Air Mata Nara

797 105 10
                                    

Author's POV

Sebuah pemandangan yang mengejutkan diliat Nara siang ini. Jackson yang baru beberapa hari lalu keluar dari rumah sakit udah bisa jalan-jalan bareng seorang cewek dengan muka secerah matahari.

Nara bukannya muna. Dia emang gak suka Jackson, tapi kenapa secepat itu cowok bisa beralih dari satu cewek ke cewek lainnya? Nara saat itu sadar, Jackson itu gak pernah serius. Untung, Nara gak naruh perasaan apapun ke Jackson. Tapi kok rasanya ada yang aneh? Nara ngerasa sedikit kecewa.

Nara yang saat itu lagi di restoran ayam ngeliatin Jackson dan ceweknya sampe mereka berdua pergi. Nara berusaha bodo amat dan lanjutin makan serpihan sisa kulit ayam goreng di piringnya.

"Heh, bang Jacskon mana? Ada yang bilang dia disini," itu Yugyeom yang entah dari mana bisa kesini dengan penyamaran ala gembel. Dia pake sendal jepit, celana bolong dan jaket lusuh disertai masker dan topi buluk.

"Tanyakan pada rumput yang bergoyang," kata Nara. Dia lesu, gak semangat dan Yugyeom sadar akan hal itu.

"Eh kok lu makin pendek ya perasaan?" Yugyeom berusaha mancing emosi Nara. Aneh rasanya ngeliat cewek sejenis Nara lesu dan gak bersemangat begitu.

"Hm," Nara cuma bergumam. Dia beneran gak ada selera buat ladenin orang gila itu.

Niat awal Yugyeom buat nyari Jackson jadi berubah ketika ngeliat Nara. Menurutnya cewek itu lagi sedih makanya keliatan lesu.
"Eh," Yugyeom nyenggol-nyenggol lengan Nara. Yang disenggol gak bereaksi.

"Eh, eh, eeh" Yugyeom masih nyenggol-nyenggol Nara.

"Ah bacot lu kambing. Gua lagi males ribut nih, pergi sana oncom!" Omel Nara. Yugyeom nyengir setelah akhirnya denger omelan Nara.

"Jangan lesu gitu napa nar, gua gada temen berantem ntar," kata Yugyeom. Nara dalem hati jijik sama tingkah Yugyeom sekarang.

"Nar," panggil Yugyeom lagi. "NAR," dan lagi hingga membuat Nara tidak tahan. Nara akhirnya beranjak dari kursinya dan bergegas bayar makanan tadi ke kasir. Ia segera keluar dan jalan cepet biar bisa jauh dari Yugyeom secepet mungkin.

"Nara was a little girl~" Yugyeom bersenandung dari belakang. Kakinya panjang, jadi bisa cepet ngikutin Nara.

"Berantem yuk njing," Nara udah bener-bener kesel. Dia natap Yugyeom penuh emosi.

"Kenapa sih? Ada masalah cerita-cerita dong, gua bisa bikin nyaman kok," kata Yugyeom. Nara merinding. Orang ini aneh.

"Jackson, dia kenapa?" Tanya Nara. Muka Yugyeom sedikit berubah.

"Apanya? Ngomong lu yang jelas dong bego, belajar bahasa gak sih lu?"

"Babik. Si Jackson, kenapa dia mainin gua?" Tanya Nara. Yugyeom diem, dia keliatan lagi mikir gimana cara jawab pertanyaan Nara.

"Hmm, gua sama Jackson main tod, dia milih truth dan gua nanya tentang skandal dia sama Amber, cuma dianya malah ngelak dan jadi milih dare. Yaudah deh, gua kasih dare buat deketin adenya bang Hoseok aka elu Nar," jelas Yugyeom.

"Sumpah, gua gak ada maksud apa-apa, gua kira dia bakal milih truth karena darenya terlalu beresiko, tapi ternyata dia lebih milih dare dan yaudah, jadilah dia deketin lu," lanjut Yugyeom.

Nara udah kebal. Hal-hal yang bikin sakit hati kayak gini udah biasa dia alamin. Gak boong, Nara emang sedih, cuma dia bisa nahan. Nara lanjut jalan lagi, terus-terusan sampe ke sungai han. Hari juga mulai gelap. Di tepi sungai, Nara berenti dan jongkok. Dia ngumpetin mukanya diantara lutut-lututnya.

Yugyeom yang terus ngikutin Nara dari belakang jadi ngerasa bersalah. Dia kira Nara bakal nyumpahin dia pake bahasa kasarnya, tapi kali ini beda. Diemnya Nara malah bikin Yugyeom khawatir setengah mati.

"Nar," panggil Yugyeom. Nara diem gak nyaut.

"Eh pendek, mau lomba kentut gak? Yang suara kentutnya paling kenceng ditraktir makan sama yang suara kentutnya pelan," tawar Yugyeom. Nara masih gak bersuara.

"Deal gak nih? Eh woy, respon napa nyet, gua lagi ngomong sama lu, bukan sama tembok,"

Tiba-tiba badan Nara agak bergetar. Ada suara tangisan keciiil banget. Yugyeom deketin Nara dan jongkok disampingnya.

"Eh, lu nangis? Preman gabole nangis. Manja ah," ujar Yugyeom. Dia berusaha ngelucu, supaya suasananya gak berubah jadi sendu gini.

Bukannya berenti, tangisan Nara malah makin kenceng. Yugyeom agak panik. Takut dikira lagi nyulik anak orang.

"Udah dong say- eh Nar, udahan nangisnya. Lu makin jelek kalo nangis," Yugyeom berusaha ngebujuk. Yang dibujuk akhirnya ngangkat kepalanya. Matanya bengkak dan merah. Dia dorong Yugyeom sampe jatoh.

"Buset, gosah didorong gini dong," Yugyeom yang jatoh balik ke posisi semula.

"Pergi sono babik, gausah sok kenal bangsat. Lu bahkan bukan temen gua, tapi kenapa lu jahatin gua gini,"

"Maaf, gua gatau gimana caranya tapi gua cuma mau deket sama lu, itu aja kok,"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 30, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

AbangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang