3

39 6 0
                                    

3

Tepat pukul sepuluh, seluruh kegiatan belajar kelas sembilan usai, sebab, jam selanjutnya akan dilanjutkan dengan rapat antar guru dan wali murid yang akan membahas tentang kelulusan yang hanya terhitung tinggal beberapa bulan lagi. Parkiran sekolah mulai penuh dengan kendaraan yang dibawa oleh para wali murid. Sebagian siswa begitu antusias menyambut orangtuanya masing-masing di lobby sekolah, ada beberapa siswa yang melakukan hal itu untuk mengenalkan orangtua mereka dengan sang pacar. Bahkan ada yang langsung mempertemukan kedua orangtua mereka asing-masing yang akhirnya makan bersama di kantin sambil menunggu rapatnya di mulai.

"Emak lu dateng Man?" tanya Ujang yang dari tadi hanya diam mengamati orangtua murid yang berlalu-lalang di lobby.

"Enggak, nyokap kerja, katanya kalau sempet nyusul sih." Jawabnya tanpa mengalihkan pandangannya. "Emak lu mana Jang?"

"Gak tau nih. Katanya udah turun dari angkot. Tapi belom dateng juga ini yak."

"Coba telepon aja Jang." Saran Armand yang kini menatap wajah Ujang.

Ujang mengikuti kata Armand. Ujang langsung menghubungi orangtuanya.

"Jang! Ujang dimana? Emak dari tadi nunggu Ujang ini ih di Gerbang!"

"Ih emak, emak gak baca chat we'a Ujang? Kan Ujang tadi bilang, masuk aja mak, nanti Ujang tunggu emak di lobby."

"Yeuh si Ujang yak. Masuk aja nih ke lobby?"

"Iyak mak." Jawab Ujang pasrah.

"Euh, meuni riweh, kudunamah Abah maneh da nu kadie Jang." Gerutu wanita berhijab panjang itu sambil memutuskan sambungan telepon dari anak terakhirnya. Wanita paruh baya itu berjalan beriringan dengan orangtua murid lainnya menuju lobby sekolah yang memang letaknya lumayan jauh dari gerbang sekolah.

Mata Ujang terus mengawasi setiap orang yang memasuki kawasan lobby, rata-rata mereka berhenti di lobby karena harus mengisi daftar hadir di meja resepsionis. Mata Ujang menangkap ibunya yang berjalan memasuki lobby, beliau juga sama, mencari anaknya itu.

"Emak!" panggil Ujang melengking sambil melambaikan tangan kanannya. Ibunya menoleh, dan segera menghampiri Ujang. Ujang segera meminta ibunya untuk mengisi daftar hadir. Meja daftar hadir kelasnya kini dipegang oleh Inka dan Susan.

Susan, Inka dan beberapa murid kelasnya yang kebetulan menunggu orangtua atau iseng hanya ingin mengetahui orangtua temannya langsung menyambut siapa saja yang mengisi daftar hadir rapat kelasan. Ada beberapa yang tidak bisa hadir, dan digantikan oleh kakaknya atau bibinya bahkan neneknya.

Tepat pukul satu siang, rapat dimulai di aula sekolah. Susan mengecek berapa orangtua yang tidak datang rapat. Ada tiga, yaitu Armand, Eksa dan Inka.

"Ka?" panggil Susan pelan.

"Hm?" respon Inka tanpa menunda kerjaannya, ia sedang merapikan meja resepsionis yang penuh dengan kertas.

"Lu ngasih undangannya kan?" tanya Susan dengan penuh kehati-hatian.

Tangannya berhenti merapikan kertas, Susan menahan nafasnya, ia sudah siap jikalau Inka akan marah lagi seperti tempo hari. Inka melirik Susan.

"Permisi? Benar ini tempat isi daftar hadir kelas duabelas-dua?" tanya seorang ibu-ibu berpakaian rapi dengan tas yang terlihat mahal.

"Iya betul ibu, silahkan tandatangan." Ucap Inka tak berekspresi.

"Oh, sudah datang semua ya? Padahal saya sudah berusaha keras supaya datang cepat. Apa sudah mulai rapatnya?" tanya beliau sambil tanda tangan di kolom nama 'Armand'.

ekinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang