1

24 5 4
                                    

                         Remember

                            -----------

"Semuanya Rp. 55.000 mbak !" ucap seorang pria serambi menyodorkan kantong plastik berisi pisang. Kali ini tatapan Jeklin tertuju pada pisang yang sudah berada ditangannya. Dengan santai tangannya merogoh saku celananya dan menyodorkan beberapa lembar uang kepada pria tersebut.

"Makasih ya bang ahmad"

"Sama sama mbak"

Senyum Jeklin merengah sebelum beranjak pergi meninggalkan toko. Langkah Jeklin bergerak agak cepat menyusuri trotoar jalan. Senandung irama dari mulutnya menemaninya kali ini.

"Lina"

Terdengar panggilan seorang pria sesaat setelah senandung irama Jeklin berhenti. Apa panggilan itu tertuju pada Jeklin ? Ahh tidak mungkin, disini semua orang tahu nama panggilan untuk Jeklin hanya Jeklin, Lilin atau Elin.

"Lina, Lin !" panggil lagi pria yang sekarang jaraknya mungkin dekat dengan dirinya. Tanpa menunggu panggilan untuk ketiga kalinya Jeklin memutar badannya dan mendapati seorang pria tampan memamdangi dirinya. "Hai Lin, masih inget ?"

"Eh ?"

"Masih inget nggak ?"

Seorang pria mungkin berumur sepantaran dengan Jeklin, tingginya bak tiang listrik, dan wajahnya agak familiar dipenglihatan Jeklin.

"Asep ya ? Atau bang Edi ?"

Pria itu tersenyum kecil lalu mengangkat kedua alisnya. Demi pantat Spiderman, pria ini sangatlah tampan. Jaket hitam yang melekat ditubuhnya menambah kesan sangar.

"Masih pelupa ya ?" senyumnya merengah menampakkan lebih tampannya pria didepannya ini dari pada pria tampan yang sebelumnya Jeklin temui.

"Hehe" tawa kecil Jeklin setelah dibuat terpana dengan pria tersebut. "Maaf, aku memang orangnya pelupa"

"Udah dari kecil lagi Lin !"

"Eh ?"

"Hmm masih gak inget ya ? Aku Reno Lin!"

Sejenak Jeklin berfikir keras. Mengingat nama 'Reno' yang agaknya masih familiar. Reno, seingat Jeklin nama itu merupakan nama teman SMPnya dulu dan wajahnya pun tak setampan sekarang.

Pria tersebut hanya diam menatap Jeklin yang masih berfikir tentang nama yang ia sebut. Apakah Jeklin sepelupa ini dengan dirinya?

"Lin... Aku Reno temen kamu waktu TK dulu. Rumah aku dulu juga disamping rumah kamu. Masa nggak inget sih ?"

"Ohh Reno" ucap Jeklin radak berhati hati. Mungkin sekarang Jeklin berdusta terlebih dahulu. Demi apapun, Jeklin tidak mengingat nama 'Reno'. Jujur saja Jeklin sangat pelupa. Tapi untuk masalah teman kecil, apalagi teman kecil yang bertempat tinggal disamping rumahnya mungkin Jeklin sudah melampaui batas seorang dengan memori yang rendah. Atau lebih tepatnya 'PIKUN' .

"Udah inget ?" tanya Reno dan hanya mendapat anggukan ragu dari Jeklin. "Nggak, lo belum inget gue kan ?"

Dan ya, sekarang Jeklin kehabisan kata kata. Jeklin memang sangat canggung dan grogi dengan orang yang tidak sepenuhnya ia kenal. Apa Reno ini bisa membaca pikiran Jeklin ? Sampai sampai ia tahu bahwa Jeklin sedang berbohong.

"Gue tahu lo dari kecil Lin, masa lo gak inget gue ?" Jeklin ragu ragu untuk merespon pertanyaan pria ini. "Udah deh gak usah diinget ! Entar pasti lo inget sendiri. Itu yang gue tahu tentang lo" ujarnya.

Jeklin agak terkejut dengan perkataan pria ini. Dia bisa tahu kebiasaan pelupa Jeklin. Jeklin bisa nengingat sesuatu setelah berjam jam, berhari hari atau bahkan berbulan bulan.

"Beli apa ?" ucap Reno serambi melangkah dan diikuti dengan Jeklin yang sekarang sudah berpas pasan dengan langkah Reno.

"Beli pisang"

"Pasti buat arisannya tante Maudy ya ?"

"Ehh ? Kok kamu tahu"

Reno berhenti dan sontak membuat Jeklin juga berhenti.

"Udah gue bilang, gue temen kecil lo Lin. Dan rumah gue dulu sampingan ama rumah lo"

"Oh" ucap Jeklin menundukkan kepalanya serambi terus melangkah dan sekarang posisi Jeklin sedang mengekori langkah Reno.

"Kenapa Lin ?"

"Gak papa"

"Oh iya Lin, lo kalo ngomong gosah radak formal gitu ya ! Kita kan temen, masa ngomongnya resmi banget"

"Hehe maaf" ucapnya serambi terkekeh pelan. "Oh iya Ren, maaf ya ! Tadi gue bukannya gak denger panggilan lo, tapi nama gue Jeklin, bukan Lina"

"Alina Jeklin Hermawan. Gue emang punya nama spesial kan dari dulu buat lo" ujar Reno.

Jeklin sedikit penasaran, apa hubungan dirinya dengan Reno dulu ? Sampai Reno memamggilnya dengan nama spesial, walau nama tersebut masih dibilang termasuk dalam nama panjangnya.

Reno sebelumnya mengatakan bahwa dirinya teman kecil Jeklin. Tapi seingat Jeklin, dia tidak pernah mempunyai teman kecil seperti Reno yang sangat tampan. Apalagi teman kecil yang mempunyai nama spesial sendiri untuk memanggil dirinya. Tidak ! Jeklin mengakui bahwa dirinya memang pelupa, pelupa adalah kelemahannya. Dan ingatan yang tidak pasti itu tidak mungkin kenyataan. Pasti Jeklin sekarang sedang mengarang pikiran.

"Oh iya Lin, besok gue pindah ke sekolah lo, temenin gue nyari kelas baru ya ?"

"Oh iya"

"Udah gitu doang ?" gerutu Reno

Sudah beberapa kali Jeklin mengangguk. Dan sudah beberapa kali pikiran Jeklin terus terpusat dengan nama 'Reno'.

"Oh ya udah. Gue duluan ya ? Nanti mama gue nungguin lagi"

Jeklin kembali mengangguk. Ia melihat lekat lekat pria itu, sampai punggung Reno sudah hilang dipenglihatan Jeklin.

***

Sekerjap mata Jeklin membulat melihat sebuah foto kusam yang sekarang ia pegang.

"Udah ya, bunda mau ke kecamatan lagi. Dada anak bunda" lambaian tangan mengakhiri perkataan Maudy-bunda Jeklin.

Jeklin hanya melihat bundanya pergi lalu hilang setelah pintu utama rumah tertutup. Pandangannya kembali meraba sudut demi sudut foto yang sekarang ia pegang.

"Masa iya ini gue sama Reno ?" gumamnya.

Detik berikutnya, Jeklin bangkit dari sofa ruang keluarga dan keluar dari rumah atau tepatnya ia berada dihalaman rumah depan. Matanya mencari cari sudut dihalaman rumah tetangganya dengan teliti dan sesekali pandangannya beralih pada foto yang ia pegang. Tepat pandangannya berhenti dibawah pohon mangga besar tepat disisi kiri halaman tetangganya itu.

"Kok sama ?" gumamnya, matanya menyipit melihat dua anak yang duduk dibawah pohon mangga pada foto. Mereka berdua memakai topi yang sama dan baju yang sama pula.

Rasa penasaran membaluti diri Jeklin. Kenapa dia sama sekali tidak ingat dengan masa kecilnya ? Dan untuk berjuta juta kalinya dalam hidupnya, Jeklin sadar kalau memang dia pelupa. Bagaimana bisa dia tidak lupa ? Reno bilang kalo dia adalah teman Jeklin waktu di Taman Kanak-Kanak dan pindah ke Sumatra saat akan masuk Sekolah Dasar. Jadi jika Jeklin hitung, sudah 10 tahun Reno meninggalkan Bekasi. Kota kelahirannya dan kota tempat tinggalnya saat ini.

"Jadi ? Reno bener temen kecil gue ?" gumamnya.


NyK0915

RELINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang