Arya kebelet pipis, jadi dia izin ke kamar mandi.
Setelah menutup buku dan sedikit membereskan mejanya yang kacau karena isi tempat pensil yang berhamburan, ia pun berdiri dan berjalan santai keluar kelas. Tiba-tiba rasanya Arya ingin lewat depan kelas Tini, pujaan hatinya.
Maka Arya belok ke kiri, di mana jalan yang harus ditempuh untuk ke kamar mandi laki-laki lebih panjang karena harus lewat tangga terjauh, dekat pagar sekolah. Tapi tidak apa, untuk kekasih hati apa sih, yang engga dilakuin? Hehehe, kekehnya dalam hati.
Tinggal selangkah lagi menuju XI IPS 3, tapi Jodi menghadangnya. Jodi ini teman sekelasnya yang izin ke kamar mandi lebih dulu darinya tapi baru mau balik ke kelas.
"Mau ke kamar mandi, Ya?" sapa Jodi akrab. Arya mengangguk.
"Abis dari kantin?" balas Arya yang hanya dijawab cengiran oleh lelaki bertubuh gempal di hadapannya. "Ga bawa gorengan buatku?"
"Aku aja ngutang dulu tadi." Arya mencibir.
"Buruan dibayar. Kasian ibu kantinnya ga buru balik modal kalo kamu utangin mulu."
"Siaap, Bos!" Jodi memberi salam penghormatan di dahi. "Duluan, Ya." Arya mengangguk.
Baru saja berbalik, Jodi memanggil Arya lagi. "Hm?"
"Bayarin utangku dong, Bos."
"Ogah. Sana ke kelas!"
Arya melanjutkan perjalanan ke kamar mandi, tapi berhenti sebentar di jendela nomor tiga dari pintu kelas Tini. Arya melihatnya. Tini, duduk dikelilingi tiga cowok sekelasnya. Sebenarnya Arya pernah protes dan minta Tini pindah duduk ke dekat cewek, tapi dasar Tini yang malas dan tingkat kepekaannya rendah, ia abaikan saja protes Arya. Sampai berkali-kali protes tetap tidak diacuhkan, Arya pun pasrah sambil kadang makan hati.
Arya menyandarkan siku di kusen jendela kelas Tini yang rendah, membuat Tini melempar senyum padanya. Arya pun membalas, lebih tipis, tapi dalam hati jingkrak-jingkrak.
Jangan lupa, senyum Tini adalah sumbu euforia Arya.
"Bawa bekal apa?" tanya Arya lembut.
Alis Tini terangkat sedikit, kebiasaan sebelum menjawab pertanyaan. "Cuman nasi goreng telur sama sosis."
"Kok sempet?" Arya heran, karena biasanya hanya nasi putih dengan lauk cepat saji seperti nugget atau sosis.
"Ibu yang bikin, makanya."
Arya mengangguk-angguk paham.
"Mau ke mana?" ganti Tini bertanya.
"Kamar mandi."
"Oh."
"Yaudah, duluan ya?" Tini mengangguk. Arya pun berlalu.
Alhamdulillah, nggak denger, batin Edo, Fahri, dan Raden. Bahkan Gema yang melihat percakapan Tini dan Arya turut menghela napas lega. Seenggaknya krisis tertunda.
Tini terkekeh geli.

YOU ARE READING
Ngambek!
Romance-Dimmy Haryanto- Arya ngambek gara-gara pacarnya berada di kubu lawan dalam Pemilihan Calon Ketua OSIS! Menurutnya, apa gunanya punya peluang menang besar tapi pacarnya justru berada di pihak lawan? Rasanya Arya ingin duduk di ujung kasur memeluk lu...