#3-The Truth

26 3 0
                                    

"Ya.... Aku baik-baik saja, "

"Kau yakin? " Suara wanita terdengar dari sebuah telepon genggam. "Tentu saja, Ma. Temani saja ayah sampai pekerjaannya tuntas, " bukan bermaksud mengusir, tapi memang disela-sela percakapan dia dan ibunya, terkadang ibunya langsung mengakhiri panggilan. Dengan alasan harus menemani ayahnya bekerja.

"Ah, terimakasih Sayang. Kau memang putri tercantik yang ku miliki. Baiklah, sepertinya memang harus aku yang menemaninya, "

"Hm.. Baiklah, Ma.. "

"Satu lagi! Jika kau ingin membeli sesuatu atau sekadar berjalan-jalan, mintalah Cliff untuk mengantarmu. Okay?? "

"Iya, "

Klik!

Carline meletakkan sebuah telepon genggam ditempat semula. Sesekali pandangannya beredar. Menatap setiap sudut ruangan yang begitu besar. Sudah lama sekali ia tinggal di rumah yang besar nan mewah. Gadis itu menghela napas. Dan melangkah menuju balkon rumahnya.

Bruk! Tubuh mungilnya langsung terhempas pada sebuah sofa mewah. Pandangannya beredar pada hamparan langit yang mulai menampakkan cahaya senja. "Indah..."gumamnya pelan. Tiba-tiba pandangannya terhenti pada sebuah objek. Carline memicingkan matanya. Rasanya familiar. Ya, tentu saja. Itu adalah Jenny. Gadis yang mengantarnya berkeliling melihat sekolah. Carline ingin menyapanya. Tapi, sebuah suara berat membuatnya mengurungkan niatnya. Dengan langkah santai, Carline bergerak menuju arah suara tersebut. Ternyata Cliff. Gadis itu berlari kecil menghampiri buttler rumahnya yang selalu setia melayani Carline bahkan dari ia masih belia. "Ada apa, pak Cliff? "

"Ini nona, " Cliff menyodorkan sebuah surat berwarna ungu pucat. Dengan sebuah tali pita berwarna merah yang mengikat surat tersebut. "Saya menemukan ini di kotak surat, "Carline meraih surat tersebut dari tangan Cliff. "Ah, terimakasih, "

"Kalau begitu, saya permisi nona, " Cliff membungkukkan badannya. Dan berbalik.

"Ah, nona. Satu lagi. Anda ingin dimasakkan apa untuk makan malam nanti?"tanya Cliff otomatis menghentikan langkahnya. "Apa saja yang tidak merepotkan, " Carline menarik pita merah yang melilit setiap sisi surat. Dan berjalan menuju balkon rumah kembali.

"Kurasa ini surat dari penerbit," Caring merogoh isi surat tersebut.Dan membacanya.Betul saja,sebuah karyanya akan segera diterbitkan. Sebenarnya menulis hanyalah sekadar hobi yang begitu Carline suka.Tapi,ia selalu iseng mengirimkan hasil ketikannya pada penerbit Rodeo.

Untuk Carline Hale,

Selamat! Karya mu terpilih oleh penerbit! Dan karya mu langsung dinobatkan sebagai novel terbaik bulan ini! Oh ya, akhir pekan nanti tolong datang pada alamat yang tertera,ya. Wajib datang,

Derry Smith

"Ah,ternyata tak sia-sia aku menghabiskan libur musim semi ku hanya untuk berkutat dengan menulis," Carline tersenyum lembut.Dan membaca alamat yang dituju.

*-*-*-*

Malam ini tidak seperti biasanya.Bintang-bintang bertabur di seluruh pelosok langit semesta.Udara yang bertiup begitu menenangkan jiwa.Sang bulan juga tak mau kalah dengan bintang.Sinarnya begitu indah menghias langit. Seorang lelaki tengah mengedarkan pandangannya pada langit yang berkelip. "Ah,seandainya aku tidak melemparnya," gumamnya. Ia mengacak sedikit rambut coklatnya yang berantakan tertiup angin malam. "Sudah seharusnya aku meminta maaf besok.Baiklah,aku harus memberinya sesuatu.Mungkin ia dendam," dengan cekatan,Bryan berlari kedalam dan menyambar mantel dan kunci motornya.Ia sedikit bergegas turun kebawah. "Mau kemana kau,Nak?"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 10, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Dear LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang