhhh," ya Tiara yang sedang dibangunkan malah kembali begelung, mengingat ucapan Bi Jumi, seketika matanya terbuka dan
"AAAAAAA JAM TUJUH KURANG ANJIR, HARI PERTAMA MPLS WOII" Tiara berteriak rusuh dan heboh sendiri.Bi Jumi yang mendengar hanya geleng-geleng kepala melihat kelakuan majian yang dirawatnya.
"njirrr pake bangun siang segala gua mah, oon banget dah ra, oon lu" Tiara atau yang akrab disapa Ara hanya bisa membatin meratapi betapa bodoh nya dia bisa se bodoh ini dia.
" kaos kaki gue mana woi, kampret banget dah ahh, iiiihhh sebel" gerutuan nya tak henti-henti keluar dari mulut nya, masih pagi padahal kan ya? sibuk membokar isi lemarinya untuk mencari kaos kaki nya, tak lama setelah menemukannya ia langsung memakai dan belari ke lantai bawah untuk berpamitan dengan Bu Jumi.
"Bi, Ara berangkat daaahhh" ucap Ara pamit dengan Bi Jumi dengan tergesa-gesa.
"Non, belum sarapan" ucap Bi Jumi sedikit berteriak karena Tiara sudah hilang dari ruang tamu.Tiara langsung menaiki motor matic nya, dan membawanya berkeliling jalan yang sudah dipastikan sangat padat,
"untung bawaan gue motor kalo mobil udah telat gue".Tiara memasuki kawasan sekolahnya yang tidak terbilang elite, tidak juga bawah, ya biasa biasa saja lah ya.
Setelah memarkirkan motornya di kawasan milik anak utas sebutan anak kelas satu di sekolah nya, ia langsung menuju aula sekolah yang letaknya tak jauh dari lapangan sekolah.
Sudah hal yang biasa jika Tiara langsung menarik perhatian beberapa anak yang ada.
Tiara tidak cantik banget, namun cukup cantik, dia lebih cenderung manis, tubuhnya tinggi untuk ukuran kidz zaman now bukan mengejek, tapi memang Tiara cukup tinggi, body goals untuk itu sepertinya tidak, Tiara kurang berisi dia rata, seperti papan triplek, ga deng, ga serata itu.
Tiara masuk di kawasan lapangan dari sini ia dapat melihat aula sudah dipenuhi oleh para calon peserta MPLS, karena takut terlambat Tiara pun berlari menuju aula, namun karena memang tidak memperhatikan jalanan kakinya pun tersangkut di got kecil yang mengalirkan air hujan.
"eeeeh" dugh suara benturan lutut dan lantai terdengar.
Yap tidak salah lagi, Ara terjatuh karena kecerobohannya. Tiba - tiba ada sebuah tangan muncul dihapannya, Ara yang sibuk membersihkan lututnya yang sedikit lecet dan berdebu pun mendongakan ke si pemilik tangan. Ara diam mematung, tatapan matanya kosong entah Ara sedang memikirkan apa, ia hanya menatap tangan itu dan tetap diam.
"ngapain bengong, gamau dibantu? yaudah kalo gamau." ucap lelaki itu lalu bersiap meninggalkan Ara.
Ara langsung menangkap tangan itu, dan tangan itu membantu tubuh Ara berdiri.
"makasih, kak." Kak? iya kakak, karena memang di depannya saat ini adalah seniornya. Ara tahu benar bahwa di depannya anak aud, bahkan ia menggunakan almamater panitia MPLS.Entah lelaki itu lupa atau bagaimana, atau bahkan lelaki itu memang tak mengenal Ara, ia hanya mengangguk lalu pergu berjalan berlawanan dengan Ara.
Ara tersenyum kecut, memang selalu begini selalu terlupakan, "kesian gue liat lu ra, dilupain mulu." Ara membatin, lalu berjalan menuju aula yang kini sudah semakin padat.
KAMU SEDANG MEMBACA
CHOICE
Teen FictionIni tentang Tiara Amaretha yang mencintai Revan Pratama Adijaya layaknya ia bernafas, tiap detik tak berkurang dan semakin bertambah. Ini tentang Tiara yang masih bertahan pada Revan walau tau Revan tak memiliki rasa yang sama pada dirinya Ini tenta...