[REMAKE]
Narin terus membolak-balikkan tubuhnya di ranjang, dia tidak bisa tidur, padahal malam sudah larut. Haru sudah tertidur sejak lama, hanya tinggal Narin saja.
Narin menarik selimutnya hingga menutupi seluruh dirinya. Beberapa detik kemudian, Narin mengintip di balik selimutnya. Pipinya sedikit memerah. Sepertinya Narin benar-benar tidak sabar menunggu pagi.
∞
Pada akhirnya, Narin tidak dapat tidur malam tadi. Matanya memerah, tubuhnya perlu tidur, tapi otak Narin menolak untuk tidur.
Kemarin, setelah memberitahu teman-temannya, Narin membeli kue di minimarket untuk disajikan pada teman-temannya. Hampir 5 jam Narin memilih kue, untunglah Narin teringat dengan Haru, dengan begitu dia segera pulang.
Sudah pukul 8, Narin dengan segera mengambil handuk dan berlari menuju kamar mandi.
Sebenarnya Narin hanya memakan waktu 15 menit untuk mandi, hanya saja dia memilih pakaian selama 30 menit. Dia tidak pernah pergi keluar bersama teman, juga tidak pernah ada teman yang berkunjung ke rumahnya. Tapi sebenarnya, Narin sudah pernah bertemu mereka dengan menggunakan pakaian bebas, rasa guguplah yang membuat Narin menjadi sangat panik.
Setelahnya, Narin pun duduk menunggu di ruang tamunya dengan gugup. Kakinya tidak bisa diam, kedua tangannya saling memainkan jari. Rasa gugup ini adalah rasa gugup yang terbesar dalam sejarah hidup Narin hingga saat ini.
Sepuluh menit kemudian bel rumah Narin berbunyi. Narin berdiri tegak layaknya seorang tentara karena merasa gugup.Narin pun berjalan ke arah pintu dengan langkah robot patah-patahnya. Narin sudah memegang kenop pintu. Sebelum memutar kenop pintu, Narin menarik dan menghembuskan napas untuk menghilangkan kegugupannya.
Narin memutar kenop dan mendorong pintu perlahan. Kegugupan Narin sudah sepenuhnya sirna melihat wajah semua sahabatnya. Senyum lebar tanpa sadar dia perlihatkan kepada sahabat-sahabatnya.
"Masuklah." Narin membukakan pintunya lebar. Salah satu dari sahabat Narin membuka pagar, kemudian mereka masuk ke rumah Narin.
"Sumimasen." Kata semua sahabat Narin secara bersamaan.
Narin mengantar mereka menuju ruang tamu dan kemudian dia pergi ke dapur untuk membuatkan minuman mereka.
"Apa kalian suka coklat panas?" teriak Narin dari dapur.
"Iya, suka."
Coklat panas adalah minuman yang paling sering Narin buat, dengan begitu tentu saja Narin sangat pandai membuatnya.
∞
"Rin-chan, kau benar-benar tinggal sendiri, ya," kata Hana di tengah-tengah permainan UNO yang sedang mereka mainkan. Hana pun menarik satu kartu berwarna merah dan melemparnya ke tengah seraya berteriak 'UNO'.
Narin yang sedang meminum coklat panasnya sambil melihat ke arah tumpukan kartu, dan kadang juga melihat ke arah kartu-kartunya sendiri, terhenti dan melihat ke arah Hana.
Narin meletakkan coklat panas miliknya di dekatnya. "Tidak, kok. Aku kan punya Haru," kata Narin seraya mengeluarkan kartu miliknya.
"Oh, iya, dimana Haru? Aku tidak melihatnya." Sera bertanya seraya menoleh ke kanan dan ke kiri.
Narin tersenyum lembut. "Ada, kok, di kamarnya. Sebentar lagi dia pasti turun meminta makan." Dan benar saja apa yang dikatakan Narin. Haru turun hingga kalung bel di lehernya berbunyi nyaring.
Haru pergi ke arah Narin dan kemudian menggosokkan tubuhnya di tubuh Narin seraya mengeong meminta makan. Bertepatan dengan itu, Hana melempar kartu terakhir dan berteriak, "AKU MENANG LAGI!"
Narin meletakkan kartu-kartu miliknya di lantai dan berdiri, berjalan menuju dapur untuk memberi makan Haru.
"Rin-chan kalah lagi." Hana berteriak dari arah ruang tamu.
"Aku kan baru main. Aku belum terbiasa dengan permainannya." Narin menyalakan kompor dan memasak makanan untuk Haru.
Sesudah makanan itu selesai dibuat, seperti biasa, Narin meletakkannya di tempat biasa Haru makan. Narin kemudian kembali lagi ke tempat dimana sahabat-sahabatnya berada.
"Zai-chan saja baru bermain, tapi dia sudah menang 2 kali, tuh," kata Hana di tengah-tengah kesibukannya memainkan ponselnya.
Narin pun cemberut seraya menggembungkan pipinya kesal. Tiba-tiba, mata Hana membulat terkejut, ponsel di tangannya berbunyi.
"Sebentar, aku mau mengangkat telpon." Hana pun berlari dan mengangkat telponnya di dekat pintu depan rumah.
Disaat semua hukuman sudah dijalankan Narin, Hana pun kembali dengan raut murung. Dia menghembuskan napas lelah. Bertepatan dengan Hana yang telah selesai menelpon, Haru juga kembali ke tempat Narin.
"Ada apa?" tanya Rhana dengan wajah khawatir. Rhana memang orang paling baik di antara mereka semua.
Narin mengelus lembut kepala Haru. Haru pun terlihat menikmati elusan yang diberikan oleh Narin.
"Biasa, masalah keluarga." Hana tersenyum getir mengatakan inti masalah di telponnya.
Tidak ada yang bisa mereka bantu jika menyangkut masalah keluarga. Mereka merasa tidak berguna jika Hana mengalami masalah. Karena, semua masalah Hana berakar dari keluarganya.
"Berceritalah kalau kau ingin bercerita, kami disini siap untuk mendengarmu. Menangislah kalau kau memang ingin menangis, tidak ada yang boleh mengambil hakmu untuk menangis. Berteriaklah kalau kau sedang ingin berteriak. Keputusanmu ada di tanganmu sendiri. Kami akan selalu ada di sisimu."
Narin mengatakan apa yang ingin dia dengar dari orang lain saat dia sedang bersedih seperti Hana sekarang ini. Narin memang tidak pernah mendengar orang lain mengatakan itu semua untuknya, namun, setidaknya dia dapat bersyukur dia bisa mengatakan kata-kata itu untuk menyemangati sahabatnya.
Hana tersenyum kecil. "Iya. Terima kasih, Rin-chan."
Sera mengulurkan tangan, ingin mengelus bulu-bulu lembut milik Haru. Haru yang menyadari itu langsung berbalik dan menatap tajam Sera. Ekor Haru menegak, bulu-bulunya berdiri mengembang. Segera, Sera menarik kembali tangannya.
"Huh! Padahal kan yang menemukan dan merawat kamu itu aku. Aku yang lebih dulu merawatmu dibanding Rin-chan." Sera cemberut. Dia merasa bahwa Haru tidak tahu terima kasih.
Tiba-tiba, Haru berlari naik ke lantai 2. Narin pun terkejut. Tidak biasanya Haru pergi dengan tiba-tiba.
Tiga menit kemudian Haru kembali ke tempat mereka dengan membawa kotak berwarna pink kecil yang di setiap rusuknya dilindungi oleh logam berwarna putih di mulutnya. Haru pun menyerahkan kotak kecil itu ke Narin.
"Apa ini, Haru?" Haru mengeong menjawab pertanyaan Narin.
"Buka saja, Rin-chan," kata Sera tiba-tiba.
Narin menatap Sera bingung. "Se-chan penasaran dengan isi kotak itu." Bukannya Sera, yang menjawab kebingungan Narin adalah Hana.
Sebenarnya, Narin ingin bertanya lagi kepada semua sahabatnya, akan tetapi, entah kenapa Narin menjadi sangat penasaran dengan kotak kecil yang dibawa oleh Haru.
"Oke, aku buka." Narin membuka kotak kecil itu perlahan. Di dalam kotak itu ada sebuah cahaya putih yang sangat menyilaukan. Narin dan semua sahabatnya menutup rapat mata mereka dan melindunginya dengan tangan mereka. Lama kelamaan, kesadaran mereka mulai menghilang. Disaat mereka terjatuh pingsan, disaat itulah tubuh mereka dibalut sinar berwarna emas dan menghilang.
**TBC**
~15 Juli 2020~
KAMU SEDANG MEMBACA
The Power of Friendship [REMAKE]
Fantasy[EDIT] Narin anak yang selalu sendiri. Pindah ke sekolah baru membuatnya mendapat pengalaman baru dan empat orang teman. Namun, suatu hal terjadi. Mereka dipaksa membuat pilihan. Pilihan yang akan menentukan nasib mereka. Akankah hal yang mereka sem...