2

12 3 1
                                    


Pagi ini Reno terbangun setelah mendengar deringan keras alarm ponsel miliknya. Matanya masih terpejam walau kakinya sedang sibuk menghempas hempaskan selimut yang membaluti dirinya semalam. Matanya perlahan terbuka dan melihat bagaimana dinding dengan disain klasik masih tertempeli oleh beberapa gambar kartun superhero. Ia menekan tulang pelipisnya dan berusaha bangkit dari ranjang.

"RENO!"

Teriakan maut. Lagi lagi untuk beribu ribu kali atau berjuta juta kali atau bahkan bermiliar miliar kali suara jeritan yang menyebut namanya itu kali ini terdengar kembali.

"Iya mam" ucapnya serambi membuka pintu kamar. Pagi ini mungkin jadi awal dari sebuah kisah baru Reno di Bekasi. Walau dulu Reno pernah menempati rumah ini dan kota ini. Tapi pikiran Reno bukan kisah dimana ia bisa bermalas malasan dirumah dan kota lamanya ini. Tapi ia malah tertuju pada sebuah cerita miliknya dimasa lampau. Dan semua itu ada pada teman masa kecilnya, Alina Jeklin Hermawan.

***

Tatapan demi tatapan Reno rasakan. Berjalan dikoridor sekolah barunya, setelah mengisi beberapa data di ruang guru. Tatapan itu tidak hanya sekedar tatapan, dibaringi dengan gumaman pujian untuk ketampanan haqiqi seorang Reno.

Masih pagi ? Tidak, ini sudah agak siang untuk anak sekolah. Sebentar lagi mungkin akan terdengar bunyi bel. Tapi mata Reno masih mencari cari sesuatu.

Langkahnya perlahan berhenti ketika pandangannya menemukan Jeklin sedang berdiri didepan perpustakaan. Reno tersenyum senang dengan keberadaan Jeklin yang tak jauh dari tempat ia berdiri sekarang.

"Lina"

Panggilan Reno yang nyaring, sontak membuat Jeklin terkejut setengah mati. Siapa yang memanggil dirinya dengan nama Lina ? Jeklin agaknya tidak suka dengan panggilan itu, ia mendengus kesal sebelum memutar tubuhnya dan mendapati Reno dengan senyum sumringahnya.

Tolong Jeklin ya allah, Jeklin nggak kuat liat ketampanan hambamu yang satu ini. Batin Jeklin sengebatin batinnya.

Senyum sumringah juga terlontar dari raut wajah Jeklin.

"Inget gue kan ?" tanya Reno

Mata Jeklin terbelalak sesaat. Ia pandangi wajah tampan pria dihadapannya ini. Bola matanya terpaku menatap wajah pria yang sekarang tepat berjarak sekitar 50 cm dengan dirinya. Mulut Jeklin perlahan sedikit terbuka dan ekspresi kosong nan absurt terukir jelas siwajah Jeklin.

Reno terkekeh kecil melihat Jeklin yang sangat kekanak kanakan. Tapi itu bukan masalah untuk Reno. Toh itulah yang Reno rindukan dari Jeklin.

"Lin... Gue Reno! Yang kemaren, masih inget kan ?"

"Ohh Reno, iya iya gue inget. Maaf tadi lupa, hehe"

"Udah ah. Ayo anterin gue kekelas baru gue" ujar Reno serambi menarik tas berwarna ungu milik Jeklin.

"Eh eh ! Mau ngapain?"

"Lo lupa ya ? Kan gue minta lo nemenin nyari kelas baru gue kemaren"

"Emang iya ?"

Seketika Reno menghela nafas besar. Sepelupa apa sih Jeklin ? Dengan nama Reno yang baru kemaren disebut saja, sekarang sudah lupa. Apa ini yang dikatakan pikun diusia muda ?

Tak banyak bicara lagi Reno langsung menarik tas ungu Jeklin yang sempat ia tarik sebelumnya. Sontak Jeklin memberontak tak jelas.

"Gue lagi nunggu temen, Ren"

"Siapa ?"

Belum sempat Jeklin melontarkan satu kata, bahkan satu huruf pun belum Jeklin katakan. Sudah ada seorang pria yang tak kalah tampan dari Reno yang sedang membawa setumpuk buku. Jeklin memajang senyum manis ketika melihat pria itu, dan juga dibalas senyum sang pria.

Penasaran ? Sakit hati ? Canggung ? Semua itu sudah ada di diri Reno saat ini. Tangan yang sebelumnya memegang erat tas Jeklin, perlahan terlepas setelah melihat pria itu membuat senyum manis Jeklin merengah.

"Ehh Ren, ini temen aku. Kenalin ini kak Alif ! Dan kak Alif ini teman baru aku, namanya Reno"

Apa ? Teman baru ? Telinga Reno pasti sedang bermasalah. Apa mungkin Reno harus menjelaskan kembali kepada Jeklin ? Kalo sebenarnya Reno, adalah teman kecilnya. Teman yang dulu selalu bermain dengannya. Ahh sudahlah! Beberapa kalipun Reno menjelaskan, hal itu akan jadi memori sesaat untuk Jeklin.

Seorang pria yang Jeklin sebut bernama Alif itu menyodorkan tangan untuk dijabat. Dan dengan refleks Reno membalas jabatan itu dengan senyum sumringahnya.

"Alif ! Kakak kelasnya Jeklin"

"Reno"

Ucap Reno setelah Alif memperkenalkan dirinya. Dan sekarang Reno tahu Alif hanya kakak kelas Jeklin dan akan menjadi kakak kelas Reno pula. Tapi pikiran 'Alif adalah HANYA sebagai kakak kelas' itu mulai pudar setelah apa yang Reno saksikan dengan matanya sendiri. Reno melihat bagaimana senyuman manis terukir tulus diwajah Jeklin. Sangat tulus, sampai membuat Reno seketika terpana.

"Oh anak baru ya ?" ucap Alif memandang ramah Reno. Reno sempat mengira Alif merupakan sosok yang sangat dingin. Tapi dari lagak dan cara berkenalan Alif kepada dirinya. Kata 'dingin' itu sudah hilang.

"Hehe iya"

"Yaudah Lin, Ren, gue duluan ya ?"

Sebelum beranjak pergi dari hadapan Reno maupun Jeklin, Alif sempat berbisik kepada Jeklin dan dibalas anggukan dan senyuman manis dari Jeklin.

Apa hubungan mereka ? Reno sama sekali tidak pernah melihat Jeklin sedekat ini dengan pria lain selain dirinya dulu. Tapi kesadaran Reno kembali, dia sudah meninggalkan bekasi hampir 10 tahun lamanya. Mungkin saja Jeklin berubah. Jeklin sudah remaja. Tidak mungkin dia tidak menyukai seorang pria. 

***

"Apa ? Dia emang deket ama Jeklin ?" suara besar Reno terdengar sangat keras ketika dinding kelas menggemakan suaranya.

Sekarang Reno sedang berada dikelasnya, kelas XI ipa 3. Setelah tadi dirinya yang diantar oleh Jeklin untuk mencari kelas barunya. Jeklin juga berujar kalau di kelas XI ipa 3 ada teman TK mereka, yaitu Galang. Jadi, peluang  Reno untuk berinteraksi sangat banyak dengan bantuan Galang.

"Gosah ngegas nyet !! Dan lo gosah sekaget itu, because berita itu udah jadi pembicaraan paling HOT disekolah ini. Ngerti ?" ucap Galang yang masih mengunyah makanan ringan kesukaannya.

"Terus beritanya ada lagi ?"

"Ada kok. Katanya ya... Dulu waktu Alif deketin Jeklin, itu bukan karena Alif suka. Tapi Jeklin dijadiin pelampiasan"

"Tau dari mana lo ?"

"Kan sebelum deket ama Jeklin, si Alif pacaran ama temen gue"

"Siapa ?"

"Tuhhh..." Galang menunjuk dengan dagunya yang terangkat dan mengarahkannya kepada seorang wanita yang berada dipojok kiri belakang kelas XI ipa 3.

Reno melihat wanita itu. Wanita dengan rambut bob pendek dan berponi. Wajahnya lebih cantik nan imut dengan tambahan hiasan jepitan rambut kecil berwarna. Sesekali wanita itu tersenyum cerah dan tertawa bersama teman temannya.

NyK0915

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 14, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

RELINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang