Jealous?🐙

351 50 1
                                    

Sudah berulang kali aku melihat jam tangan merahku yang melingkar manis di pergelangan tangan kiriku. Terhitung satu jam sudah aku menunggu laki-laki bongsor itu, dan akhirnya aku melihat lekaki itu keluar dari kelasnya tapi saat dia akhirnya ia tiba di depanku, hanya wajah dinginnya yang ia tujukan padaku.

"Nyel ih aku udah nunggu sejam tau!" Ucapku sambil berusaha menggapai lengannya.

"Siapa yang suruh nunggu aku?" Jawabnya judes.

"Ini nih yang buat aku pengen nunggu kamu, kamu kenapa sih? Galak banget perasaan dari tadi pas istirahat."

"Tau ah, udah ah aku mau balik."

"Lah kok ngambek sih? Aku ada salah apa?

Daniel, lelaki bongsor yang kumaksud tadi itu tetap saja berjalan kedepan tanpa berusaha menjawab pertanyaanku. Tapi anehnya, tangan kanannya malah menggenggam tanganku hingga akhirnya aku mengikuti langkah cepatnya menuju pelataran parkir sekolahku. Yah dia pacar yang lucu bukan? Walaupun sedang marah perlakuannya terhadapku tetap saja manis.

"Nih pake helmya." Ucapnya sambil menyodorkan helm merah mudaku.

"Nyeeeeel, pakeiiiiiiin." Aku memulai serangan pertamaku. Daniel ini bukan tipe lelaki yang bisa tahan dengan tingkah bak anak kecil yang aku perlihatkan disaat genting seperti ini.

"Dasar manja." Dan berhasil, aku bisa melihat sudut pipinya yang terlihat sedang menahan senyum.

Lalu kemudian aku dan Daniel membelah jalanan dengan motor besar kebanggaannya itu.

"Sayang?" Panggilku dengan suara yang cukup keras.

"Apa?"

"Sebelum pulang, mampir taman komplek ya."

Sekitar 15 menit kemudian, aku dan Daniel duduk bersisian di salah satu kursi yang disediakan di taman ini. Cukup lama kami berdiam diri hingga akhirnya kuberanikan diri untuk memulai pembicaraan.

"Ini kamu ngambek gini gegara aku sama kak Sehun kemaren ya?"

Hening. Daniel hanya menjawab pertanyaanku dengan suara hembusan napasnya.

"Sayang, kalo kamu diem gini gimana caranya aku tau aku salah apa? Aku gak pengen kita diem-dieman gini terus."

Aku berusaha membuat kontak mata dengan Daniel, memutar badan tegapnya dengan tenaga yg cukup untuk membuatnya menatap kedua mataku.

"Sejeong jelek."

"Iya Daniel ganteng kenapa?" Balasku sambil tersenyum karena ia mulai mau mengeluarkan suaranya.

"Kenapa sih kemaren kamu harus semobil berdua sama kak Sehun? Kan kamu bisa minta anter aku kalo cuman mau beli peralatan padus kamu!"

"Mana pake kak Sehun upload foto kalian di stories instagram kesannya kaya spesial banget kamu jalan berdua ma dia. Heleh dasar kadal."

Kemudian, aku genggam kedua telapak tangannya yang terasa hangat itu. Mencoba menghentikan omelannya itu.

"Udah marahnya?"

"Udah, heh gausah senyum-senyum gitu. Jawab dulu itu."

"Sayangku, kemarin itu posisinya kak Sehun lagi main ke rumah buat main bareng kak Jonghyun. Nah karena aku mau keluar dan kebetulan kak Jonghyun juga ada janji sama kak Nayoung aku disuruh nebeng kak Sehun. Jangan disela dulu." Ucap Sejeong cepat saat melihat Daniel mulai membuka mulutnya untuk menyuarakan protes.

"Aku gak enak lah kalo nolak, lagian kita cuman bentar doang kok. Kalo kamu liat fotonya aneh-aneh itu pas anglenya aja."

Daniel masih menunjukkan wajah kesalnya.

"Kamu cemburu?"

"Retoris. Iyalah aku cemburu, kamu cuman punya aku Kim Sejeong." Ucap Daniel sambil menarik Sejeong ke pelukannya.

"Besok lagi gaboleh keluar berduaan sama cowok. Kalo kemana-mana panggil aku aja."

"Iya sayang."

"Gaboleh nakal."

"Aku gak nakal astaga, aku bayar kok pas pulang beli buku partiturnya."

"Gak lucu, Je." Biarpun Daniel bilang kaya gitu, nyatanya ia saat ini sedang tertawa menunjukkan kedua gigi kelincinya itu.

"Tapi kamu ketawa."

"Habis nggemesin."

"Lebih gemesin kamu kalo cemburu. Besok-besok pulang bareng kak Sehun lagi ah."

"KIM SEJEONG!"

Daily Stories of Kim SejeongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang