Jakarta, 2004
Jam menunjukkan pukul 6 lebih 15 menit. Gadis dengan rambut kecoklatan sepanjang punggung itu sedang duduk manis di sebelah Papanya yang sedang menyetir mobil. Hari ini adalah hari pertamanya masuk sekolah, dan Papa berencana untuk mengantar anaknya masuk di hari pertama.
"Nanti kamu pulangnya Papa jemput ya," ucap Michael, pria yang sudah menjabat sebagai Ayah selama 16 tahun belakangan ini.
Alexa mengangguk, "Tapi nanti kalo udah ada temen aku pulang sendiri ya. Malu lah udah SMA masih di anter jemput," balas Alexa membuat Papanya terkekeh lalu mengangguk.
Beberapa menit kemudian, mobil yang mereka tumpangi sudah sampai di gerbang sekolah baru Alexa. Dengan semangat yang besar, Alexa buru-buru turun. Tidak sabar ingin bertemu dengan teman-teman barunya. Perjalanan dari rumah ke sekolah memakan waktu hampir 20 menit. Di jam 6.25 pagi, sekolah barunya sudah ramai dengan anak-anak. Wajar karena bel masuk berbunyi pukul 6.55 pagi.
Alexa berjalan menyusuri koridor lantai dasar yang bersebelahan dengan lapangan besar sekolah ini. Di sudut lapangan ada beberapa anak laki-laki yang sedang nongkrong. Beberapa dari mereka juga ada yang sedang mengerjakan PR. Di tengah lapangan juga ada anak-anak basket yang sedang bermain. Suasana di sekolah barunya ini sangat berbeda dengan saat ia di Sydney. Selama di Sydney ia selalu datang mepet bel masuk dengan maksud agar ia tidak meghabiskan waktu sendirian di sekolah. Seperti yang ia ceritakan, ia tidak memiliki banyak teman di sekolahnya yang dulu.
Alexa memutuskan untuk pergi ke ruang guru, meminta jadwal pelajaran dan megambil buku-buku pelajaran serta beberapa seragam yang belum sempat ia ambil.
--
"Nama gue Alexandrea Camile, pindahan dari Sydney. Semoga kita bisa bertemen baik ya," ucap Alexa di depan kelas barunya. Sama seperti sekolah-sekolah lain, ia harus melakukan perkenalan sebagai anak baru.
"Katanya pindahan dari Sydney, kok bisa ngomong bahasa Indonesia?" Tanya seorang anak laki-laki yang duduk di pojokan.
"Nyokap gue orang Jawa," jawab Alexa membuat anak itu manggut-manggut.
"Yaudah Alexa duduk di tempat kosong itu, ya. Sebenernya itu nggak kosong, ada orangnya. Paling dia telat," ucap Bu Anna, guru yang sedari tadi bersamanya sekaligus guru bahasa Indonesia.
Alexa mengangguk kecil, lalu berjalan menuju bangku yang ditunjuk dan langsung duduk. Ia duduk di bangku kedua dari belakang. Di depannya ada cewek dan cowok yang duduk bersama, sedangkan di belakangnya ada dua cowok yang salah satunya tadi menanyai Alexa.
"Gue Alena," ucap cewek yang duduk di depan Alexa ketika Alexa sudah duduk.
"Yang ini namanya Bastian, anak basket. Lagi cari pasangan hidup lho," ucap Alena membuat Alexa terkekeh.
"Di sebelah gue ini cowok apa cewek?" tanya Alexa membuat cowok yang tadi disebutkan namanya Bastian itu menoleh.
"Cowok. Paling dia lagi urusan sama BK dulu baru masuk," jawab Bastian membuat Alexa manggut-maggut.
"Namanya Kendra, Lex. Cakep sih, cogan sekolah. Tapi bandelnya nggak ketulungan," timbrung Alena.
"Dia juga suka random gitu orangnya. Bisa aja nanti lo di ajak pulang bareng sama dia," lanjut Alena.
"Ih jadi takut," gumam Alexa membuat dua orang di depannya tertawa.
"Dia orangnya baik kok, apalagi sama orang baru. Tapi hati-hati nanti kalo udah kenal, nanti lo bisa aja diisengin tiap hari. Apalagi sekarang dia lagi nyari cewek," balas Alena.
"GOOD MORNING BU ANNA CATIK!" teriak seseorang dari luar, membuat seisi kelas hening.
"Tuh, Kendra dateng. Tiati klepek-klepek," ucap Alena.
Dan benar saja, sedetik kemudian sesosok cowok tinggi dengan badan berisi memasuki kelas sebelas IPS tiga yang sudah siap tertawa. Pasti ada saja kelakuan melanggar Kendra yang membuat seisi kelasnya tertawa karena keberaniannya. Kendra masuk membawa helm putih yang belakangan ini menemaninya selama berkendara motor.
"Kendra Timotius?" gumam Alexa membuat Alena dan Bastian menoleh.
"Kenal?" tanya Bastian membuat Alexa menggeleg cepat.
Dia udah gede sekarang, batin Alexa.
--
Semoga sukak ya sama crita ini hehe
Vommentnyaaa yaaa ♥️-prxficiat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Stuck
Teen FictionTentang sebuah perasaan yang sampai sekarang belum sempat tersampaikan. -Alexa, 2018.