Cerpen ini juga pernah jadi salah satu kontributor lomba yang aku ikuti. dan covernya itu buku yang di terbitkan oleh penerbit yang menyelenggarakan lomba itu. cover love in venice juga cover buku kumpulan cerpen dari lomba yang aku ikuti. Happy Reading..
***
"Rendi, lagi apa kamu di sini? Dan dia siapa?" tanya seorang gadis manis berambut panjang.
"Gue pacarnya Rendi, elo siapa? Sayang, kamu kenal sama dia," jawab cewek berambut panjang sebahu. Cowok yang bernama Rendi hanya diam, tak menjawab pertanyaan dari kedua cewek manis itu.
"Kamu mau tau siapa aku? Aku pacar Rendi, dan aku udah satu tahun lebih jadi pacarnya Rendi, benar kan Rendi?" jawab gadis berambut panjang dingin.
"Jadi..."
"Aku bisa jelasin semuanya Rinda, Nasya," kata Rendi.
"Enggak, aku nggak perlu penjelasan dari kamu lagi, ini semua udah cukup beri aku penjelasan kalau kamu udah mengkhianati cinta aku. Mulai sekarang kita putus," kata cewek berambut panjang yang bernama Nasya sambil berlalu dari hadapan Rendi dan Rinda.
"Nasya, tunggu aku akan jelasin semuanya. Ini salah paham Nasya," teriak Rendi sambil berlari menyusul Nasya tapi Nasya tak menggubrisnya. Dia menyetop taksi pertama yang lewat dan segera naik ke dalam taksi.
***
Sudah seminggu ini, Nasya terlihat murung setelah putus dari Rendi. Hal itu membuat keluarga dan sahabatnya bingung, hal apa lagi yang akan mereka lakukan untuk menghibur Nasya. Mulai dari mengajak Nasya jalan-jalan ke Dufan, bikin candaan yang mereka anggap lucu tapi menurut Nasya garing, sampai Lina, salah satu sahabatnya dari SMP rela memakai kostum badut kesukaan Nasya, tapi tak membuat sedikitpun ada senyuman dibibir Nasya.
"Nasya, sampai kapan sih elo harus kayak gini terus? Gue tuh sedih melihat elo murung terus, apa perlu gue kenalin elo beberapa cowok supaya elo bisa kembali seperti dulu?" tanya Lina kesal melihat sahabatnya murung terus.
"Enggak usah Lin, gue saat ini nggak mau pacaran dulu. Gue mau menikmati masa sendirian gue sampai gue temuin orang yang benar-benar sayang sama gue," jawab Nasya.
"Kalau itu mau elo, gue dukung banget. Tapi elo jangan jadi jomblo galau kayak gini dong, elo harus tunjukin sama Rendi kalau elo bisa hidup tanpa dia. Atau elo belum bisa terima jadi orang yang enggak punya pacar?" tanya Lina. Nasya hanya diam.
"Dengar ya Sya, jadi single, jomblo atau orang yang nggak punya pacar lebih senang hidupnya. Kita bisa bebas melakukan hal apapun tanpa perlu persetujuan dari pacar. Contohnya, waktu elo jadian sama Rendi, elo nggak boleh kan dekat sama cowok lain? Dia pasti marah, setiap dia ngeliat elo dekat sama cowok lain, padahal elo sama cowok itu hanya sebatas teman, sedangkan dia dengan enaknya selingkuh di belakang elo. Nggak adil kan? Nah, sekarang elo udah putus sama dia, elo bebas berteman dengan siapa aja tanpa ada yang marahi dan larang elo. Elo bisa melakukan apapun yang elo suka, seperti menulis, berburu novel kesukaan elo, hang out sama gue dan teman cowok lain tanpa elo harus takut Rendi marah sama elo. Karena jadi jomblo itu bukan akhir dari segalanya," kata Lina.
Mendengar omongan Lina, Nasya jadi sadar kalau dia gak mungkin begini terus. Hidup akan berjalan terus walau dia punya pacar atau tanpa pacar. Dan benar kata Lina, jadi jomblo itu lebih bebas dibanding punya pacar. Good bye jomblo galau and welcome jomblo happy.
KAMU SEDANG MEMBACA
JOMBLO GALAU
Short StoryAku mau cerita sedikit nih. Dua atau tiga tahun yang lalu aku ikut lomba menulis cerpen tentang para jomblo gitu yang diadakan penerbit "PENA META KATA" dan aku jadi salah satu kontributor buku kumpulan cerpen yang berjudul "I'M SINGLE BUT HAPPY" da...