Pelukan Untuk Cowok Misterius

3 2 0
                                    

Setelah tangisan Jingga mereda, juga hatinya sedikit tenang. Jingga bangkit berdiri. Ternyata, tempat yang di kunjunginya tanpa sadar adalah tempat yang bernama Kolam.

Di tempat tersebut, terdapat danau buatan kecil dengan batu besar duduk manis di tengahnya. Tempat paforit Jingga adalah di bagian bukit kecil dekat danau. Di mana, di sana ia bisa melihat penampakan seluruh kota yang di penuhi puluhan gedung pencakar langit dengan hamparan perumahan penduduk. Di sana, dia juga bisa melihat pemandangan indahnya panorama langit senja berbalutkan cahaya emas berkilauan di sepanjang ufuk barat.

Jingga duduk di sebuah kursi alami dari pohon besar yang telah tumbang. Memory nya memutar kejadian beberapa tahun silam. Tempat itulah penenang sekaligus penghibur untuk Jingga.

'Astaga' Jingga terperanjat saat menyadari malam hampir tiba, dan ia belum pulang ke rumah. Mama Sita pasti sudah menunggunya dengan risau.

Ia bergegas pulang, langkahnya setengah berlari maraton. Rasa takut menghujani hatinya, apalagi tempat tersebut begitu sepi kendaraan. Sementara jarak yang di tempuhnya begitu jauh.

''Jalan kaki aja?" hampir saja Jingga melompat ke udara saat suara seorang laki-laki muncul di belakangnya.

"Jangan-jangan orang jahat" pikir Jingga. Tak ingin terjadi hal aneh menimpa didinya, Jingga mempercepat langkahnya.

Namun, laki-laki itu malah menirunya. Jingga sedikit kesal juga risih. Jingga berlari, dia pun berlari. Lalu sebuah ide muncul...

'Brukkk' badan laki-laki itu jatuh menghantam aspal jalanan.

Jingga cekikikan di dalam hati.
'Rasain luh!' ejeknya

"Kalok ngerem jangan mendadak kali!" ketus laki-laki itu mencoba bangkit.

Jingga menatap laki-laki yang berdiri tegap di hadapannya. Hidung mancung bertengger manis, kulit sawo matang, serta alis tebal berjajar rapi bak barisan semut.

Tapi, hey, bukan itu yang menarik perhatian Jingga. Lihatlah, dia menggosok jidatnya yang memerah karna kejadian tadi. Atau mungkin, malah pipinya yang merah padam karena menahan malu. Entahlah...

"Gagu lu yak'' cerocos laki-laki tersebut

Mendengar kata 'gagu' sampai di telinga Jingga, di tengah hatinya yang masih sensitif, ia sangat tersinggung.

" apa lu bilang?'' bentaknya sembari mendekati laki-laki berbadan sejajar dengannya itu. Rasa takuy hilang sekejap, saat amarah membakar kepalanya.

"Woowww... Selow ngapa?" laki-laki itu mundur beberapa langkah.

"Siapa sih lu, hah?" nada suara Jingga kian meninggi, membuat nyali laki-laki itu menciut.

"Orang lah" jawab laki-laki itu sembari terus berjalan mundur, karena Jingga kian maju untuk memojokannya.

"Tarik omongan lu yang tadi" Jingga menatap tajam.

"E-iya... gue tarik omongan gue...maafin, gue cuma bercanda" ucap laki-laki itu.

Jingga sedikit tenang. Kemudian ia membalikan badan, dan melanjutkan perjalanan pulangnya.

Sementara laki-laki itu. Ah, dia nampak gemetar hebat mendapat perlawanan dari Jingga.

***
Malam mulai larut, baru setengah perjalanan yang di lalui Jingga. Sementara kedua kakinya mulai kehabisan tenaga. Ah, sial! Jingga memaki dirinya sendiri sebagai orang paling ceroboh di dunia.

"Kenapa sih buru-buru banget?" 'Astaga, ternyata laki-laki itu belum pergi juga'. Jingga menggerutu kesal. Kedua tangannya mengepal bulat, siap jika satu detik kedepan di perlukan.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 05, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Ku Tunggu Cintamu Di Langit SenjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang