Aku Cemburu

0 2 0
                                    

Seminggu sudah masa ospek di jalani para siswa. Syukurlah tak ada satupun yang tidak layak masuk SMA Nusa Bangsa.

Di papan pengumuman tiap kelas sudah terpampang nama-nama para siswa yang akan masuk ke kelas masing-masing.

Nama Jingga dan Wiwi terdapat dalam satu ruangan kelas yang sama. Namun sayang, Cakra tidak termasuk. Dia di kelas 1.G , sedangkan Jingga dan Wiwi di kelas 1.A. Tapi syukurlah, setidaknya konsentrasi Jingga saat belajar tidak akan terganggu.

***
Hari itu suasana sekolah sudah kembali normal. Tapi istimewa bagi Cakra. Karena hari itu, dia ulang tahun.

Jingga bergegas menuju lantai dua saat ia tiba di sekolah sendirian, tanpa Wiwi. Katanya dia izin tidak masuk.

Di tangannya sebuah kotak di lapisi kertas warna-warni berisikan hadiah untuk Cakra, di genggam Jingga erat-erat. Suka atau tidak nya Cakra tehadap pemberiannya nanti, Jingga tak peduli.

Dengan langkah setengah menerbangkan rambut panjang dan tubuh kurus Jingga, di iringi nyanyian dari suara fals nya. Jingga akhirnya tiba di depan pintu kelas 1.G.

Tapi itu tak bertahan lama. Senyuman yang sedari tadi merekah di bibir manis Jingga tenggelam di lautan api cemburu saat di lihatnya Cakra tenga asyik bercanda gurau dengan ... Wiwi.

'Apa? Bukankah dia hari ini tidak masuk?' kobaran api cemburu dengan lahap menyantap hati Jingga.

Ada sesuatu yang mencabik-cabik hatinya saat pemandangan itu tersaji untuknya. Jingga mematung, merasakan matanya yang kian memanas dan sebentar lagi di banjiri lelehan air mata.

'Brukkk...' kotak hadiah yang di genggam Jingga jatuh menghantam lantai.

Cakra dan Wiwi terkejut bukan main. Sontak keduanya menatap ke arah suara, yang ternyata adalah Jingga dengan isakan tangis yang mulai terdengar.

"Kalian jahat!" teriak Jingga

"Jingga, kamu salah paham'' Cakra coba menjelaskan.

Namun sia-sia saja, sebab Jingga sudah lari terlebih dahulu bersama kesalah pahamannya yang tidak mendapat penjelasan sedikitpun.

Rasa sakit juga pedih mengiringi langkah kakinya yang menerobos jajaran para siswa di lorong sekolah.

Ia tak peduli, yang ia ingin, hanya menjauh, menjauh, dan menjauh. Tak ingin ia mengganggu kesenangan dua mahluk tadi.

" Cakra, Wiwi memang lebih pantas untukmu di banding aku. Dia begitu sempurna, dari hatinya, rupanya, dan materinya. Tidak seperti aku" Jingga menjatuhkan tubuhnya dengan kasar saat ia tiba di suatu tempat.

Air mata terus mengalir deras dari kedua mata bulatnya. Biarkanlah air mata kini yang menguasai dirinya, karena ia adalah bentuk kata hati yang belum sempat terucap.

Jingga menangis sekencangnya.

Ku Tunggu Cintamu Di Langit SenjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang